• Login
  • Register
Rabu, 8 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hukum Syariat

Fiqih dan Pengalaman Perempuan

Nur Rofiah Nur Rofiah
02/03/2020
in Hukum Syariat
0
35
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dalam berbagai kesempatan, saya sering mengingatkan bahwa Fiqh itu sangat penting, tapi jangan dipandang satu-satunya hal penting dalam Islam. Ada pertimbangan Islami lainnya yg juga diperlukan selain sah atau tidak sah, dan halal atau haram.

Minimal, jadi bisa ditambah, perlu ditambah dua pertimbangan lainnya sehingga menjadi 3 langkah. Pertama, apakah sesuatu itu boleh atau tidak menurut Islam? Untuk menjawab pertanyaan ini lazim menggunakan nalar bayani atau nalar yang didasarkan pada teks-teks otoritatif.

Kedua, sesuatu yang halal atau boleh menurut agama itu baik atau tidak? Jadi konteks yang berbeda bisa membuat sesuatu yang halal sekaligus baik, tapi bisa juga sebaliknya jadi buruk. Misalnya daging kambing halal tapi bagi mereka yang darting alias tekanan darah tinggi, maka tidak baik. Ini perlu nalar burhani yang bertumpu pada logika untuk bisa sampai pada kesimpulan halalan thoyyiban.

Ketiga, sesuatu yang halal lagi baik (halalan thoyyiban) perlu ditanya lagi apakah layak/pantas atau tidak. Jawabannya tentu mesti layak/pantas. Misalnya kasih gule kambing ke tetangga (halal lagi baik), tapi ngasihnya pakai panci sedangkan dagingnya cuma dua potong kecil. Tentu tidak pantas sehingga perlu dagingnya ditambahin atau tempatnya diperkecil, biar pantas. Ini perlu menggunakan nalar irfani yang bertumpu pd rasa/sensitifitas untuk bisa sampai pada kesimpulan halalan thoyyiban wa ma’rufan.

Manusia diberi bekal fisik (terutama panca indra), akal, sekaligus hati untuk bisa melihat kebaikan secara lebih utuh. Mempertimbangkan segenap akal budi dalam setiap tindakan ini justru kemampuan khas manusia yang membedakannya dari makhluk lain.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?
  • Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber

Baca Juga:

Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?

Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota

Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw

Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber

Pengalaman perempuan secara biologis seperti menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui adalah sah untuk dipertimbangkan dalam kemaslahatan Islam. Saya tulis beberapa saja biar tidak kepanjangan.

1. Menstruasi. Jika al-Quran melarang hubungan seksual dengan istri saat menstruasi karena adanya rasa sakit (adza) yang mungkin dirasakan oleh istri (bukan penyakit loh. Dicubit itu sakit tapi cubitan bukan penyakit kan?), rasa sakit karena menstruasi itu sudah terjadi sebelum darah mens keluar. Namanya PMS (Premenstrual Syndrome). Pada masa PMS secara fiqh halal hubungan seksual, tapi karena larangan huseks saat mens karena sakit, maka ini masuk kategori halal tapi tidak baik sehingga ya jangan lakukan !!!.

2. Nifas. Ada video yang menunjukkan proses kelahiran melalui sesar, yang terlihat simpel. Kenyataannya tidaklah sesimpel itu, baik normal maupun sesar sama-sama menyebabkan luka sehingga perlu dijahit. Secara fiqh kalau darah nifas sudah berhenti, maka halal untuk berhubungan seksual. Tapi pernahkan jarinya kena pisau? Apakah setelah darah berhenti jari tidak sakit? Masih sakit dong ahh!!! Artinya, walau darah sudah berhenti, belum tentu sudah sepenuhnya hilang rasa sakit.

Dalam video tersebut menunjukkan ada beberapa lapisan yang dijahit setelah sesar. Artinya jahitan luar mungkin sudah terlihat kering secara sempurna, tapi waspadalah mungkin jahitan bagian dalam masih belum.

Jadi setelah nifas selesai, secara fiqh halal tapi jika masih berbahaya dan sakit walaupun hanya pada pihak istri, maka itu jelas belum baik (thayyiban).

3. Istihadloh. Ini darah yang keluar selain pada masa haid dan nifas. Disebut istihadloh karena ada indikasi sesuatu yang tidak berjalan semestinya yang bisa jadi indikasi adanya sakit. Secara fiqh hukumnya berbeda dengan orang yang sedang mens dan nifas. Tapi ingat ya sesuatu yang Islami tidak hanya yang sah/halal/boleh menurut agama tapi juga mesti baik/thayyib, dan pantas/ma’ruf untuk dilakukan seorang manusia yang berakal budi.

saya sampai nangis loh terharu saat menyadari khithab ayat menstruasi dalam al-Quran malah ditujukan pada laki-laki,  padahal hanya perempuan yang mengalami. Juga ayat tentang kehamilan, kelahiran, tentu saja meliputi nifas, dan menyusui yang ditujukan secara umum tidak hanya untuk perempuan.

Islam sejak abad 7 M sudah mengajak kita semua terutama laki-laki yang tidak mengalaminya untuk punya perhatian khusus pada pengalaman biologis perempuan. Bandingkan dengan tradisi sebelumnya yagn justru menjadikan pengalaman ini sebagai alasan untuk semakin menistakan perempuan.

Sayang yaaaa kalau nilai luhur dam agung ini hilang jika Islam hanya dihayati sebatas fiqh yang memang pertaruhannya pada aspek legal formal. Fiqh sangat penting tapi jangan sampai membuat pertimbangan lain seakan tidak penting sama sekali dalam Islam. []

Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Pernikahan tanpa Wali

Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

3 Februari 2023
Hukum Aborsi

Fatwa KUPI (Bukan) Soal Hukum Aborsi

29 Desember 2022
Khitan Perempuan

OIAA-Cairo: Mengharamkan Khitan Perempuan Sesuai Syari’ah Islam

19 Desember 2022
Khitan Perempuan

Ulama Dunia Desak Hentikan Khitan Perempuan

13 Desember 2022
Hukum Perempuan Haid Membaca Al-Quran

Hukum Perempuan Haid Membaca Al-Quran Menurut Syekh As-Sya’rawi

2 Desember 2022
Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

9 November 2022
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Childfree

    Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu We Will Rock You dalam Satu Abad NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Saw Meminta Kepada Para Suami agar Jangan Melecehkan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Nol Toleransi terhadap Sunat Perempuan : Memahami Bahaya P2GP

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagaimana Hukum Suami Mengasuh Anak?
  • Kampung Adat Kranggan, Masih Eksis di Pinggiran Ibu Kota
  • Umm Hisyam Ra Menghafal Al-Qur’an Langsung dari Lisan Nabi Saw
  • Mengenal Party Pooper, Melihat Perilaku Para YouTuber
  • Kisah Saat Nabi Muhammad Saw Memuji Orang Kafir Karena Karyanya

Komentar Terbaru

  • Sisi Lain dari Haul Gus Dur ke-10 di Cirebon, yang Bikin Semua jadi Ambyar - Mubadalah pada Alissa Wahid: Islam Menolak Segala Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan
  • Hari Nol Toleransi terhadap Sunat Perempuan pada Hari Anti Sunat Perempuan Internasional: Bukti Praktik P2GP Membahayakan Perempuan
  • Mengapa Anak Muda Perlu untuk Mendukung Pengesahan RUU PPRT - kabarwarga.com pada RUU PPRT dan Penghapusan Perbudakan Modern
  • Satu abad NU: empat hal yang perlu disiapkan ormas Islam terbesar di Indonesia ini untuk memasuki usia abad ke-2 - Course View pada Mendidikkan 7 Nalar Moderat Buya Husein Muhammad
  • Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim Menurut Islam pada Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Global Warming?
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist