Setelah kita paham betapa pentingnya melakukan financial check up, kita harus mulai belajar bagaimana membuat skema keuangan kedepannya.
Mubadalah.id. Permulaan tahun menjadi sarana bagi sebagian orang untuk merangkai dan mewujudkan harapan baru. Langkah demi langkah mulai disusun kembali agar tahun yang berjalan ini menjadi waktu tepat untuk mewujudkan apa yang belum tergapai di masa lalu.
Banyak orang kemudian mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, khususnya dalam hal pengelolaan finansial. Boncos dan kegagalan dalam mengelola finansial menjadi ketakutan yang sebagian besar orang alami.
Guna menghindari hal-hal tersebut, rasanya perlu melakukan evaluasi dan merencanakan keuangan secara baik dan bijak. Salah satunya dengan melakukan financial check up. Lantas, apa itu financial check up?
Mengenal Financial Check Up dalam Keuangan Keluarga
Istilah financial check up memiliki pengertian sebagai sebuah tes kesehatan keuangan untuk mengetahui kondisi nyata dari finansial sekaligus memahami bagaimana caranya agar sehat kembali.
Financial check up sendiri memiliki banyak manfaat seperti: membantu mengerti keeadaan finansial, membantu mengontrol pengeluaran, membantu persiapan keuangan untuk masa yang akan datang, dan terakhir adalah membantu dalam pengambilan keputusan keuangan.
Financial check up menjadi sangat penting ketika keluarga memiliki sebuah tujuan besar. Skema pengelolaan finansial, berinvestasi pada aset-aset baru menjadi pilihan untuk menjamin kemapanan dan peningkatan taraf hidup.
Setelah Paham, Mulailah Belajar Membuat Skema Keuangan!
Kita yang paling tau bagaimana kondisi dan kekuatan finansial kita, sehingga kita sendiri lah yang harus paham bagaimana dan akan ke mana arah kita dalam mengelolanya. Makanya, setelah kita paham betapa pentingnya melakukan financial check up, kita harus mulai belajar bagaimana membuat skema keuangan ke depan.
Namun, tidak perlu khawatir, karena di sini Penulis sudah mengutip beberapa tipsnya. Tips tersebut Penulis ambil dari “Buku Panduan Berkah Pengelolaan Keuangan Keluarga” hasil publikasi Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Dirjen BIMAS Islam Kementerian Agama RI.
Dalam buku panduan tersebut mengarahkan pembaca pada tips pengaturan finansial ala Cash Flow Quadrant yang ditulis oleh Robert Kiyosaki. Dalam bukunya yang berjudul “Rich Dad Poor Dad”, Kiyosaki membuat langkah mengatur skema keuangan dengan membagi individu berdasarkan sumber pendapatan utama mereka.
Pertama, berdasarkan kedudukanya sebagai Employee (Karyawan). Kedua, sebagai Self-Employed (Profesional Mandiri). ketiga, sebagai Business Owner (Pemilik Usaha), dan terakhir adalah Investor.
Di Manakah Kita pada Empat Kuadran dalam Pengaturan Financial?
Dari pengklasifikasian finansial berdasarkan posisi keempat kuadaran tersebut, maka hal-hal yang perlu menjadi perhatian adalah: Pertama, jika kita berada pada kuadran E (Employee), maka akan lebih baik jika kita memperhatikan aspek kepastian dan jaminan dalam mencari pekerjaan. Caranya dengan mencari pekerjaan yang aman dan terjamin serta memiliki jenjang karir yang jelas.
Kedua, kuadran S (Self-Employee), maka untuk mendapat penghasilan yang lebih besar, kita membutuhkan juga usaha dan kerja keras. Mindset orang yang berada pada kuadran S adalah mereka yang mau bekerja lebih keras. Berani menunda kenyamanan, berinisiatif, serta terus meningkatkan kemampuan diri.
Ketiga, kuadran B (Business), terdiri dari business owner yang merupakan orang-orang yang mendapat penghasilan tanpa terlibat langsung dalam operasi perusahaan yang mereka punya. Biasanya orang dengan kuadran B adalah pengusaha besar yang bisnisnya dijalankan oleh orang-orang kuadran E.
Keempat, kuadran I (Investor), yang merupakan level tertinggi dari tiga jenis kuadran tadi. Jika kita berada dalam kuadran ini, maka kita bisa bebas secara waktu dan finansial karena memperoleh penghasilan dari hasil investasi.
Empat kuadaran yang Kiyosaki jelaskan tersebut layak menjadi gambaran bagi kita untuk mengatur dan menerapkan finansial dengan benar. Namun, semua itu tentu membutuhkan kerjasama dari semua anggota keluarga.
Diet ketat pada pengeluaran rumah tangga misalnya, harus juga menjadi kesepahaman dan kesepakatan bersama antara suami-istri dan juga anak-anak. Semoga memberikan inspirasi dalam pengaturan finansial ke depan. []