• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Hak-hak Anak dalam Fikih Kontemporer

Pendekatan Ibn al-Qayyim ini, kata Kang Faqih, bersifat kronologis biologis dan bernuansa ritual-kultural. Pendakatan ini banyak para penulis kontemporer adopsi dalam mendaftar dan menjelaskan hak-hak anak dalam hukum Islam.

Redaksi Redaksi
12/10/2022
in Hikmah
0
hak anak kontemporer

hak anak kontemporer

555
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pembahasan hukum Islam mengenai hak anak adalah pengalaman modern untuk merespon konteks kontemporer.

Para penulisnya berbeda pendapat bagaimana merumuskan hal ini dan apa saja yang dianggap hak anak. Pendekatan yang populer adalah dengan merujuk langsung pada khazanah fikih klasik.

Salah satu rujukan dalam hal ini adalah kitab Ibn al-Qayyim al-Jauziyah (w. 751 H), Tuhfah al-Mawdud bi Ahkam al-Mawlud, tentang hukum-hukum terkait anak.

Di dalam kitab ini, menurut Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Fikih Hak Anak, hanya ditemukan satu pembahasan mengenai hak anak, yaitu bab ke-15 hak anak untuk diperlakukan secara adil oleh kedua orang tuanya.

Sementara semua pembahasan yang lain adalah tentang hukum-hukum perilaku orang dewasa terhadap anak-anak.

Baca Juga:

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Saat Fikih Menjadikan Perempuan Kelompok Paling Rentan

Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

Perilaku atau tindakan-tindakan orang dewasa ini, yang merupakan tanggung-jawabnya, jika dipandang secara resiprokal adalah menjadi hak-hak anak.

Pendekatan Ibn al-Qayyim

Pendekatan Ibn al-Qayyim ini, kata Kang Faqih, bersifat kronologis biologis dan bernuansa ritual-kultural.

Pendakatan ini banyak para penulis kontemporer adopsi dalam mendaftar dan menjelaskan hak-hak anak dalam hukum Islam.

Sebenarnya, bab-bab dalam kitab Tuhfah al-Mawdud bi Ahkam al-Mawlud ini berisi tentang hukum-hukum perilaku orang dewasa.

Misalnya, mulai dari hukum makruh membenci anak perempuan, hukum sunnah mengumandangkan adzan di telinga kanan bayi dan iqamah di telinga kirinya, dan hukum sunnah memberi sesepan kurma pada bayi (tahnik).

Kemudian pembahasan mengenai perdebatan hukum fikih mengenai aqiqah (aqiqah) dan detail pelaksanaannya, hukum memotong rambut bayi dan sedekah sejumlah timbangan rambut tersebut, memberi nama bayi yang terbaik, dan hukum khitan.

Lalu hukum melubangi telinga bayi untuk perhiasan, hukum bersuci dari air kencing bayi, hukum air liur bayi, hukum bolehnya menggendong anak pada saat shalat, dan hukum sunnahnya menyambut anak-anak.

Serta hukum wajibnya mendidik dan berbuat adil pada anak, hak anak memperoleh pemberian harta secara adil dari orang tua. Hingga terkait perkembangan biologis dan sosial anak sejak bayi sampai dewasa. (Rul)

Tags: anakFaqihuddin Abdul KodirfikihhakHak anakkontemporer
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Beda Keyakinan

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

30 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

29 Juni 2025
Sakinah

Tafsir Sakinah

28 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Mari Hentikan Pengontrolan Seksualitas Perempuan

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID