• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Gempa Turki dan Suriah, serta Refleksi Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana

Secara historis, Smong merupakan kearifan lokal dari rangkaian pengalaman masyarakat Simeulue pada masa lalu terhadap bencana gempa bumi dan tsunami

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
09/02/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Gempa Turki

Gempa Turki

825
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Senin lalu menjadi salah satu hari tergelap di Turki dan Suriah. Bagaimana tidak, kedua negara yang berbagi batas wilayah ini harus dihadapkan pada goncangan gempa dahsyat dengan Magnitudo (M) 7,8. Saking kuatnya kekuatan gempa, getarannya bahkan terasa hingga ke Lebanon dan Israel.

Daftar Isi

    • Gempa Turki dan Suriah
    • Kearifan Lokal Simeulue dalam Mitigasi Gempa
  • Baca Juga:
  • Bagaimana Cara Melakukan Pengelolaan Sampah di Pengungsian?
  • Makanan Penambah Darah untuk Ibu Hamil Berdasarkan Kearifan Lokal Indonesia
  • Belajar Mitigasi Banjir dari Kearifan Lokal Masyarakat Aceh
  • Serba-serbi Festival Halloween dari Tragedi Itaewon hingga Kearifan Lokal
    • Makna Smong dan Kewaspadaan terhadap Bencana

Gempa Turki dan Suriah

Gempa Turki ini tercatat sebagai gempa bumi dengan dampak skala terbesar sejak 1939 yang menewaskan lebih dari 30 ribu jiwa. Menurut pemberitaan AFP, gempa yang terjadi sekarang bisa saja menimbulkan dampak negatif dengan skala yang sama. Terlebih, menurut para pakar, banyak faktor yang menyebabkan mayoritas warga tidak waspada ketika bencana terjadi. Yakni gempa yang terjadi dini hari, kurang kuatnya konstruksi bangunan, serta garis patahan yang relatif tenang.

Berdasarkan laporan sementara, jumlah korban jiwa telah mencapai lima ribu. Melalui pemberitaan media, dikabarkan korban akan terus bertambah karena proses evakuasi masih berjalan. Selain penyebabnya tertimpa reruntuhan gempa, korban meninggal dunia telah Badan Kesehatan Dunia (WHO) prediksi akan terus meningkat. Karena saat ini Turki dan Suriah sedang menghadapi musim dingin. Hal tersebut tentu kian mempersulit situasi di lapangan, utamanya yang berkaitan dengan penyediaan akomodasi yang nyaman dan aman untuk para pengungsi.

Kearifan Lokal Simeulue dalam Mitigasi Gempa

Seperti halnya Turki dan Suriah, potensi bencana gempa di Indonesia juga cukup tinggi. Bahkan intensitas dan frekuensi gempa di Indonesia terhitung lebih sering dibandingkan dua negara tadi. Lalu, bagaimana masyarakat kita dapat bertahan dari goncangan gempa yang dahsyat selama ini?

Kunci bertahannya masyarakat salah satunya berkaitan dengan menerapkan kearifan lokal yang efektif untuk meminimalisir bencana. Seperti penerapan di Simeulue, Aceh ketika tsunami tahun 2004 lalu. Di saat daerah lain warganya banyak yang meninggal dunia, pulau Simeulue hanya mencatatkan enam orang korban jiwa saja.

Baca Juga:

Bagaimana Cara Melakukan Pengelolaan Sampah di Pengungsian?

Makanan Penambah Darah untuk Ibu Hamil Berdasarkan Kearifan Lokal Indonesia

Belajar Mitigasi Banjir dari Kearifan Lokal Masyarakat Aceh

Serba-serbi Festival Halloween dari Tragedi Itaewon hingga Kearifan Lokal

Setelah ditelusuri, warga di sana menekan angka kematian dengan cara mengimplementasikan budaya Smong. Smong sendiri secara sederhananya, merupakan budaya menumbuhkan kewaspadaan terhadap bencana yang sudah ada sejak 1970, dan masih mereka terapkan hingga sekarang. Berikut adalah dua bait syair lagu yang bercerita tentang Smong karya Muhammad Riswan dengan nama tenarnya Moris, salah satu tokoh adat dan pemerhati budaya Simeulue.

Enggel mon sao surito…

Inang maso semonan…

Manoknop sao fano…

Uwi lah da sesewan…

(Dengarlah sebuah cerita)

(Pada zaman dahulu)

(Tenggelam satu desa)

(Begitulah mereka ceritakan)

 

Unen ne alek linon…

Fesang bakat ne mali…

Manoknop sao hampong…

Tibo-tibo mawi…

(Diawali oleh gempa)

(Disusul ombak yang besar sekali)

(Tenggelam seluruh negeri)

(Tiba-tiba saja)

Kearifan lokal smong memiliki hubungan dekat dengan mitigasi bencana tsunami secara tradisional, dan telah tersampaikan melalui puisi-puisi yang terkandung dalam manafi-nafi (cerita rakyat), mananga-nanga (lagu pengantar tidur), nandong (bersenandung) yang telah mereka perkenalkan pada keturunan dari buaian sampai usia tua (Gadeng et al. 2017). Kearifan lokal ini terbukti efektif mengingat pada saat itu belum ada sistem peringatan dini terhadap ancaman bencana tsunami di pulau tersebut.

Makna Smong dan Kewaspadaan terhadap Bencana

Sejak itu, kata Smong begitu akrab di kalangan masyarakat Simeulue. Smong mereka artikan sebagai hempasan gelombang air laut yang berasal dari Bahasa Devayan, Bahasa asli Simeulue. Secara historis, Smong merupakan kearifan lokal dari rangkaian pengalaman masyarakat Simeulue pada masa lalu terhadap bencana gempa bumi dan tsunami.

Apa yang terjadi di masa lampau, membuat warga lokal mengambil banyak hikmah, termasuk menjadikannya pelajaran dan peringatan bagi generasi selanjutnya. Tak heran kisah Smong mereka ceritakan secara turun-temurun melalui nafi-nafi. Nafi adalah budaya lokal masyarakat Simeulue berupa adat tutur atau cerita yang berisikan nasihat dan petuah kehidupan, termasuk Smong. Para tetua dan tokoh adat menyampaikan nafi-nafi kepada kaum muda agar mereka dapat mengambil kebaikan dari apa yang dituturkan.

Cerita Smong tersampaikan kepada generasi muda termasuk anak-anak dalam berbagai kesempatan. Seperti saat memanen cengkeh, salah satu produk yang banyak Pulau Simeulue hasilkan. Anak-anak yang membantu orangtuanya setiap memanen cengkeh, menjadikan kisah-kisah Smong sebagai selingan di tengah kesibukan mereka memetik hasil pertanian.

Dari budaya sederhana Smong, warga lokal Simeulue menjadi jauh lebih waspada ketika bencana datang dibandingkan kelompok masyarakat lain di wilayah Aceh. Hal ini selanjutnya berefek positif pada rendahnya korban jiwa saat tsunami melanda. (Bebarengan)

 

Tags: Budaya SmongGempa Turkikearifan lokalMitigasi BencanaTsunami Aceh
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Manusia Pilihan Tuhan

Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

2 April 2023
Sepak Bola Indonesia

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

1 April 2023
Keberkahan Ramadan, Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

31 Maret 2023
Agama Perempuan Separuh Lelaki

Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

31 Maret 2023
Konsep Ekoteologi

Konsep Ekoteologi; Upaya Pelestarian Alam

30 Maret 2023
Kontroversi Gus Dur

Kontroversi Gus Dur di Masa Lalu

30 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist