• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Ikrar Saling Setia Pengantin di Semanu-Yogyakarta

Fachrul Misbahudin Fachrul Misbahudin
28/12/2018
in Aktual
0
Ikrar saling setia

Ikrar saling setia

29
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Islam mengajarkan bahwa pernikahan adalah sebuah ikatan antara dua insan. Pernikahan memiliki tujuan yang mulia, menciptakan keluarga yang menghadirkan ketentraman (sakinah), dan kasih sayang (mawaddah dan rahmah). Ikrar saling setia wajib diucapkan pasangan pengantin di Semanu-Yogyakarta.

Selain itu, pernikahan juga harus kokoh. Karena dalam  pernikahan yang kokoh akan mengantarkan kedua mempelai pada kebahagiaan dan cinta kasih yang abadi.

Sebagai upaya untuk menciptakan pernikahan kokoh dan mulia, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Semanu, Kab. Gunungkidul, Yogyakarta melakukan sebuah terobosan baru. Setiap pasangan pengantin diharuskan membaca “Ikrar Saling Setia” setelah selesai akad nikah.

Menurut Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Semanu, H. Masduqi, pembacaan “Ikrar Saling Setia” baru pertama kali dilakukan dalam acara pernikahan. Karena biasanya setelah akad nikah hanya menandatangani buku nikah dan berkas yang ada serta ta’liq talaq.

“Ikrar saling setia ini dimaksudkan untuk menguatkan komitmen pengantin baru dalam membangun rumah tangga. Juga agar tumbuh kemantapan untuk saling bertanggung jawab,” kata Masduqi, kepada Mubadalahnews, melalui siaran tertulisnya.

Baca Juga:

Surat yang Kukirim pada Malam

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

Terinspirasi dari Konsep Mubadalah

Dalam Ikrar Saling Setia pengantin baru, ada lima janji pengantin, yakni janji untuk bertanggung jawab melestarikan rumah tangga, saling menghargai dan menghormati, bersama-sama melaksanakan tugas dan kewajibannya, mengedepankan prinsip musyawarah, dan janji untuk saling setia dan tolong-menolong.

“Isi Ikrar pengantin baru itu juga terinspirasi konsep Mubadalah sebagai sebuah prinsip dalam membangun keutuhan rumah tangga,” ungkap Masduqi, yang beberapa kali mengikuti forum tentang konsep Mubadalah dalam perkawinan.

Masduqi menuturkan, pembacaan ikrar ini berawal dari kondisi tingginya angka perceraian di Kecamatan Semanu. Pada tahun 2017 tercatat 55 kasus perceraian bahkan sampai akhir November 2018 sudah 58 pasang yang cerai. Penyebab perceraian rata-rata karena adanya perselisihan dan tidak adanya tanggung jawab satu sama lain.

“Melihat kondisi yang memprihatinkan ini perlu langkah strategis untuk membangun kesadaran pengantin akan pentingnya menjaga keutuhan rumah tangga,” tuturnya.

Seperti yang terlihat pada Minggu, 16 Desember 2018 dalam upacara akad nikah di Jetis Kulon, Pacarejo, Semanu, Gunung  Kidul. Di hadapan orang tua, keluarga, dan tamu undangan yang hadir di acara pernikahan, salah satu pasangan dalam prosesi pernikahan, Rifa’tul Azizah (21) dan Muhammad Fardan Nafis (23) berikrar saling setia.

“Kami suami dan istri bersama-sama selalu tetap setia dalam suka dan duka serta saling tolong-menolong untuk meringankan beban masing-masing,” ucap kedua mempelai.

Gerakan Ngajeni

Pembacaan ikrar saling setia ini sebagai tindak lanjut dari Gerakan Ngajeni yang dicetuskan KUA Semanu bersama Pemerintah Kecamatan Semanu, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Gerakan Ngajeni sendiri memiliki lima sasaran, yakni ngajeni agama (menghormati dan menghargai agama), ngajeni negoro (menghormati dan menghargai negara), ngajeni nyowo (menghargai jiwa), ngajeni keluargo (menghargai dan menghormati keluarga), dan ngajeni sapodo (menghargai dan menghormati sesama).

Gerakan ini sudah di-launching oleh Bupati Gunungkidul, Hj. Badingah pada awal Maret 2018 di Pendopo Kecamatan Semanu.

“Membangun komitmen pengantin baru, masuk sebagai salah satu program Gerakan Ngajeni, yakni Ngajeni Keluarga,” jelas Masduqi.

Masduqi berharap, terobosan ini dapat menjadi titik awal kesadaran para pengantin baru dalam membangun bahtera rumah tangga yang sakinah, mawaddah, rahmah, dan maslahah. Dan bisa menjadi kesadaran bersama bagi keluarga dan masyarakat untuk saling menjaga keutuhan rumah tangga.

“Semoga dengan pembacaan ikrar ini, tingginya angka perceraian di Kecamatan Semanu dapat ditekan dan diminimalisir dan ikrar yang diucapkan pengantin baru itu sesungguhnya tidak sekadar janji, tetapi lebih dari itu kalimat yang diucapkan tersimpan doa untuk keutuhan dan kebahagiaan rumah tangga,” tandasnya. (Ahmad Munir)

Tags: akad nikahgunungkidulikrar janji setiakeluargaKUAperceraianperkawinanpernikahanrumah tanggaSemanuYogyakarta
Fachrul Misbahudin

Fachrul Misbahudin

Lebih banyak mendengar, menulis dan membaca.

Terkait Posts

Marzuki Wahid

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

6 Juli 2025
Samia

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

6 Juli 2025
Ulama Perempuan

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan ISIF

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

5 Juli 2025
kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID