• Login
  • Register
Rabu, 29 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Bersikap Adil Saat Orang Dekat Berbuat Salah

Ketika ada kerabat berbuat kesalahan, hal yang paling adil adalah menuntunnya untuk bertanggung jawab termasuk menerima konsekuensi hukum dari kesalahan itu.

Listia Listia
04/02/2021
in Keluarga, Rekomendasi
0
Bersikap Adil

Bersikap Adil

62
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Masyarakat kita dikenal sangat menjunjung nilai kekeluargaan. Ramah, mudah peduli, suka berbagi dan tentu saja entitas keluarga menjadi bagian penting dalam dinamika bermasyarakat. Di luar segi-segi baik itu, kita juga menemukan realita lain yang atas nama nilai kekeluargaan justru menimbulkan ketidakadilan bagi orang lain. Bagaimana bisa bersikap adil saat orang dekat berbuat salah. Misalnya ketika ada kolega, kerabat, teman satu komunitas atau golongan melanggar hukum. Dalam situasi ini bagaimana prinsip kekeluargaan mesti dijalankan?

Dalam masyarakat kita sering menemukan bagaimana harus bersikap adil, dengan dasar memaknai ‘kekeluargaan’ secara tidak etis, yaitu ketika ada seseorang yang bersalah, seolah seluruh keluarganya bersalah.  Misalnya ikut membeci anggota keluarga koruptor, padahal sangat mungkin anggota keluarga itu tidak tahu menahu tindakan korupsi itu, buktinya tidak ikut diperiksa atau di sidang.

Terjadi juga perundungan terhadap anak dari orang tua pelaku tindakan  kriminal, padahal anak itu tidak bisa dikaitkan dengan tindakan orang tuanya. Ada juga  perempuan sebagai orang tua tunggal yang tidak sedikit pun merugikan kepentingan masyarakat, tetapi martabatnya direndahkan karena berbeda dalam menghayati makna keluarga.

Mengapa muncul sikao tidak etis sepeeri ini? Kemungkinannya adalah lupa bahwa orang tidak dapat bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.

Sebaliknya ada juga dalam masyarakat kita, ketika pelaku kejahatan adalah bagian dari kelompoknya, kolega atau kerabat dekatnya, maka kesalahan atau kejahatan itu ditutup-tutupii, dibuatkan berbagai pembelaan dan orang yang mengkritik akan diserang. (Ini dulu jamak terjadi sebelum reformasi 98. Praktik nepotisme sangat menjamur, membuat masyarakat apatis dan banyak yang tidak lagi peduli dengan prinsip-prinsip,  karena ada anggapan toh kalau saudara atau orang dekat pejabat atau pengusaha atau tokoh masyarakat, pelanggaran apa pun yang dilakukan akan tetap aman dari jeratan hukum. Praktik seperti ini tentu merusak tatanan masyarakat karena menciptakan ketidakadilan di mana-mana). Situasi yang masih rumit hingga saat ini adalah ketika ada kasus yang melibatkan lembaga keagamaan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

Baca Juga:

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

Korupsi, pelecehan seksual atau kekerasan fisik di lingkungan ini, biasanya penanganan hukumnya lebih berbelit, selalu ada pihak yang demi menjaga nama baik menutupi kesalahan dengan berbagai pembelaan. Padahal tidak mungkin nama baik diusahakan dengan menutupi kebusukan, karena kebusukan menyebarkan bau. Kalau itu koreng, semakin ditutupi semakin busuk, justru makin bau dan bisa mematikan.

Lalu bagaimana bersikap adil saat ada kerabat yang bersalah. Tetap berpegang teguh pada prinsip kebenaran; ketika seseorang bersalah, siapa pun dia harus bertanggung jawab. Ketika ada anak tokoh atau pejabat melakukan tindakan kekerasan, salah ya tetap salah tidak dapat disogok rupiah demi melepaskan diri dari jeratan hukum.

Adalah salah besar bila ada ayah atau ibu korupsi anak dikucilkan. Sama juga bila pelaku kesalahan adalah anak (yang sudah dewasa), orang tua dan kerabat dekat tidak dapat dianggap ikut menanggung atas kesalahan itu, dan karenanya si anak sebaiknya didik dengan cara dituntun untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan. Bila berhadapkan dengan hukum, perlu dituntun untuk kooperatif dengan petugas.

Orang tua atau kerabat tentu kecewa, mungkin sedih, malu. Menutupi kesalahan demi menjaga nama baik,  justru semakin membuat anak tidak dapat memahami dan membedakan salah dan benar. Alih-alih nama baik terlindungi, justru makin memalukan bila orang tua tidak bersikap adil, dan menunjukan teladan berpegang pada prinsip-prinsip kebenaran, karena menutupi kesalahan adalah tindakan yang merusak tatanan masyarakat.

Bersikap adil selalu kontekstual, seperti seorang dokter yang menghadapi beragam masalah kesehatan, kadang harus menyakiti, dengan mengoperasi bahkan amputasi, tapi semua demi menyelamatkan pasien. Dalam hal ini bila ada orang dekat bersalah, berserah pada hukum pada dasarnya demi menyelamatkan martabat orang yang bersalah itu sendiri bahwa dia memiliki kepedulian pada kehidupan orang banyak, menjaga tatanan dan keselamatan masyarakat.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberikan tauladan tentang bagaimana bersikap adil bila kerabat dekat melakukan kesalahan dengan pernyataan tegas dan jelas, yaitu jika Fatimah binti Muhammad mencuri, maka Beliau  sendiri yang akan memotong tangan putrinya.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,

أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ، فَقَالُوا: مَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالُوا: وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ، حِبُّ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللهِ؟» ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ، فَقَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمِ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمِ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ، وَايْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا»

“Sesungguhnya orang-orang Quraisy mengkhawatirkan keadaan (nasib) perempuan dari bani Makhzumiyyah yang (kedapatan) mencuri. Mereka berkata, ‘Siapa yang bisa melobi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak ada yang berani kecuali Usamah bin Zaid yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Maka Usamah pun berkata (melobi) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk meringankan atau membebaskan si perempuan tersebut dari hukuman potong tangan).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda, ‘Apakah Engkau memberi syafa’at (pertolongan) berkaitan dengan hukum Allah?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdiri dan berkhutbah, ‘Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang yang mulia (memiliki kedudukan) di antara mereka yang mencuri, maka mereka biarkan (tidak dihukum), namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah (rakyat biasa), maka mereka menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya’” (HR. Bukhari no. 6788 dan Muslim no. 1688).

Ketika ada kerabat berbuat kesalahan, hal yang paling adil adalah menuntunnya untuk bertanggung jawab termasuk menerima konsekuensi hukum dari kesalahan itu. Dengan demikian kita telah berupaya bersikap adil, dan membawakan keadilan bagi yang lain. Mengusahakan keadilan kadang menyakitkan, namun pada saatnya akan berbuah kedamaian dan kebahagiaan hakiki. Wallahu a’lam. []

Tags: keadilankeluargaKesalingan
Listia

Listia

Pegiat pendidikan di Perkumpulan Pendidikan Interreligus (Pappirus)

Terkait Posts

Bapak Rumah Tangga

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

28 Maret 2023
Flexing Ibadah

Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

28 Maret 2023
Propaganda Intoleransi

Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

27 Maret 2023
Penutupan Patung Bunda Maria

Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria

26 Maret 2023
Sahabat bagi Anak

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

25 Maret 2023
Zakat bagi Korban

Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

25 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sittin al-‘Adliyah

    Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Pada Awalnya Asing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist