• Login
  • Register
Sabtu, 2 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Berproses Melalui Ngaji KGI

Ngaji KGI (Keadilan Gender Islam) buatku tidak hanya sekedar ngaji tapi juga arena untuk proses pencarian jati diri yang sangat menarik lagi menantang.

Nur Rofiah Nur Rofiah
28/01/2021
in Pernak-pernik, Rekomendasi
1
Ngaji KGI

Ngaji KGI

825
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ngaji KGI (Keadilan Gender Islam) buatku tidak hanya sekedar ngaji tapi juga arena untuk proses pencarian jati diri yang sangat menarik lagi menantang. Khususnya sebagai seorang Muslimah yang hidup pada masa kini di sini. Lingkar Ngaji KGI yang baru masuk episode ketiga tadi malam menjadi ruang bersama untuk merefleksikan tema-tema penting dalam kehidupan. Utamanya tema-tema mendasar yang berkaitan dengan kemanusiaan dan keislaman seorang perempuan.

Semua tema Ngaji KGI kita bidik melalui lensa keadilan hakiki perempuan dalam Islam. Ini adalah perspektif yang secara sadar mempertimbangkan aneka pengalaman biologis khas perempuan, terutama menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui.

Pengalaman ini disertai dengan sensasi biologis yang disebut al-Quran dengan sakit (adza), kelelahan (kurhan), bahkan sakit dan kelelahan berlipat-lipat (wahnan ala wahnin). Istilah-istilah yang digunakan al-Quran ini jelas sedang mengajarkan manusia untuk bersikap empatik pada perempuan.

Sayangnya, banyak masyarakat justru menjadikan  pengalaman berdarah-darah ini sebagai alasan untuk meremehkan bahkan menistakan kemanusiaan perempuan. Islam sebaliknya mengajarkan manusia untuk supportif, meringankan, dan respek!

Respek pada pengalaman biologis khas perempuan ini adalah salah satu cita-cita tertinggi sistem kehidupan yang menjadi rahmat bagi semesta termasuk bagi perempuan. Karenanya, sikap empatik, supportif, dan respek pada pengalaman biologis khas perempuan sah sebagai karakter orang yang shaleh/shalehah, muslih/muslihah, dan karakter keluarga/masyarakat/negara/semesta yang Islami/syar’ie.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kekerasan Seksual dalam Pandangan KUPI
  • Mengenal Sukainah, Sang Cicit Nabi yang Punya Pemikiran Progresif
  • Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang
  • Nyai Khairiyah Hasyim: Sosok Ulama Perempuan Pertama yang Memimpin Pesantren

Baca Juga:

Kekerasan Seksual dalam Pandangan KUPI

Mengenal Sukainah, Sang Cicit Nabi yang Punya Pemikiran Progresif

Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang

Nyai Khairiyah Hasyim: Sosok Ulama Perempuan Pertama yang Memimpin Pesantren

Perspektif keadilan hakiki juga secara sadar mempertimbangkan kerentanan perempuan secara sosial untuk mengalami stigmatisasi, subordinasi, marjinalisasi, kekerasan, dan beban handa hanya karena menjadi perempuan. Tentu ini adalah bentuk-bentuk kezaliman yang bertentangan dengan perintah Islam untuk bersikap adil pada siapapun.

Bahkan adil, termasuk adil pada perempuan, adalah syarat seseorang menjadi taqwa (i’diluu huwa aqrabu lit-taqwa) sedangkan taqwa atau hubungan baik manusia dengan Tuhan yang melahirkan hubungan baik dengan sesama makhluk-Nya adalah satu-satunya standar nilai manusia di hadapan Allah.

Tiga episode Ngaji KGI telah dibahas dalam 3 Jum’at malam secara berturut-turut: penciptaan laki-laki dan perempuan, selaput dara dan konsep kesucian dalam Islam, serta tabu menstruasi dalam perspektif Islam.

Banyak sekali tema-tema menantang untuk dijadikan tema Ngaji KGI :

Pertama. Terkait erat dengan pengalaman biologis seperti akhlak hubumgan seksual dalam Islam,  wasiat Islam pada manusia tentang kehamilan dan persalinan, pesan Islam untuk memanusiakan ibu dalam proses penyusuan, tuntunan Islam untuk support pada perempuan selama nifas, menopause dan andropause dalam perspektif Islam.

Dua. Terkait dengan pengalaman sosial seperti Tauhid anti patriarki, sejarah kehadiran Islam sebagai sejarah penghapusan kekerasan berbasis gender pada perempuan, praktek-praktek berbahaya pada perempuan dalam pandangan Islam, mewaspadai nilai misoginis dalam pemahaman atas Islam,  dll.

Tiga. Terkait dengan sistem perkawinan dan keluarga seperti qiwamah dan wilayah yang menjadi basis relasi gender dalam perkawinan. Dua konsep kunci yang sangat mempengaruhi banyak sekali topik-topik turunannya. Pada pra perkawinan misalnya ada konsep kafaah, khitbah, jodoh, baligh, saat prosesi nikah seperti akad nikah,  mahar, wali nikah, saksi nikah dll, selama menikah seperti konsep kepemimpinan keluarga, ketaatan (ithoah), nafkah, pengasuhan anak,  pemukulan istri,  poligami, nusyuzz dll, pasca nikah berakhir (kematian/perceraian): thalak, khulu’,  waris,  mut’ah,  dll,  dsb.

Empat. Terkait dengan problem kekinian: pemotongan dan perlukaan genitalia perempuan (P2GP) termasuk khitan perempuan, perkawinan anak, perempuan bekerja,  kepemimpinan perempuan di ruang publik, single parent, LDR, dll.

Lima. Tentu penguatan metodologi studi Islam perspektif keadilan hakiki perempuan juga tak kalah pentingnya untuk dibahas. Kalau yang ini ada mekanisme khusus karena serial. Terdiri dari 3 seri @ 2 materi sehingga total 6 pertemuan. Setiap materi dan seri menjadi syarat untuk mengikuti materi dan seri lainnya.

Kapan nulis bukunya? Nah ini dia yang sdengan difikirkan sambil jalan, eh duduk. Gimana caranya Ngaji KGI bisa sekalian menjadi arena penajaman yang sedang ditulis.

Mengamati respon peserta/jamaah Ngaji KGI, baik yang disampaikan melalui medsos maupun japri, sepertinya Ngaji KGI juga menjadi proses bagi mereka untuk menemukan jati diri sebagai seorang Muslimah yang bermartabat. Tidak direndahkan atas nama apapun termasuk atas nama pemahaman atas Islam. (pemahamannya loh yes!).

Ternyata refleksi peserta Ngaji KGI yang laki-laki juga tak kalah menarik. Khususnya pada perubahan cara pandang atas kehidupan. Ingin rasanya ku-tag mas itu yang sering japri melaporkan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.  Refleksi dari peserta Ngaji KGI, baik perempuan maupun laki-laki, sering menjadi amunisi yang mengobarkan kembali semangat yang karena sesuatu hal suka terjun bebas. []

Tags: Keadilan Hakiki PerempuanKongres Ulama Perempuan IndonesiaLingkar Ngaji KGINgaji KGIulama perempuan
Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Krisis Lingkungan

Islam dan Krisis Lingkungan: Siapa yang paling Bertanggung Jawab?

2 Desember 2023
Toleransi

Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok

1 Desember 2023
Femisida

Feminisida: Pelenyapan Nyawa yang tidak Netral Gender

1 Desember 2023
Kekerasan Israel

Menguak Dalih Kekerasan Israel lewat Topeng Agama

30 November 2023
pernikahan bukan solusi

Pernikahan Bukan Solusi untuk Meminimalisir Kekerasan Seksual

29 November 2023
Tragedi Kanjuruhan

Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan: Air Mata Ibu Tak Akan Pernah Reda

29 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Ideal

    Gus Ulil: Mari Memikirkan Bentuk Masyarakat Ideal di Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prof. Ahmad Zainul Hamdi Tegaskan Para Akademisi Tidak Boleh Terjebak Pada Formalitas Akademik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melindungi Perempuan Pekerja Rumah Tangga (PRT) dari Kekerasan adalah Kewajiban Negara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dibuka Malam Ini, Berikut Agenda Muktamar Pemikiran NU 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Prof. Fransisco Budi Hardiman Jelaskan Fungsi Agama di Era Digital
  • TGKH. Zainuddin Abdul Madjid; Tokoh Pendidikan Perempuan asal Lombok
  • Kekerasan Seksual dalam Pandangan KUPI
  • Jalan Panjang Merdeka Dari Kekerasan Seksual
  • Mengenal Sukainah, Sang Cicit Nabi yang Punya Pemikiran Progresif

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist