• Login
  • Register
Rabu, 29 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Cara Mengatasi Kesedihan yang Gagal Kita Pahami Menurut Abu Hasan Asy-Syadzili

Tak ada angin, tak ada hujan. Tiba-tiba hati berkabut, dan kalut. Sehingga hal ini menimbulkan ketidaknyamanan dan tanda tanya besar dalam diri seseorang yang mengalaminya

Alfika Syafa Alfika Syafa
09/03/2023
in Hikmah
0
Cara Mengatasi Kesedihan

Cara Mengatasi Kesedihan

594
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pernahkah hati anda diliputi tsunami kesedihan ataupun kegembiraan secara tiba-tiba? Kita akui atau tidak, saya yakin dari lubuk hati anda yang paling dalam tentu mengatakan iya. Entah kesedihan dan kegembiraan tersebut hadir karena sebab pasti ataupun sebab yang gagal kita pahami. Lalu bagaimana cara mengatasi kesedihan menurut Abu Hasan Asy-Syadzili? Begini penjelasannya.

Saat kita merasakan sebuah kesenangan atau kegembiraan, kadang kita tak peduli penyebab apa yang melatar belakanginya. Kita seolah acuh dan mencukupkan diri untuk sebatas menikmati kegembiraan tersebut. Namun, jika kesedihan dan kesumpekan yang datang, tentu kita sibuk mempertanyakan penyebabnya. Padahal jika kita tarik ke belakang, kita melihat kenihilan yang bisa memantik kesedihan dan kesumpekan

Pun, sandang, papan, pangan bahkan pasangan telah terwujud seperti apa yang kita harapkan. Tapi mengapa hati masih saja terbelenggu kesedihan dan kesumpekan? Tak jarang aktivitas sehari-hari juga sering diwarnai kekosongan bahkan saat kita menunaikan kewajiban peribadahan sekalipun. Lalu adakah di lain sisi hal yang salah dan perlu kita benahi?Bagaimana cara mengatasi kesedihan ini?

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hal yang perlu kita benahi, kita mulai dulu dengan memahami perihal hati. Episentrum pusat kesenangan, kesumpekan, kekosongan sama-sama ada di dalam hati. Seperti namanya, hati dalam Bahasa Arab kita kenal dengan istilah qalb yang memiliki arti membolak-balik. Sampai di sini terang? Ya, seperti namanya, hati merupakan sesuatu yang membolak-balik. Bukan lagi sebuah keanehan jika kita mendadak mengalami sensasi gembira yang menggebu-gebu lalu tiba-tiba sedih sembilu.

Daftar Isi

    • Mengenal Maqam Qabdh dan Basth
  • Baca Juga:
  • Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia
  • Keragaman Alam Semesta Adalah Kehendak Tuhan untuk Manusia
  • Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad
  • Pada Masa Pra-Islam, Perempuan Menjadi Manusia Paling Lemah dan Tidak Dihargai
    • Sebab dan Cara Menghadapi Maqam Qabdh
    • Bagaimana dengan Kesedihan yang Gagal kita Pahami?
    • Pendar Cahaya Ilahi

Mengenal Maqam Qabdh dan Basth

Dalam istilah tasawwuf keadana tersebut kita kenal dengan maqam qabdh (keadaan sempit atau sedih) dan maqam basth (keadaan lapang atau senang). Keadaan tersebut  mengacu pada sesak dan lapangnya dada seseorang, kegundahan, kegembiraan, ungkapan kecemasan dan harapan (Schimmel 1994: 251) .

Baca Juga:

Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia

Keragaman Alam Semesta Adalah Kehendak Tuhan untuk Manusia

Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad

Pada Masa Pra-Islam, Perempuan Menjadi Manusia Paling Lemah dan Tidak Dihargai

Maqam tersebut senantiasa silih berganti hadir dalam hati manusia sebagaimana yang Imam Abu Hasan Asy-Syadzili katakan:

 قلما يخلو العبد منهما و هما يتعاقبان كتعاقب الليل و النهار القبض و البسط

“ Qabdh dan basth, jarang sekali seorang hamba terlepas dari keduanya. Keduanya silih berganti sebagaimana silih bergantinya malam dan siang ’’

Dari sini dapat kita fahami bahwasanya keduanya merupakan sebuah kewajaran dan jangan terlalu kita khawatirkan.

Sebab dan Cara Menghadapi Maqam Qabdh

Lalu apa sebab musabab maqam qabdh itu sendiri? Menurut Abu Hasan As-syadzili, sebab dari maqam qabdh ada 3:

واسباب القبض ثلاث: ذنب احدثته، او دنيا ذهبت عنك او نقصت لك، او ظلم يؤذيك فى نفسك او فى عرضك او بنسبك لغير دين

“ Yang pertama, karena dosa yang baru saja  dilakukan, kedua berkurangnya atau hilangnya perkara dunia darimu, dan sebab yang ketiga  karena  perlakuan zalim seseorang  yang mengakibatkan dirimu  terluka bahkan jatuh harga dirinya serta menganggapmu dari golongan selain agamamu ”

Lantas hal apa yang harus kita lakukan jika kita mengalami maqam qabdh yang disebabkan 3 hal di atas? Sebagai seorang hamba, sudah sepatutnya langkah pertama yang kita tempuh adalah memperbaiki dan meningkatkan ubudiyah kita. Lalu mengembalikan semua peristiwa pada keilmuan yang telah kita miliki, dan dibarengi dengan mengamalkan perintah Allah:

اما فى الذنب فبالتوبة و الإنابة و طلب الإقالة

Apabila kesumpekan disebabkan oleh perbuatan dosa, maka adab sohibul qabdh adalah  menyegerakan diri untuk bertaubat dan inabah (kembali ingat) kepada Allah SWT.

 واما فيما ذهب عنك من الدنيا او نقص فبالتسليم و الرضا و الاحتساب

Apabila kesumpekan disebabkan karena tanggal dan berkurangnya perkara dunia dari sohibul qabdh, maka adab sohibul qobd adalah taslim alias berserah kepada Allah dan rida atas apa yang menimpanya.

   واما فيما يؤذيك به ظالم فبالصبر ولاحتمال

Apabila kesumpekan disebabkan oleh perlakuan zalim seseorang yang menyakiti, maka tindakan sohibul qabdh disini adalah bersabar serta menguatkan diri dalam kondisi tersebut.

Bagaimana dengan Kesedihan yang Gagal kita Pahami?

Namun tak jarang kita mengalami  maqam qabdh tanpa kita ketahui sebab musababnya. Tak ada angin, tak ada hujan. Tiba-tiba hati berkabut, dan kalut. Sehingga hal ini menimbulkan ketidaknyamanan dan tanda tanya besar dalam diri seseorang yang mengalaminya.

Maka pada keadaan demikian, sikap yang sebaiknya kita lakukan sebagai sohibul qabdh tersebut adalah taslīm alias berserah diri kepada Allah. Hingga rentang waktu qabdh berlalu dengan sendirinya. Kita perlu menyelami lautan kesabaran menunggu waktu yang akan datang dengan tenang.

Sebab jika sohibul qabdh sibuk mencari-cari jalan keluarnya, justru hal tersebut akan menambah kadar kesempitan dalam hatinya. Karena ia berusaha menghadap waktu sebelum jatuh masanya. Sehingga hal demikian barangkali tergolong sū’ul-adab kepada Allah. Namun jika sohibul qabdh menyerahkan diri pada hukum waktu, maka dalam waktu dekat, maqam qabdh tersebut akan segera sirna.

Sesungguhnya Allah SWT berfirman:

وَ اللهُ يَقْبِضُ وَ يَبْسُطُ وَ إِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Artinya: “ Dan sesungguhnya Allah menyempitkan dan melapangkan, dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan ” (al-Baqarah:245).

Pendar Cahaya Ilahi

Merupakan kehendak Allah mengubah dari senang ke sedih, dari lapang ke sempit pun sebaliknya. Agar apa? Tak lain tak bukan agar hambanya lebih peka bahwa kita semua hamba yang tidak dapat keluar dari hukum ketentuan-Nya berupa “ Laa haula wala quwwata illa billah “. Maka di sini kita harus menyadari betapa lemahnya kita sehingga sangat butuh terhadap pertolongan-Nya.

Tak hanya itu, rasa lapang adalah gambaran karunia Allah, sedangkan sempit adalah keagungan Allah. Jika seseorang terus berlatih menerima kedua kondisi secara persisten tanpa prasangka buruk, maka ia akan mencapai kondisi istiqamah dan imbang rasa. di mana kedua hal itu bermuara pada ketidakmudahan jiwa untuk  goncang menghadapi dua hal yang seakan bertolak belakang.

Setiap ujian menggugurkan tumpukan kotoran ruang hati yang jejal akan samudra prasangka, wahm, dan segala macam maksiat. Hingga lama kelamaan ruang hati menjadi makin lapang karena telah luruh oleh ujian tersebut. Lalu pendar cahaya-cahaya Ilahi yang semula tak bisa masuk, kini pelan-pelan menyelinap. Menghidupkan kembali hati dan melapangkan dada yang semula hampir mati. Ingat! dalam pertolongan Allah melalui hal-hal yang tidak engkau sukai, yakni melalui hal-hal yang menyesakkan, selalu ada hikmah halus terselip di dalamnya. []

 

 

Tags: Abu Hasan Asy-SyadziliHatijiwaKeksongankesedihanmanusia
Alfika Syafa

Alfika Syafa

Alfika Syafa. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Terkait Posts

Imam Malik

Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

28 Maret 2023
Flexing Ibadah

Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

28 Maret 2023
Prinsip Hidup Bersama

Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

27 Maret 2023
kehidupan bersama

Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama

27 Maret 2023
Batasan Sakit yang Membolehkan tidak Puasa

Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?

27 Maret 2023
Konstitusi

Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

25 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sittin al-‘Adliyah

    Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Pada Awalnya Asing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist