• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Ibu Depresi hingga Bunuh Diri, Kita Wajib Peduli

Seorang Ibu tidak bisa kita biarkan sendirian mengerjakan urusan rumah tangga, apalagi tanpa apresiasi dan penghargaan. Mereka bisa jenuh, stress, depresi dan suka marah-marah

Zahra Amin Zahra Amin
23/09/2022
in Keluarga
0
Ibu Depresi

Ibu Depresi

533
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Fakta mengejutkan terungkap dari berita seorang ibu depresi lalu bunuh diri di Pinrang Sulawesi Selatan pada Senin 19 September 2022. Ia ditemukan tewas gantung diri, dengan sebelumnya meracuni dua anak laki-lakinya hingga meregang nyawa. Melansir dari berbagai pemberitaan di media, korban memilih jalan pintas itu karena terjerat hutang di bank dan pegadaian.

Sebelum meninggal, korban ibu depresi tersebut juga menyampaikan wasiat lewat rekaman suara dengan bahasa Bugis. Seseorang bernama Ibhe Ananda berusaha menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Berikut isi rekaman yang sudah diartikan ke Bahasa Indonesia:

Bapak ..

Saya bawa Anakmu

Agar tidak ada lagi yang menyusahkanmu…

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Sisa anakmu yang besar kamu jaga, sayangi dia seperti anakmu yang kecil ini kamu sayangi..

Anak-anakmu yang kecil ini menunggumu di surga. Kalau saya tidak perlu kamu tunggu. Saudara-saudaranya anakmu saja, bersama neneknya

Bapak semangatki’, karena masih ada anakmu dua orang ini yang aku tinggalkan sama kamu..

Biarlah yang kecil ini saya bawa, agar tidak menyusahkan kamu nanti.. Karena anakmu ini juga sering sakit..

Jika nantinya saya pergi, jangan takut untuk tetap tinggal di rumah ini, saya tidak akan menghantui dan mengganggumu

Silahkan tinggallah di sini

Jika ada aneh-aneh yang kita lihat jangan takut dan tetaplah tinggal..

Gelap penglihatanku

Saya sudah minum racun

Anak-anakmu juga sudah pergi

Saya mendahulukan anakmu pergi agar lebih nyaman menunggumu di surga, karena anak-anakmu ini tidak ada dosa-dosanya..

 Jadi saya membawanya karena kamu sangat menyayangi anak-anakmu. Sebenarnya saya sudah tidak tahan menjalani semua ini, daripada saya lebih sakit lagi karena Hutang Piutang ini..

Sudah saya catat tagih dan bayarlah, orang-orang ini baik-baik semua

Seharian ini saya memikirkannya

Karena hari ini saya janji untuk keluarkan emasnya Hj. Dahlia tetapi tidak jadi..

Saya minta maaf sama Bapak

Saya sangat menyayangimu

Sayangi juga anak anakmu

Dan jangan terlalu memikirkan anak anakmu ini yang pergi, karena mereka akan menunggumu di sana. Tidak usah terlalu memikirkannya lagi..

Sudah mulai gelap penglihatanku

Pak saya minta maaf

Sebenarnya niat saya ingin selalu bersamamu, tetapi apa boleh buat…

Anak anakmu sudah pergi…

Pergi ke surga menunggumu di sana

Pergilah ke Kak Amir, saya sudah bicara subuh tadi, minta tolong sama dia karena dia orang baik.. Pasti dia tolong kamu..

Saya bohongi kamu, bilang nanti akan diberi uang sama Ikka. Karena tidak tahu bagaimana lagi cara saya, seharian saya berpikir teruss..

Ya Allah.. uhuhuhu… (mengatur Nafasnya)

Maafkan Hambamu..

Maafkan Hambamu..

(Voice Note dimatikan kemudian gantung diri)

Ibu Depresi Tanggung Jawab Siapa?

Kondisi yang dialami Ibu depresi dengan beragam persoalan rumah tangga, menjadi hantu yang terus membayangi kebahagiaan keluarga. Semoga keluarga bahagia itu bukan mimpi semu belaka. Terlebih dengan harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik, sementara keuangan keluarga tak lagi mencukupi dari penghasilan suami. Maka seringkali anak menjadi korban dari ketidakmampuan orang tua mengelola kebutuhan rumah tangga.

Rasanya tak adil jika ketakbecusan mengurus keluarga, mengasuh anak-anak dan mengatur urusan rumah tangga hanya kita bebankan pada sang Ibu. Tanpa melihat bagaimana keterlibatan peran Ayah untuk memberikan rasa aman, nyaman, perhatian, dan kepedulian pada keluarga.

Meski dalam pengakuan kasus di atas, sang suami menganggap keluarganya harmonis dan baik-baik saja. Tetapi seharusnya seorang Ayah itu, bukan hanya sosok kaku, yang berdiri di pintu seusai pulang kerja lalu meminta pelayanan purna.

Ibu depresi jelas menjadi tanggung jawab bersama kita semua. Bagaimana memberikan ruang aman bagi setiap perempuan, terutama Ibu yang mempunyai beban berlipat ganda. Ketika rumah sudah tak lagi menjadi ruang aman, maka pemerintah wajib menyediakannya lewat fasilitas konseling gratis, dan penunjang kesehatan lainnya.

Setiap orang yang berada dalam lingkaran dekat seorang Ibu yang terindikasi depresi, juga harus lebih peduli untuk mengajaknya berkomunikasi. Karena hanya dengan bicara kita jadi lebih tahu apa yang ia rasa. Meminjam kalimat dalam satu drama Korea yang sedang saya tonton, sesakit apapun luka yang kita alami, jangan pernah ditahan. Sebab luka itu akan menjadi trauma yang tak berkesudahan.

Ibu Depresi tak Bisa Kita Biarkan Sendiri

Seorang Ibu tidak bisa kita biarkan sendirian mengerjakan urusan rumah tangga, apalagi tanpa apresiasi dan penghargaan. Mereka bisa jenuh, stress, depresi dan suka marah-marah. Kondisi demikian akan jauh dari tujuan membangun keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah.

Karena itu laki-laki juga harus kita dorong untuk ikut terlibat dan lebih sering mengapresiasi kerja dan layanan istri sebagaimana juga istri mengapresiasi suami karena kerja dan layanan mereka. Mimpi “Rumahku Surgaku” harus kita bangun dengan semangat saling memahami dan saling tolong menolong satu sama lain.

Sebagaimana sudah diapresiasi bahkan Nabi Muhammad Saw contohkan. Laki-laki dalam perspektif Islam adalah terlibat dalam kerja-kerja domestik di dalam rumah tangga, mengurus dan melayani keluarga. Sebab, secara prinsip normatif dalam Islam, kerja-kerja rumah tangga dan juga keluarga adalah tanggung jawab bersama antara suami dan istri.

Relasi Kuasa dan Harga Diri

Terakhir, saya teringat dengan pertemuan diskusi bersama Direktur Rumah Kitab Ibu Lies Marcoes pada Kamis 14 Maret 2019 silam. Kata Ibu Lies, kuasa lelaki kita lihat dari seberapa tinggi pangkat. Sementara perempuan dari seberapa sering beranak pinak.

Dalam arti harga diri perempuan, kita akui atau tidak masih diidentikkan dengan keperawanan, kesuburan, dan keberhasilan mendidik anak. Padahal, banyak juga perempuan yang memilih untuk tidak menikah atau tidak memiliki anak, atau membatasi jumlah anak dengan sekian alasan yang masuk akal.

Korelasinya apa dengan kasus ibu depresi? Intinya, perempuan untuk mencapai kuasa, ia kerap harus bekerja berkali lipat dari lelaki karena masih harus juga berjibaku dengan tubuh sendiri dan persoalan domestik keluarga. Sementara lelaki sudah siap berkompetisi di manapun tempatnya, dan kapan pun waktunya tanpa berpikir ulang tentang sekian hal terkait urusan domestik dan kesehatan reproduksi seksualnya.

Jadi, wahai Ibu, jangan pernah anggap remeh letihmu. Sudahi itu, karena ibu yang bahagia adalah cermin dari keberhasilan masa depan anak-anakmu di kemudian hari yang ingin kau nanti. []

Tags: DepresiIbuistrikeluargaKesehatan MentalSelf Lovesuami
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version