• Login
  • Register
Minggu, 18 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Global Strike Day: Seruan Palestina untuk Seluruh Dunia

Tidakkah menjadi ironi, saat dunia memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM), sementara ada ratusan ribu jiwa yang sedang direnggut hak-haknya?

Kholifah Rahmawati Kholifah Rahmawati
14/12/2023
in Publik
0
Seruan Palestina

Seruan Palestina

935
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bombardir terus-menerus  akibat konflik di Palestina selama dua bulan terakhir telah menyebabkan kerusakan yang begitu massif serta jumlah korban yang sangat tidak manusiawi. Melansir dari databoks.co. Dalam waktu dua bulan, terhitung sejak periode 7 Oktober -7 Desember minggu lalu, jumlah korban jiwa di Palestina sudah menyentuh anka 17.177 di Jalur Gaza dan 256 orang di Tepi Barat.

Sementara puluhan ribu orang terluka dan sisanya masih tertimbun puing-puing reruntuhan. Data tersebut di himpun oleh United Nations Office  for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) melalui Kementrian Kesehatan di Gaza.

Konflik yang berkepanjangan

Banyaknya korban jiwa dari kalangan sipil  Gaza disebabkan karena tidak diindahkan nya hukum humaniter Internasional oleh pihak Israel. Berdasarkan hukum humaniter Internasional pihak-pihak yang berkonflik harus berupaya semaksimal mungkin untuk meminimalisir jatuhnya korban dari kalangan sipil. Mereka seharusnya memastikan adanya tempat aman bagi warga sipil, serta menjamin segala kebutuhan pokok mereka terpenuhi.

Nestapa di Jalur Gaza

Namun fakta yang terjadi justru sebaliknya. Israel telah melakukan berbagai serangan terhadap obyek vital di Gaza. Rumah Sakit, pabrik roti bahkan kamp pengungsian yang seharusnya dilindungi tak luput dari serangan.

Para tenaga medis, relawan kemanusiaan, bahkan jurnalis juga menjadi sasaran mereka. Kondisi tersebut semakin memburuk manakala bantuan kemanusiaan tidak segera mendapat izin masuk.  Akibatnya, hingga saat ini ratusan container bantuan hanya  menumpuk di perbatasan.

Baca Juga:

Nakba Day; Kiamat di Palestina

Vasektomi Jadi Syarat Terima Bansos: Kekuasaan Negara dan Otonomi Tubuh

Pesan dan Harapan Perdamaian dalam Perayaan Dua Paskah di Tanah Suci Palestina

Evakuasi Warga Palestina, Antara Solidaritas dan Potensi Kehilangan Identitas

Tidak berhenti di situ, penderitaan warga Gaza makin bertambah seiring datangnya musim dingin, serta sumber-sumber air yang telah tercemar. Saat ini tengah terjadi krisis pangan yang sangat parah di Gaza. Menurut survei yang dari Word Food Program (WFP) saat adanya jeda perang (24-30/ 11), sekitar 91% responden warga Gaza tidur dalam kondisi lapar, dan 63% responden telah melewatkan hari tanpa makanan.

Ini sangat mengerikan, Bisakah anda membayangkan bagaimana  melewati musim dingin di tengah perang dalam kondisi lapar? Seorang jurnalis Gaza Hind Khoudary mengatakan jika bukan karena serangan udara maka warga Gaza akan mati karena kelaparan. Hind juga telah membagikan kisah pilu mereka dalam menghadapi hari-hari sulit tersebut.

Pentingnya Sebuah Gencatan Senjata

Setelah mendengar kengerian kondisi warga sipil Gaza, tentu  setiap orang akan mengharapkan konflik ini segera usai. Atau setidaknya dilakukan gencatan senjata. Namun kabar buruknya hal yang terjadi justru sebaliknya. Serangan oleh Israel bahkan semakin meluas hingga ke Gaza bagian Selatan, yang membuat ruang aman bagi warga sipil semakin sempit.

“Hari ini adalah hari pertama setelah jeda perang . Pengeboman terjadi di tempat-tempat ramai atau rumah-rumah sipil. Kita bicara tentang pengeboman di  Raffah, Khan-Yonis, Maghzi, dan tempat-tempat lain di daerah tengah jalur Gaza. Kota Gaza dan wilayah Utara Jalur Gaza. Dengan kata lain, tidak ada tempat yang aman. Ungkap salah satu reporter di jalur Gaza, melalui akun instagramnya”. @wizard_bisan1.

Situasi yang semakin memburuk di Gaza membuat Sekjend PBB Antonio Gluterres menuliskan surat khusus kepada Dewan Keamanan (DK) PBB. Pria asal portugal itu terpaksa menggunakan otoritasnya dalam pasal 99 Piagam PBB setelah beberapakali seruanya tentang gencatan senjat tidak membuahkan hasil. Gluterres mendesak DK PBB untuk segera mengadakan resolusi gencatan senjata.

Imbas Penolakan Veto AS dan Alotnya Perjuangan Diplomatik

Melansir dari The Associated Press (AP).  Rapat DK PBB pada Jum’at (8/12) menghasilkan Resolusi Gencatan Senjata untuk konflik Israel-Palestina. DK PBB menilai gencatan senjata sangat penting agar korban dari kalangan sipil dan kehancuran tidak terus bertambah.

Voting pun dilakukan untuk menghasilkan resolusi. Dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB, sebanyak 13 anggota menyetujuinya, hanya Inggris yang abstain. Sedangkan AS justru menggunakan Hak Vetonya sebagai anggota tetap DK PBB untuk menolak resolusi tersebut. Akibatnya resolusi gencatan senjata  gagal dilaksanakan.

Wakil Duta Besar AS Robert Wood menyebut resolusi tersebut tidak seimbang, dan menyayangkan DK PBB yang gagal mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober. Penolakan Veto AS terhadap upaya Resolusi DK PBB pun menyulut amarah dan kecaman hampir di seluruh dunia.

Tidak menyerah dengan  kegagalan  resolusi DK PBB, Mesir dan Mauritania memanfaatkan Resolusi Majelis Umum PBB  atau United Nation General Assembly (UNGA) 377 untuk menyerukan pertemuan darurat khusus Majelis Umum PBB. Keduanya bersuara atas nama Ketua Kelompok Negara Arab dan Kelompok Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Berdasarkan Resolusi tersebut Majelis Umum PBB memiliki wewenang untuk menggelar pertemuan melalui Sekertaris Jendral. Pertemuan ini bertujuan untuk membuat rekomendasi soal tindakan kolektif. Termasuk “penggunaan kekuatan senjata bila diperlukan”

Hasil dari pertemuan tersebut merupakan rekomendasi  ketika DK PBB gagal menjalankan tanggungjawabnya dalam menjaga keamanan dan perdamaian International. Dengan landasan Resolusi tersebut, maka akan diadakan sidang darurat pada Selasa (12/12) pukul 15.00 waktu New York.

Global Strike Day: Seruan Palestina untuk Seluruh Dunia

Menanggapi penolakan Veto AS serta mendorong upaya maksimal pada pertemuan darurat Majelis Umum PBB, para Aktivis dan Organisasi di Palestina menyerukan aksi  “Global Strike” (serangan global) pada hari Senin (11/12).

Seruan tersebut merupakan ajakan kepada seluruh dunia untuk melakukan pemogokan Internasional. Aksi pemogokan tersebut diharapkan meluas. Serta melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh dunia untuk menuntut gencatan senjata secepat mungkin

Merespon seruan tersebut, Berita LBCI Lebanon mengabarkan. Bahwa kantor pemerintah, sekolah serta lembaga pendidikan resmi dan swasta di Lebanon akan melakukan pemogokan umum guna mendukung seruan tersebut.

Aksi global strike tersebut juga merupakan bentuk kritik atas “Human Rights Day” yang diperingati  tepat sehari sebelum seruan tersebut. Tidakkah menjadi sebuah ironi, saat seluruh dunia memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM) sedunia, sementara terdapat ratusan ribu jiwa yang  sedang direnggut hak-haknya? Dan lebih mirisnya lagi adalah PBB sebagai pencetus Human Rights Day justru lumpuh karena Veto AS_sebuah negara yang notabene sering menggemborkan HAM dan demokrasi.

Pentingnya Mengambil Peran

Melihat krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di jalur Gaza, dengan alotnya perjuangan secara diplomatik di kancah International membuat kita sedikit terhenyak. Bahkan di era modern yang “katanya” sangat menjunjung HAM, isu Hak Asasi Manusia masih sering menjadi permainan politik pihak-pihak yang berkuasa.

Oleh kerena itu, merespon seruan Global Strike oleh Palestina, hendaknya setiap orang turut mengambil peran dalam memperjuangkan HAM secara umum dan kemerdekaan Palestina secara khusus. Para pemegang kekuasaan dapat menggunakan otoritasnya untuk berdiplomasi, media harus terus mengupdate informasi secara jujur dan obyektif. Para aktifis, organisasi dan influencer dapat melakukan seruan secara massif.

Adapun masyarakat umum hendaknya dapat memberikan dukungan dalam bentuk apapun (do’a, donasi, boycot, dll). Tentunya dengan terus menyerukan tentang Palestina dan kemanusian serta menyaring segala informasi yang masuk.

Melalui tulisan pendek ini, setidaknya terdapat seruan Palestina, dan terselip harapan untuk masa depan Palestina yang lebih baik serta tegaknya nilai-nilai Humanisme untuk seluruh umat manusia. []

Tags: Global StrikeHak Asasi ManusiaIsraelJalur GazaPBBSeruan Palestina
Kholifah Rahmawati

Kholifah Rahmawati

Alumni UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan dan Mahasiswa di UIN Sunan Kalijga Yogyakarta. Peserta Akademi Mubadalah Muda 2023. Bisa disapa melalui instagram @kholifahrahma3

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nyai Ratu Junti

    Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua
  • Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version