• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Duh.. Ternyata Seksisme Masih Mewarnai Olimpiade!

Perbedaan treatment antara atlet perempuan dan laki-laki berhubungan dengan standar berpakaian juga masih berlaku di event olimpiade Tokyo. Olahragawan dari Inggris Olivia Breen baru-baru ini menyampaikan bahwa ia mendapatkan teguran dari panitia karena celana yang dipakainya terlalu pendek

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
30/07/2021
in Publik, Rekomendasi
0
Olimpiade

Olimpiade

88
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perjuangan, patriotisme, nasionalisme.. dan banyak nilai luhur lainnya yang pasti ingin kita lihat secara riil dalam olimpiade. Bagaimana atlet jatuh bangun untuk meraih medali, bahkan ketika ia tidak diunggulkan sekalipun, atau bagaimana kompetisi tidak membuat individu membenci satu sama lain. Namun, nyatanya tidak semua aspek moralitas dan humanisme tadi bisa kita lihat internalisasinya, termasuk pada perhelatan olimpiade yang kini tengah berlangsung di Tokyo.

Bahkan sebelum dimulai saja, panitia olimpiade Tokyo masih saja dirundung tuduhan seksisme karena pernyataan ketua penyelenggaranya yang menyebut bahwa “perempuan terlalu banyak bicara, (karena) perempuan punya rasa persaingan yang kuat. Jika satu orang mengangkat tangan untuk bicara, yang lain merasa harus pula ikut bicara. (Akhirnya) semuanya merasa perlu untuk bicara” dalam suatu pertemuan virtual.

Tak hanya itu, Mori juga menyampaikan persyaratan tertentu jika ada penambahan personil perempuan sebagai direktur dalam pelaksanaan salah satu event olahraga terbesar di dunia tersebut. “Jika kita ingin menambah direktur perempuan, kita harus memastikan ada pembatasan lamanya mereka berbicara, mereka sulit berhenti, suatu hal yang menjengkelkan,” tutur Mori seperti dikutip dari koran Asahi Shimbun.

Statement kontroversial dari Mori tak ayal membuat ia dikecam banyak pihak. Bahkan hal tersebut memicu mundurnya sekitar 500 sukarelawan yang telah mendaftar sebelumnya. Walau akhirnya eks Perdana Menteri Jepang itu meminta maaf, namun ia dinilai tidak menyampaikannya secara tulus.

Meski kini pengganti Mori sudah ditetapkan, dan berbagai gelaran kompetisi telah berjalan dengan lancar. Namun dalam beberapa kasus, seksisme masih mewarnai acara empat tahunan ini. Salah satunya berkenaan dengan minimnya fasilitas dan akomodasi layak untuk atlet perempuan agar bisa membawa bayinya. Seperti yang disampaikan oleh perenang asal Spanyol, Ona Carbonell. Sebagai seorang ibu baru, alih-alih didukung untuk tetap menjalankan fungsi parenting-nya, ia terpaksa harus meninggalkan sang buah hati karena tempat yang disediakan jauh dari layak.

Baca Juga:

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Perbedaan treatment antara atlet perempuan dan laki-laki berhubungan dengan standar berpakaian juga masih berlaku di event olimpiade Tokyo. Olahragawan dari Inggris Olivia Breen baru-baru ini menyampaikan bahwa ia mendapatkan teguran dari panitia karena celana yang dipakainya terlalu pendek. Dalam kasus lainnya, regu voli pantai Norwegia diminta untuk membayar denda karena mereka lebih memilih mengenakan setelan kaus tanpa lengan dengan celana pendek daripada memakai bikini. Yang mengherankan, atlet laki-laki sejauh ini tidak pernah dikritisi soal apa yang mereka kenakan.

Tak heran, hal ini memunculkan gelombang protes dari sesama atlet, termasuk dari tim senam Jerman yang mengenakan setelan panjang yang lebih tertutup selama kualifikasi olimpiade Tokyo sebagai bentuk protes terhadap seksualisasi perempuan dalam olahraga. Tim yang terdiri dari Sarah Voss, Pauline Schäfer, Elisabeth Seitz dan Kim Bui, telah mengenakan unitard selama mereka berlatih sejak Kamis, 22 Juli lalu.

Yang menarik, keputusan itu mereka buat beberapa saat sebelum bertanding. Awalnya, ketika sedang duduk bersama dan berdiskusi, mereka menyimpulkan bahwa bertumbuh menjadi seorang perempuan bukanlah hal yang mudah, terutama ketika mereka harus mengalami fase pertumbuhan dan gejolak psikologis serta biologis sekaligus.

Namun, di akhir obrolan, mereka menyampaikan bahwa mereka ingin memastikan semua orang merasa nyaman dengan apa yang mereka kenakan. Lebih lanjut mereka ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa tiap orang seharusnya bebas mengekspresikan diri, dan tetap terlihat luar biasa.

Atas bold statement tersebut, mereka pun dibanjiri dukungan dan pujian dari sesama atlet. Salah satunya datang dari pesenam Norwegia, Julie Erichsen:  “saya pikir sangat keren bahwa mereka memiliki nyali untuk berdiri di arena yang begitu besar dan menunjukkan kepada gadis-gadis dari seluruh dunia bahwa kamu dapat mengenakan apa pun yang kamu inginkan.”

Mengaminkan apa yang disampaikan oleh tim pesenam Jerman, ada baiknya publik berhenti mengkritisi kiprah perempuan dalam olimpiade, baik itu di balik layar maupun mereka yang turut bertanding. Selain jalan terjal yang mereka lalui tak mudah, dulu olimpiade sempat melarang kaum hawa untuk berpartisipasi. Sehingga tak heran bila keikutsertaan mereka justru harusnya mendapat apresiasi lebih bukan cemoohan apalagi cibiran sana sini.

Sebab di balik partisipasi mereka di panggung olimpiade, seperti dikatakan oleh mantan pesepakbola perempuan Mia Hamm, ada berjam-jam waktu yang mereka praktikkan untuk berlatih, ada pengorbanan pelatih yang gigih menyemangati hingga kegigihan dari orang-orang sekeliling mereka yang berdoa untuk hasil terbaik. []

Tags: AtletduniaFeminitasGenderkeadilankerjasamaKesetaraanlaki-lakimaskulinitasolahragaOlimpiade Tokyo 2021perempuan
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jalan Mandiri Pernikahan

    Jalan Mandiri Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah untuk Si Bungsu: Budaya Nusantara Peduli Kaum Rentan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Jenis KB Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud
  • KB dan Politik Negara
  • “Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan
  • 5 Jenis KB Modern
  • Jalan Mandiri Pernikahan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version