• Login
  • Register
Selasa, 28 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Cireng dan Maskulinitas, Ada Apa di Antara Mereka?

Ketakutan akan mempunyai istri yang berjualan cireng nantinya, karena merupakan penanda remuknya harga diri dan gengsi sebagai suami, menambah deretan bukti lain yang menunjukkan bahwa maskulinitas itu sangatlah rapuh

Masithoh Azzahro Lutfiasari Masithoh Azzahro Lutfiasari
20/09/2021
in Keluarga, Rekomendasi
0
Maskulinitas

Maskulinitas

233
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa hari yang lalu, seorang teman mengunggah Instagram story yang berisi sebuah tweet tentang laki-laki yang belum mau menikah karena merasa belum mapan secara finansial. Tweet tersebut kira-kira berbunyi seperti ini, “Aku belum menikah karena aku nggak mau nanti istriku mengunggah cerita di WhatsApp yang berbunyi ‘Cireng-nya ready ya hari ini, Bunda’.”

Lantas, saya membalas unggahan itu dengan mempertanyakan mengapa berjualan cireng dibicarakan dengan konotasi yang buruk. Pekerjaan tersebut halal adanya. Kemungkinan untuk merugi pun cenderung kecil karena bahan-bahan dasarnya mudah dan murah untuk didapatkan. Sebagai penyuka cireng yang terlalu malas untuk membuat sendiri di rumah, tweet tersebut sedikit menyinggung saya.

Memang anggapan bahwa seorang suami harus mampu memenuhi nafkah tanpa bantuan istri sudah mengakar dalam masyarakat kita. Ada satu kalimat dalam bahasa Jawa yang diaminkan oleh banyak orang, “Ajining wong lanang kuwi soko nyambut gawe.”, yang berarti harga diri laki-laki adalah bekerja. Begitulah laki-laki diharapkan untuk bisa menafkahi keluarganya.

Namun, jika memang situasinya memerlukan bantuan dari istri dengan cara yang halalan thayibban, misalnya dengan berjualan cireng, tentu tidak ada salahnya. Hal ini sejalan dengan prinsip mubadalah yang merekomendasikan bahwa kesalingan antara suami-istri akan dapat mewujudkan ketahanan finansial keluarga dan salah satu jalannya adalah dengan sama-sama memiliki penghasilan.

Sayangnya, masih banyak laki-laki yang merasa bahwa kerjasama yang seperti ini tidak seharusnya terjadi di dalam relasi rumah tangga. Banyak di antara mereka yang menjadikan ajaran agama sebagai alasan; menyerukan bahwa kodrat perempuan adalah berdiam di rumah dan urusan mencari nafkah itu murni urusan laki-laki; mempunyai pekerjaan hanya akan membuka kesempatan bagi sang istri untuk keluar rumah.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Salahkah Memilih Childfree?

Baca Juga:

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

Salahkah Memilih Childfree?

Beberapa suami ada yang mengizinkan istri untuk mempunyai bisnis sendiri, asalkan tidak mengharuskan mereka memiliki mobilitas yang tinggi di luar rumah. Namun, syarat ini problematis karena berpotensi menghambat perkembangan bisnis sang istri. Sementara, perempuan juga memiliki hak untuk memaksimalkan potensinya, termasuk kepandaian membuat cireng dan mengembangkan ide bisnisnya.

Padahal, penjabaran riwayat Khadijah R.A. dan Aisyah R.A. sebagai istri Rasulullah SAW yang sangat aktif di ranah ekonomi dan publik sudah bertebaran di berbagai media progresif. Para lelaki ini sepatutnya meneladani riwayat Rasulullah dan istri-istri beliau, tetapi sepertinya menyanggah riwayat-riwayat ini akan lebih menguntungkan bagi mereka. Alhasil, masih saja banyak yang lebih memilih penafsiran yang tidak memihak perempuan untuk kepentingan mereka sendiri atas istri, kemudian melabelinya sebagai kebenaran absolut dan menyebarluaskannya.

Selain faktor penafsiran aturan agama yang tidak ramah perempuan seperti di atas, menjaga harga diri dan gengsi adalah satu alasan lain mengapa banyak suami tidak mengijinkan istrinya mempunyai penghasilan sendiri. Harga diri serta gengsi ini berkaitan erat dengan maskulinitas hegemonik yang dicetuskan oleh Raewyn Connell.

Menurut Connell, ada kondisi-kondisi tertentu yang dapat dinyatakan sebagai penentu maskulinitas hegemonik dalam suatu masyarakat. Di dalam masyarakat kita, hal ini meliputi suami dengan status penghasilan tetap dan lebih dari cukup, sehingga istri tidak perlu punya usaha sampingan untuk menyokong perekonomian keluarga.

Ketika istri harus mencari uang tambahan demi keluarga, hal ini meruntuhkan ekspektasi suaminya akan maskulinitas hegemonik yang seharusnya dia miliki. Sang suami tidak menjadi sosok pencari nafkah andalan, citra mapan dan berkecukupan tidak mampu disandangnya.

Apalagi jika yang dilakukan sang istri untuk mencari uang tambahan adalah berjualan cireng, seperti yang dikonotasikan oleh tweet pembuka di atas, tentunya citra tersebut makin hancur berkeping-keping. Cireng, yang merupakan jajanan merakyat, turut menjadi kambing hitam tanpa punya salah apa pun.

Ketakutan akan mempunyai istri yang berjualan cireng nantinya, karena merupakan penanda remuknya harga diri dan gengsi sebagai suami, menambah deretan bukti lain yang menunjukkan bahwa maskulinitas itu sangatlah rapuh. Kerobohannya tidak harus dibuktikan melalui pertarungan sengit di arena pencak silat, taekwondo, atau pun kempo. Luluh lantaknya tidak perlu diupayakan melalui adu tembak. Ia bisa tumbang hanya karena perkara berjualan cireng. Ya, cireng! “Mau ditaruh mana kedigdayaan saya sebagai suami kalau sampai istri saya berjualan cireng?” []

Tags: Istri BekerjakeluargaKesalinganmaskulinitasPeran Perempuanperkawinansuami
Masithoh Azzahro Lutfiasari

Masithoh Azzahro Lutfiasari

Masithoh Azzahro Lutfiasari adalah alumni MA Gender Studies di SOAS, University of London. Aktif di organisasi Puan Menulis sebagai Koordinator untuk periode 2021-2022.

Terkait Posts

Bapak Rumah Tangga

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

28 Maret 2023
Flexing Ibadah

Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

28 Maret 2023
Propaganda Intoleransi

Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

27 Maret 2023
Penutupan Patung Bunda Maria

Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria

26 Maret 2023
Sahabat bagi Anak

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

25 Maret 2023
Zakat bagi Korban

Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

25 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tradisi di Bulan Ramadan

    Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puasa Dalam Perspektif Psikologi dan Pentingnya Pengendalian Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist