• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Feminisme Selaras dengan Nahdlatun Nisa

Siapapun yang bergerak dalam isu perempuan dan kelompok rentan lainnya adalah seorang feminis. Meskipun mereka laki-laki

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
14/07/2023
in Personal
0
Nahdlatun Nisa

Nahdlatun Nisa

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tulisan ini berangkat dari respon masyarakat yang merasa anti dengan isu feminisme. Jangankan menerima, mendengarnya saja sudah sangat mengerikan. Liberal! Teriak mereka yang menolak feminisme tanpa dasar. Cobalah bersikap terbuka. Pahami dulu sebelum berkomentar.

Ada yang menganggap feminisme sebagai upaya perlawanan sekaligus pemberonntakan perempuan terhadap laki-laki. Bahkan, beberapa aktivis menyebut feminisme hanya tentang perempuan. Sehingga mereka melepaskan diri dari isu feminisme.

Beberapa orang yang saya temui memandang feminisme sangat berbahya layaknya virus yang mematikan. Mereka menegaskan, perempuan yang sudah terpapar paham feminisme akan menjadi pembangkang dan keras kepala.

Belum lama ini, media sosial ramai dengan pernyataan seorang tokoh yang menghimbau untuk menjauhi feminisme. Langsung, pihak yang tidak bertanggungjawab menggoreng berita tersebut untuk mempengaruhi masyarakat. Sedangkan klarifikasi dan pemaknaan atas pernyataan tersebut kurang mendapat respon di masyarakat.

Mengenal Nahdlatun Nisa

Jika masih kaku untuk menerima istilah feminisme, mungkin istilah nahdlatun nisa dapat mencairkannya. Secara bahasa, nahdlatun nisa memiliki arti kebangkitan perempuan. Bangkit untuk menegakkan keadilan. Bangkit melawan penindasan.

Baca Juga:

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Tafsir Sakinah

Kenapa harus bangkit? Karena perempuan sering menjadi korban ketidakadilan sejak berabad-abad lamanya. Bayangkan, pada masa Romawi Kuno perempuan hanya sebagai barang. Tanpa nilai, tanpa hak apapun selain menjadi kepemilikan orang lain.

Bentuk Ketidakadilan terhadap Perempuan

Mari menengaok sejarah kelam ketidakadilan terhadap perempuan. Sebelum Islam hadir, masyarakat jahiliyah Arab sering mengubur bayi perempuan secara hidup-hidup, menjadikan perempuan sebagai objek seksual, bebas melakukan kekerasan terhadap perempuan, mewariskan perempuan, dan masih banyak lagi.

Dunia juga demikian, memandang perempuan dengan tidak berharga. Pada abad ke-19, Romawi memiliki pasar perempuan. Suami yang sudah tidak menginginkan istrinya lagi akan menjual istrinya dan menukarnya dengan yang lain.

Ajaran agama Hindu di India ada yang menilai perempuan mulia ketika bersedia membakar diriinya sendiri bersama mayat sang suami. Di nepal, pengasingan perempuan yang sedang menstruasi dalam ruangan sempit bahkan di kandang binatang.

Mengenal Feminisme

Feminisme berarti gerakan kolektif dalam bidang ideologi, sosial, politik, dan budaya untuk menegakkan keadilan terhadap perempuan. Gerakan ini bersifat dinamis. Saat ini, wacana feminisme tidak hanya untuk perempuan. Melainkan mencakup semua pihak atau kelompok rentan akan ketidakadilan. Bisa perempuan, anak, lansia, difabel, dan orang miskin.

Siapapun yang bergerak dalam isu perempuan dan kelompok rentan lainnya adalah seorang feminis. Meskipun mereka laki-laki. Memaknai feminisme jangan tunggal. Ia adalah gerakan kolektif yang sangat memungkinkan keterlibatan laki-laki di dalamnya.

Feminisme Selaras dengan Nahdlatun Nisa

Feminisme dan nahdlatun nisa memiliki tujuan yang sama yaitu menegakkan keadilan hakiki pada setiap manusia. Keduanya memandang perempuan sebagai manusia yang utuh. Maka hak dan kewajiban harus melekat secara adil terhadap perempuan.

Feminisme memiliki banyak jenis dan pembagian. Tidak semuanya liberal. Islam memandang feminisme selaras dengan nahdlatun nisa. Kebangkitan perempuan ini bukan untuk menindas laki-laki. Melainkan untuk membela kelompok yang rentan terhadap ketidakadilan.

Keduanya bergerak menuju pesan yang terkandung dalam Islam. Berangkat dari kezaliman menuju keadilan yang hakiki. Kenapa hakiki? Karena feminisme dan nahdlatun nisa harus memastikan keadilan dapat menjangkau seluruh pihak.

Jangan menjadikan keadilan seseorang sebagai standar tunggal atas keadilan orang lain. Setiap orang memiliki keunikan masing-masing. Maka dalam menyelesaikan isu feminisme maupun nahdlatun nisa harus mempertimbangkan pengalaman khas perempuan.

Istilah boleh beda, tapi makna tetap sama. Istilah boleh asing namun makna tetap membumi. Jadi bukan istilahnya yang salah. Melainkan pemaknaan atas istilah tersebut yang berpotensi keliru. []

Tags: feminismeGendergerakan perempuanislamKesetaraanNahdlatun Nisa
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID