• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Buya Husein, Pendorong Gerakan Keadilan Gender

Fachrul Misbahudin Fachrul Misbahudin
25/03/2019
in Aktual
0
gerakan keadilan gender

gerakan keadilan gender

65
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – KH. Husein Muhammad merupakan sosok kiai pesantren yang mendukung dan mendorong tumbuh kembangnya gerakan keadilan gender terhadap perempuan dengan bahasa agama (Islam).

Dalam konteks gerakan keadilan gender, Buya Husein telah memberikan modal kepada gerakan-gerakan perempuan dan gerakan sosial untuk mewujudkan keadilan terhadap perempuan dan laki-laki, baik secara teoritis ataupun praktis.

Ketua Yayasan Rahima, Farha Ciciek mengatakan, Buya Husein adalah seorang laki-laki yang berjuang untuk kepentingan keadilan gender. Bahkan lelaki itu sudah rela “bunuh diri” kelas, karena melepaskan prevililege-nya yang sudah menjadi seakan takdir.

“Gerakan keadilan gender memang sangat dibutuhkan perempuan. Karena ideologi gender sangat kuat bertahan dan dipertahankan dengan perspektif keagamaan. Dan (Buya Husein) memakai penafsiran agama yang ramah perempuan,” kata Ibu Ciciek, sapaan akrabnya, saat dihubungi Mubadalahnews, Sabtu, 23 Maret 2019.

Ia menilai, Buya Husein bukan hanya beredar di kalangan sendiri. Pesantren dan umat Islam. Tetapi bisa memoles formula keagamaan dan mensosialisasikan dengan pihak non pesantren, dengan yang punya tradisi agama yang berbeda. Bahkan di kalangan “sekuler” dan berhasil dengan pendekatan yang khas.

Baca Juga:

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Tafsir Sakinah

Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

“Kita memang harus memakai logika perspektif ini untuk mengembangkan usaha-usaha dalam memajukan perempuan. Dan lebih dari itu untuk mewujudkan keadilan terhadap perempuan dan laki-laki,” ucapnya.

Ia pun berharap kontribusi pemikiran Buya Husein terkait gerakan keadilan gender dengan perspektif Islam ini bisa terus dikembangkan.

“Gerakan keadilan gender hasil pemikiran Buya Husein ini harus dihormati dan juga harus dikembangkan kedepanya bahwa lelaki dan perempuan mempunyai kewajiban yang mulia,” jelas Ibu Ciciek.

Sebagaimana Nabi Muhammad sebagai laki-laki yang telah memperjuangkan perempuan. Sebenarnya Buya Husein telah mempraktikkan ittiba’ Rasulullah SAW. Jadi, pemikiran Buya Husein tidak usah dipertentangkan lagi karena sudah sesuai dengan misi kenabian.

“Saya tahu betul Buya Husein adalah pendukung dan pendorong yang luar bisa untuk berkembang keulamaan perempuan di Indonesia dan mungkin dunia,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, Ibu Ciciek menyampaikan, sudah seharusnya Buya Husein dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) bidang Tafsir Gender oleh Universitas Agama Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang. Karena Beliau sudah menghasilkan banyak karya-karya tulisnya.

“Saya rasa ini sudah sesuatu yang semestinya. Jadi Buya Husein memang sudah kelasnya doktor. Bahkan menurut saya kelas profesor yang kemanusiaan,” katanya.

Ia menjelaskan, penganugerahan DR HC kepada Buya Husein merupakan sebuah penghormatan dari akademik formal terhadap pembelajar merdeka.

“Hal itu menjadi sesuatu yang harus sangat dihargai. Kalau ada gelar profesor honoris causa, beliau pantas juga menerimanya,” tutur Ibu Ciciek.

Menurutnya, Buya Husein adalah guru yang telah melahirkan murid-muridnya dengan kapasitas yang luar biasa sebagaimana Buya Husein.

“Saya bersyukur karena telah dekat dengan Buya Husein. Hal ini bisa dilihat dari kesederhanaan dalam kesehariannya, terutama menyangkut keluarganya. Jadi ilmu yang diamalkan. Keadilan gender bukan semata teori tetapi seharusnya lebih sebagai praktik hidup,” tuturnya.

Kenal Buya Husein Sejak di Rahima

Perempuan pendiri Komunitas Tanoker di Desa Ledokombo, Jember, Jawa Timur itu menceritakan, ia baru mengenal Buya Husein ketika bersama-sama dan berproses ketika mendirikan Rahima pada awal tahun 2000.

“Saya mengenal Buya Husein sudah lumayan lama, waktu itu di Rahima. Ada 3 direktur di Rahima. Saya, Mas Syafik Hasyim dan Buya Husein. Bagi saya, itulah saat-saat istimewa karena bisa belajar langsung dan juga saling belajar dengan Buya Husein,” tutur Ibu Ciciek.

Pada saat itu, Ibu Ciciek mengaku, bukan hanya belajar tentang ilmu, tetapi bisa bekerjasama dengan Buya Husein dan ia mencoba mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari di sektor domestik dan publik. (RUL)

Tags: Buya HuseinCiciek FarhaDR HCislamkeadilan genderKomunitas Tanokermisi kenabiannabi muhammadpenghormatanpesantrenTafsir GenderUIN Semarang
Fachrul Misbahudin

Fachrul Misbahudin

Lebih banyak mendengar, menulis dan membaca.

Terkait Posts

kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

Ketika Rumah Tak Lagi Aman, Rumah KitaB Gelar Webinar Serukan Stop Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

14 Juni 2025
Financial Literacy

Melek Financial Literacy di Era Konsumtif, Tanggung Jawab atau Pilihan?

11 Juni 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID