Mubadalah.id – Akhir-akhir ini, banyak sekali berita dan kabar mengenai bunuh diri. Hal ini kemudian membuat saya bertanya-tanya, selain masalah mental, sebetulnya bagaimana pendekatan agama dalam memahami fenomena bunuh diri itu sendiri. Bagaimana Allah yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih melihat tindakan-tindakan bunuh diri oleh hamba-Nya tersebut.
Karena saya melihat sendiri bagaimana respons dari para netizen ketika mengomentari setiap berita peristiwa bunuh diri ini. Banyak sekali di antara mereka yang menghakimi, mencaci maki, bahkan mengata-ngatai seseorang yang bahkan sudah meninggal tersebut. Tindakan mereka seakan-akan lupa bahwa Tuhan mereka adalah Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Hal tersebut kemudian membuat saya mencari-cari di internet terkait apa respon Islam yang sebenarnya dalam menghadapi situasi hambaNya yang katakanlah sedang putus asa, tidak tahu arah, dan juga menanggung banyak masalah.
Allah sayang pada Setiap HambaNya
Lalu, saya menemukan sebuah pendapat orang yang sangat menyentuh hati saya. Di mana dalam penjelasan tersebut mengatakan bahwa betapa sesungguhnya Allah itu sayang kepada setiap hambaNya, dan tidak mau hambaNya menyakiti diri sendiri, apalagi sampai berakhir bunuh diri.
Hal ini Allah jelaskan dalam Quran surat An-Nisa ayat 29 yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَٰرَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An Nisa: 29).
Dalam ayat tersebut terdapat dua kalimat yang menurut saya sangat mencerminkan betapa Allah menyayangi kita. Pertama, ketika disebutkan “Dan janganlah kamu membunuh dirimu”. Melalui kalimat ini, Allah seakan sangat tidak mau hambaNya untuk menyakiti diri sendiri.
Lalu, yang lebih menyentuh hati lagi adalah kalimat setelahnya, yakni “sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” Melalui kalimat ini, Allah menunjukkan bagaimana sebenar-benarnya respon yang harus kita tunjukkan apabila ada orang terdekat kita yang berpikiran untuk bunuh diri.
Jangan Menghakimi
Dengan Allah mengatakan “sesungguhnya Allah Maha Penyayang” telah menjadi bukti bahwa ketika ada orang yang berpikiran untuk bunuh diri, Allah bukan mengikuti peringatannya dengan ancaman, melainkan dengan pernyataan bahwa Allah maha penyayang.
Kalimat tersebut juga menurut saya menggambarkan Allah yang pasti akan menolong hamba-Nya dengan penuh kasih sayang. Seakan-akan Allah sedang berkata “Janganlah kau sakiti dirimu sendiri, sesungguhya Aku sangat menyayangimu” dan bukan malah “Jangan kau sakiti dirimu, karena Aku membenci hal tersebut.”
Ini sekaligus menjadi tamparan bagi kita semua, umat manusia, yang terkadang masih menghakimi orang lain atas apa yang terjadi. Maka dari itu, sudah seharusnya kita mencontoh zat-zat Allah yang maha baik.
Maka menurut saya, sikap kita yang terbaik dalam menghadapi fenomena banyaknya orang yang berkeinginan untuk bunuh diri adalah dengan mendoakan mereka alih-alih menghakiminya. Atau memberi dukungan pada anggota keluarga yang ditinggalkan, agar tidak mengambil jalan serupa. Yakni mengakhiri hidup dengan membunuh diri sendiri.
Meski demikian, saran saya jangan sekalipun terlintas dalam pikiran kita untuk melakukan tindakan bunuh diri. Karena sesungguhnya Allah juga Maha Penyayang pada hamba-Nya yang sedang mengalami kesulitan. Teruslah berdoa dan berikhtiar untuk bisa keluar dari keterpurukan. []