• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

Secara ekologis, Sasi laut berperan penting dalam melindungi biota laut dari kepunahan akibat eksploitasi berlebihan dan praktik tangkap yang merusak.

Revalina Setyaningrum Revalina Setyaningrum
16/06/2025
in Publik
0
Raja Ampat yang

Raja Ampat yang

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa pekan terakhir, jagat media sosial dihebohkan oleh berita tentang masuknya aktivitas tambang nikel di wilayah Raja Ampat. Tentu kabar ini membuat banyak orang marah, terutama orang-orang yang selama ini terus berjuang untuk melestarikan alam dengan berbagai cara.

Kemarahan ini pun memunculkan tagar #SaveRajaAmpat di media sosial, hal ini bertujuan untuk mengajak publik secara bersama-sama bersuara untuk mendorong pemerintah mencabut izin pertambangan tersebut.

Dan ya, masyarakat yang melawan, kini menang. Setelah beberapa minggu tagar tersebut terus dipakai, pemerintah resmi mencabut empat izin pertambangan di Raja Ampat.

Meski begitu, kita tidak boleh berhenti begitu saja. Karena alam Indonesia, termasuk Raja Ampat harus tetap kita jaga dan lestarikan. Seperti halnya yang dilakukan oleh kelompok Sasi perempuan Waifuna dari Kampung Kapatcol, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Setiap tahun kelompok Waifuna melakukan tradisi Sasi.

Melansir dari website Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menyebutkan bahwa Sasi adalah aturan adat yang hidup dan tumbuh di tengah masyarakat Papua dan Maluku. Tradisi ini mengatur pembatasan sementara terhadap pemanfaatan sumber daya alam.

Tujuannya ialah untuk memberikan waktu bagi alam memulihkan lingkungannya. Biasanya di masa Sasi berlaku, tidak boleh ada aktivitas pengambilan hasil laut di area tertentu. Baru, setelah masa Sasi dibuka, semua orang boleh memanen biota laut yang diperbolehkan seperti Teripang, Lobster, dan Lola selama 3-7 hari.

Baca Juga:

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

Surga Raja Ampat dan Ancaman Pertambangan Nikel

Tambang Nikel dan Masa Depan yang Terancam di Raja Ampat

Penambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Nyata bagi Masyarakat Adat

Meski bebas, alat dan cara pengkapan biota laut pun tetap harus menggunakan alat dan cara yang ramah lingkungan. Seperti memanen dengan cara tangan kosong atau dengan tombak kayu.

Manfaat Tradisi Sasi

Melansir Antaranews.com, tradisi Sasi membawa dampak nyata, baik dari sisi ekologi maupun sosial kemasyarakatan. Secara ekologis, Sasi laut berperan penting dalam melindungi biota laut dari kepunahan akibat eksploitasi berlebihan dan praktik tangkap yang merusak.

Pelajaran berharga datang dari wilayah Misool, di mana ekosistem laut sempat rusak parah akibat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Namun, melalui penerapan Sasi, alam kita beri ruang untuk pulih. Laut kembali hidup.

Di sisi lain, Sasi juga memberikan manfaat ekonomi yang tak kalah penting. Hasil panen laut yang mereka jaga dan panen secara kolektif, mereka gunakan untuk membiayai kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Hingga menjadi semacam dana gotong royong bagi warga yang tengah kesulitan. Seperti halnya yang masyarakat Kapatcol lakukan juga.

Pada 2022, warga sepakat menggunakan hasil penjualan laut selama masa Sasi dibuka untuk membantu putra Almina melanjutkan pendidikan militer. Bantuan itu membuahkan hasil, anak tersebut kini menjadi anggota TNI pertama dari kampungnya, dan bertugas di Jayapura.

Tidak berhenti di situ, pada tahun 2024, mereka juga menggunakan hasil panen Sasi untuk membantu dua anak yang sedang mengalami penyakit dalam.

Dari gambaran yang penuh dengan kebersamaan ini, kita bisa melihat bahwa tradisi Sasi bukan hanya membangkitkan semangat menjaga alam secara bersama-sama, tetapi juga menyadarkan kita untuk saling membantu satu sama lain.

Perempuan Pemimpin Sasi Pertama

Hal unik lain dari Sasi di Kapatcol, Papua Barat itu ialah pemimpinnya perempuan. Jadi, tradisi tersebut tidak hanya hidup sebagai kearifan lokal yang dapat melindungi kelestarian laut, tapi juga sebagai wujud kesetaraan gender.

Mama Almina Kacili, Ketua Kelompok Waifuna berpendapat bahwa menjaga alam adalah tanggung jawab laki-laki dan perempuan. Karena itu, perempuan pun harus kita beri ruang untuk ikut berkontribusi dalam hal ini.

Karena itu lah, meski secara historis Sasi biasa dipimpin dan dilakukan oleh laki-laki, mama Mina dan mama-mama yang lain, berinisiatif untuk melakukan Sasi secara mandiri dengan mendirikan kelompok Sasi perempuan pertama yang diberi nama “Waifuna”. Dalam bahasa yang dalam bahasa setempat artinya berkah dari Tuhan yang Maha Kuasa.

Meski mengalami berbagai tantangan, kelompok Sasi yang dipimpin oleh kelompok perempuan Waifuna kini telah membuahkan hasil. Saat ini Sasi di Kapatcol telah diakui oleh pemerintah kampung, gereja, dan pemegang adat.

Tidak hanya itu, pemerintah kampung juga memperluas wilayah kelola kelompok Waifuna dari 32 hektare menjadi 213 hektare pada tahun 2019 hingga saat ini.

Tentu keberhasilan ini perlu kita apresiasi sebesar-besarnya, karena berkat ketelatenan dan kepedulian kelompok Waifuna pada alam, kini banyak orang yang terinspirasi bahwa menjaga kelestarian alam, baik laut maupun darat, adalah tanggung jawab bersama. Perempuan dan laki-laki. []

Tags: kearifan lokalLautmelestarikanRaja AmpatTradisi Sasi
Revalina Setyaningrum

Revalina Setyaningrum

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia, ISIF Cirebon

Terkait Posts

Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pelecehan Seksual

    Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID