• Login
  • Register
Rabu, 7 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Ekofeminisme dan Tuhan yang Feminin

Ekofeminisme ini banyak mengambil nilai-nilai spiritual dan mengadopsi cara hidup masyarakat kuno yang selaras dengan alam. Dalam konteks ini, mereka tidak menggunakan term feminin dan maskulin hanya untuk manusia saja, namun juga alam - lingkungan

Fadlan Fadlan
08/08/2022
in Pernak-pernik
0
Ekofeminisme

Ekofeminisme

393
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika kita memikirkan tentang feminisme, credo pertama yang kita pikirkan adalah feminisme Beauvoir yang mengadopsi eksistensialisme Sartre. Penggabungan dua gagasan ini kemudian melahirkan: feminisme-eksistensialisme. Tidak seperti feminisme-eksistensialis, ekofeminisme percaya kalau manusia memiliki fitrah yang mereka bawa sejak lahir, yaitu kualitas-kualitas feminin (yang mewakili cinta, kepedulian, pengasuhan, dan pemeliharaan) dan kualitas-kualitas maskulin yang mewakili ketegasan, kekuasaan, dominasi, dan kekuatan.

Sartre mengatakan bahwa esensi atau fitrah manusia pada dasarnya tidak ada. Esensi atau fitrah baru ada nanti ketika manusia mengukuhkan eksistensinya. Jadi eksistensi mendahului esensi. Nah, gagasan ini diambil oleh Beauvoir dan dimasukkan ke dalam ide feminismenya: Beauvoir mengatakan bahwa esensi atau fitrah, baik laki-laki maupun perempuan, itu tidak ada.

Artinya, perempuan tidak ditakdirkan menjadi ibu rumah tangga, mengasuh keluarga, dan/atau tunduk pada laki-laki (suaminya). Sama halnya, laki-laki juga tidak ditakdirkan menjadi seorang suami, kepala keluarga, dan/atau menguasai perempuan.

Daftar Isi

    • The Second Sex
  • Baca Juga:
  • Perempuan dalam Lintasan Sejarah Dunia Part II
  • Dinamika Gender dalam Budaya Populer
  • Masa Iya, Laki-laki Butuh Feminisme Sih?
  • Tirakat Ala Generasi Milenial
    • Ekofeminisme
    • Teologi Ketuhanan
    • Tawaran Ekofeminisme

The Second Sex

Dalam ‘The Second Sex’ nya, Beauvoir menjelaskan lebih jauh: Bahwa yang namanya norma-norma feminisme atau maskulin itu tidak ada. Perempuan tidak harus menjadi feminin, pendiam, pemalu, pasif, dan manut sama laki-laki. Sama, laki-laki juga tidak harus menjadi maco dan hobi berkelahi biar disebut laki-laki. Semua sifat-sifat tersebut hanya lah konstruk masyarakat yang dibebankan kepada kita.

Sampai di sini kita bisa memahami bahwa feminisme eksistensialis cenderung berfokus untuk menghilangkan stereotip gender di tingkat individu terlebih dahulu.

Baca Juga:

Perempuan dalam Lintasan Sejarah Dunia Part II

Dinamika Gender dalam Budaya Populer

Masa Iya, Laki-laki Butuh Feminisme Sih?

Tirakat Ala Generasi Milenial

Gagasan ini dalam aktivisme dan wacana-wacana seputar gender equality tentu sangat laris digunakan. Bagaimana tidak? Dengan mengakui bahwa perempuan tidak memiliki fitrah atau sifat alami, perempuan tidak perlu lagi merasa malu dengan diri sendiri. Tidak perlu tunduk pada otoritas laki-laki. Dan tidak perlu menjadi seperti apa yang masyarakat inginkan.

Meskipun demikian, bukan berarti feminisme ini bebas dari serangan kelompok lain. Banyak kelompok feminisme mengklaim bahwa menghilangkan stereotip gender di tingkat individu saja itu tidak cukup jika sistemnya sejak awal sudah patriarki. Percuma. Sebab tidak peduli apa yang perempuan pikirkan tentang diri dia, sistem patriarki akan tetap berjalan.

Feminisme-marxisme, sosialis, dan feminisme radikal, misalnya, berambisi untuk merubah segala bentuk sistem patriarki di lingkup terdalamnya dulu: keluarga. Tiga kelompok ini menganggap bahwa patriarki berasal dari keluarga yang menempatkan perempuan sebagai makhluk kelas dua. Ada juga feminisme liberal yang lebih berfokus pada hukum dan regulasi, baik politik maupun agama.

Feminisme liberal percaya bahwa masalah patriarki harus kita letakkan dalam persoalan kebijakan. Penghapusan sistem patriarki dalam lingkup budaya dan sosial itu mustahil kita lakukan tanpa regulasi atau hukum yang memayungi. Olehnya demi menunjang kesetaraan dan keadilan gender, menurut feminisme liberal, kita harus mengubah hukum dan undang-undang yang bias gender terlebih dahulu.

Ekofeminisme

Terlepas dari perdebatan lima kelompok feminisme di atas, ada satu kelompok feminis yang mengambil jalur berbeda dari kelompok feminisme lain, yaitu ekofeminisme.

Ekofeminisme ini banyak mengambil nilai-nilai spiritual dan mengadopsi cara hidup masyarakat kuno yang selaras dengan alam. Dalam konteks ini, mereka tidak menggunakan term feminin dan maskulin hanya untuk manusia saja, namun juga alam – lingkungan. Mereka mengkritik peradaban manusia modern yang semakin ingin menguasai, mendominasi, dan mengeksploitasi.

Mereka menganggap bahwa kerusakan alam, polusi, kekerasan, dan perang terjadi di mana-mana karena kita cenderung melihat segala sesuatu dari segi untung-rugi, sumber daya, uang, status, dan kekuasaan, yang mana semuanya itu mewakili kualitas-kualitas maskulin. Singkatnya, dunia hari ini menjadi tidak seimbang atau berat sebelah di mana kualitas-kualitas maskulin menjadi lebih mendominasi alih-alih kualitas-kualitas feminin.

Ekofeminisme dalam hal ini ingin mengangkat derajat kualitas feminin. Mereka secara radikal mengagung-agungkan kualitas-kualitas feminin dan menganggap kualitas-kualitas maskulin sebagai hal yang buruk.

Teologi Ketuhanan

Mungkin kita sudah biasa melihat tuhan dari sudut pandang kualitas maskulin sebagai tuhan yang berkuasa, pembenci kafir, imanen, terpisah, perkasa, dan mendominasi. Bahkan kata ganti dalam bahasa Arab untuk menyebut tuhan pun menggunakan kata “huwa” yang berarti “Dia (laki-laki)”. Mengapa tuhan cenderung tergambarkan dari sudut pandang maskulin?

Berbeda dari filsafat eksistensialisme, ekofeminisme percaya bahwa manusia memiliki esensi atau fitrah, dan fitrah itu adalah “kesadaran”. Mirip seperti panteisme dan filsafat panpsikisme, ekofeminisme menganggap kesadaran sebagai unsur terpenting di alam, di mana esensi segala sesuatu adalah SATU.

Sayangnya, peradaban modern kita sudah memisakan dan mengotak-ngotakkan hubungan antara manusia dan alam. Alhasil manusia melihat manusia lain sebagai ego-ego yang terpisah dan saling berkompetisi. Kita juga melihat alam sebagai sesuatu yang terpisah dari kita, maka wajar ekspoloitasi, penguasaan, dan pengrusakan alam hari ini banyak terjadi.

Menurut ekofeminisme, pemisahan dan fragmentasi baik antar sesama manusia, dan antara manusia dan alam terjadi karena kita terlalu memuja “tuhan maskulin” (The Father God), dan kurang memuja “tuhan feminin” (The Mother God).

Tawaran Ekofeminisme

Sikap kita yang cenderung memuja tuhan maskulin tersebut membuat kita mengidentifikasi diri kita sendiri sebagai sesuatu yang terpisah, independen, berkuasa, aktif, jauh, dan mendominasi. Kita menyebut diri kita lebih istimewa dari alam, dan kita punya hak untuk menguasai dan mengeksploitasi alam sesuka kita.

Jadi apa tawaran ekofeminisme tidak lain dan tidak bukan adalah dengan mengganti tuhan maskulin dengan tuhan feminin. Para ekofeminis menyebut tuhan mereka sebagai tuhan feminin: ibu pertiwi atau ibu bumi. Dengan memuja tuhan feminin, menurut mereka, kita bisa melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang jauh lebih luas. Kita bisa merealisasikan dan mengembalikan eksistensi segala sesuatu kepada ibu, bumi, kosmos, dan mother nature.

Penyembahan terhadap tuhan feminin ini akan membuat manusia mengidentifikasi diri sebagai yang dekat, pengasih, penyayang, penerima, pemelihara, pasif, berserah diri, dan semua kualitas feminin lainnya. Kualitas-kualitas feminin ini akan membuat manusia sadar bahwa elemen-elemen dalam diri manusia, antarmanusia, bumi, langit, dan alam semesta pada esensinya adalah satu: berasal dari The Mother God. Tuhan feminin. []

Tags: EkofeminismefeminismefilsafatKetuhananPostfeminismetasawufteologi
Fadlan

Fadlan

Kontributor Mubadalah

Terkait Posts

Sa'i

Sa’i: Simbol Perjuangan untuk Meraih Kehidupan

6 Juni 2023
Tawaf

Rahasia Tawaf

6 Juni 2023
Hari Raya Idul Adha

Memaknai Hari Raya Idul Adha

6 Juni 2023
Bekerja

Allah Swt Memerintahkan Kepada Laki-laki dan Perempuan untuk Bekerja

4 Juni 2023
Agama Kemanusiaan

Islam Adalah Agama Kemanusiaan

4 Juni 2023
Keadilan Gender

Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

3 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ketimpangan Relasi Suami Istri

    Pandangan Jamal al-Banna terhadap Ketimpangan Relasi Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Hari Raya Idul Adha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fatimah al-Banjari: Perempuan yang Mengisi Khazanah Kitab Kuning Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Sa’i: Simbol Perjuangan untuk Meraih Kehidupan
  • Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi
  • Rahasia Tawaf
  • Pandangan Jamal al-Banna terhadap Ketimpangan Relasi Suami Istri
  • Fahmina Berikan Pendampingan Pengelolaan Sampah di 4 Pesantren

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist