• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Berproses Melalui Ngaji KGI

Ngaji KGI (Keadilan Gender Islam) buatku tidak hanya sekedar ngaji tapi juga arena untuk proses pencarian jati diri yang sangat menarik lagi menantang.

Nur Rofiah Nur Rofiah
28/01/2021
in Pernak-pernik, Rekomendasi
1
Ngaji KGI

Ngaji KGI

796
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ngaji KGI (Keadilan Gender Islam) buatku tidak hanya sekedar ngaji tapi juga arena untuk proses pencarian jati diri yang sangat menarik lagi menantang. Khususnya sebagai seorang Muslimah yang hidup pada masa kini di sini. Lingkar Ngaji KGI yang baru masuk episode ketiga tadi malam menjadi ruang bersama untuk merefleksikan tema-tema penting dalam kehidupan. Utamanya tema-tema mendasar yang berkaitan dengan kemanusiaan dan keislaman seorang perempuan.

Semua tema Ngaji KGI kita bidik melalui lensa keadilan hakiki perempuan dalam Islam. Ini adalah perspektif yang secara sadar mempertimbangkan aneka pengalaman biologis khas perempuan, terutama menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui.

Pengalaman ini disertai dengan sensasi biologis yang disebut al-Quran dengan sakit (adza), kelelahan (kurhan), bahkan sakit dan kelelahan berlipat-lipat (wahnan ala wahnin). Istilah-istilah yang digunakan al-Quran ini jelas sedang mengajarkan manusia untuk bersikap empatik pada perempuan.

Sayangnya, banyak masyarakat justru menjadikan  pengalaman berdarah-darah ini sebagai alasan untuk meremehkan bahkan menistakan kemanusiaan perempuan. Islam sebaliknya mengajarkan manusia untuk supportif, meringankan, dan respek!

Respek pada pengalaman biologis khas perempuan ini adalah salah satu cita-cita tertinggi sistem kehidupan yang menjadi rahmat bagi semesta termasuk bagi perempuan. Karenanya, sikap empatik, supportif, dan respek pada pengalaman biologis khas perempuan sah sebagai karakter orang yang shaleh/shalehah, muslih/muslihah, dan karakter keluarga/masyarakat/negara/semesta yang Islami/syar’ie.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah
  • Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

Baca Juga:

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

Perspektif keadilan hakiki juga secara sadar mempertimbangkan kerentanan perempuan secara sosial untuk mengalami stigmatisasi, subordinasi, marjinalisasi, kekerasan, dan beban handa hanya karena menjadi perempuan. Tentu ini adalah bentuk-bentuk kezaliman yang bertentangan dengan perintah Islam untuk bersikap adil pada siapapun.

Bahkan adil, termasuk adil pada perempuan, adalah syarat seseorang menjadi taqwa (i’diluu huwa aqrabu lit-taqwa) sedangkan taqwa atau hubungan baik manusia dengan Tuhan yang melahirkan hubungan baik dengan sesama makhluk-Nya adalah satu-satunya standar nilai manusia di hadapan Allah.

Tiga episode Ngaji KGI telah dibahas dalam 3 Jum’at malam secara berturut-turut: penciptaan laki-laki dan perempuan, selaput dara dan konsep kesucian dalam Islam, serta tabu menstruasi dalam perspektif Islam.

Banyak sekali tema-tema menantang untuk dijadikan tema Ngaji KGI :

Pertama. Terkait erat dengan pengalaman biologis seperti akhlak hubumgan seksual dalam Islam,  wasiat Islam pada manusia tentang kehamilan dan persalinan, pesan Islam untuk memanusiakan ibu dalam proses penyusuan, tuntunan Islam untuk support pada perempuan selama nifas, menopause dan andropause dalam perspektif Islam.

Dua. Terkait dengan pengalaman sosial seperti Tauhid anti patriarki, sejarah kehadiran Islam sebagai sejarah penghapusan kekerasan berbasis gender pada perempuan, praktek-praktek berbahaya pada perempuan dalam pandangan Islam, mewaspadai nilai misoginis dalam pemahaman atas Islam,  dll.

Tiga. Terkait dengan sistem perkawinan dan keluarga seperti qiwamah dan wilayah yang menjadi basis relasi gender dalam perkawinan. Dua konsep kunci yang sangat mempengaruhi banyak sekali topik-topik turunannya. Pada pra perkawinan misalnya ada konsep kafaah, khitbah, jodoh, baligh, saat prosesi nikah seperti akad nikah,  mahar, wali nikah, saksi nikah dll, selama menikah seperti konsep kepemimpinan keluarga, ketaatan (ithoah), nafkah, pengasuhan anak,  pemukulan istri,  poligami, nusyuzz dll, pasca nikah berakhir (kematian/perceraian): thalak, khulu’,  waris,  mut’ah,  dll,  dsb.

Empat. Terkait dengan problem kekinian: pemotongan dan perlukaan genitalia perempuan (P2GP) termasuk khitan perempuan, perkawinan anak, perempuan bekerja,  kepemimpinan perempuan di ruang publik, single parent, LDR, dll.

Lima. Tentu penguatan metodologi studi Islam perspektif keadilan hakiki perempuan juga tak kalah pentingnya untuk dibahas. Kalau yang ini ada mekanisme khusus karena serial. Terdiri dari 3 seri @ 2 materi sehingga total 6 pertemuan. Setiap materi dan seri menjadi syarat untuk mengikuti materi dan seri lainnya.

Kapan nulis bukunya? Nah ini dia yang sdengan difikirkan sambil jalan, eh duduk. Gimana caranya Ngaji KGI bisa sekalian menjadi arena penajaman yang sedang ditulis.

Mengamati respon peserta/jamaah Ngaji KGI, baik yang disampaikan melalui medsos maupun japri, sepertinya Ngaji KGI juga menjadi proses bagi mereka untuk menemukan jati diri sebagai seorang Muslimah yang bermartabat. Tidak direndahkan atas nama apapun termasuk atas nama pemahaman atas Islam. (pemahamannya loh yes!).

Ternyata refleksi peserta Ngaji KGI yang laki-laki juga tak kalah menarik. Khususnya pada perubahan cara pandang atas kehidupan. Ingin rasanya ku-tag mas itu yang sering japri melaporkan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.  Refleksi dari peserta Ngaji KGI, baik perempuan maupun laki-laki, sering menjadi amunisi yang mengobarkan kembali semangat yang karena sesuatu hal suka terjun bebas. []

Tags: Keadilan Hakiki PerempuanKongres Ulama Perempuan IndonesiaLingkar Ngaji KGINgaji KGIulama perempuan
Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Jumlah mahar

Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw

2 April 2023
Mahar adalah Simbol

Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

2 April 2023
Manusia Pilihan Tuhan

Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

2 April 2023
Tujuan menikah

Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

1 April 2023
Momen Ramadan

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

1 April 2023
Sarana Menikah

Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

1 April 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist