• Login
  • Register
Minggu, 3 Juli 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Idul Adha dan Revolusi Tradisi Sesembahan

Nur Rofiah Nur Rofiah
01/08/2020
in Featured, Personal, Rekomendasi
0
Diambil dari laman fb Nur Rofiah

Diambil dari laman fb Nur Rofiah

153
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Salah satu hal yang menarik saat tinggal di Turki adalah kartu-kartu ucapan Idul Adha yang disertai gambar kambing dengan aneka pose. Ada juga yang dihias pita, di make up, dan lain-lain. Kambing-kambing yang dihias cantik ini mengingatkan pada tradisi sesembahan dalam sejarah manusia.

Sekilas membaca sejarah, tradisi sesembahan hewan sudah terjadi sejak masa Nabi Adam As. Dalam al-Maidah ayat 27 diceritakan bahwa dua anak Nabi Adam As yaitu Habil dan Kabil memberikan sesembahan hewan pada Allah. Namun, sesembahan Habil diterima, sedangkan Kabil ditolak hingga ia ingin membunuh Habil. Lalu ditegaskan bahwa Allah hanya menerima sesembahan dari orang yang bertaqwa.

Tradisi sesembahan berupa hewan ini lambat laun berubah menjadi manusia. Mereka persembahkan antara lain gadis-gadis cantik untuk para dewa. Kisah yang cukup mengerikan adalah tradisi Mesir Kuno yang mempersembahan gadis-gadis cantik dengan cara dilempar ke Sungai Nil.

Islam mengembalikan tradisi sesembahan dengan hewan. Namun al-Hajj ayat 37 yang artinya “Daging-daging onta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayahNya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” Ayat ini menegaskan kembali bahwa bukan banyaknya darah dan daging yang menentukan kualitas sesembahan, melainkan taqwa.

Perubahan yang terjadi pada tradisi sesembahan atau qurban (upaya mendekatkan diri) dalam sejarah manusia ini sangat menarik: dari hewan, lalu manusia (penyesatan dari ajaran agama), lalu hewan kembali dengan parameter kualitas qurban yang sama dengan yang awal yaitu taqwa.

Baca Juga:

Berdosakah Istri Meminta Cerai: Perspektif Mubadalah

Puasa Dzulhijjah Hanya 3 Hari, Bolehkah?

Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki

Puasa Dzulhijjah Tapi Tidak Berurutan, Bolehkah?

Taqwa yang menjadi parameter qurban sejak zaman Nabi Adam As, Nabi Ibrahim As, Nabi Muhammad Saw hingga kini juga adalah satu-satunya parameter kualitas manusia (al-Hujurat ayat 13), yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Sehingga taqwa bukanlah hubungan baik antara kita dengan Allah semata, melainkan hubungan baik dengan Allah yang melahirkan hubungan baik dengan sesama hambanya.

Karenanya salah satu indikator taqwa adalah bersikap adil, terutama pada orang atau kelompok masyarakat yang kita benci (al-Maidah ayat 8). Tentu saja termasuk adil pada perempuan karena cara pandang/ideologi misoginis. Jadi indikator diterima tidaknya qurban kita adalah sikap adil, terutama pada kelompok yang rentan menerima sikap tidak adil, termasuk perempuan! Ittaqullaaha fin nisaa’i (Bertaqwalah kalian pada Allah dalam memperlakukan perempuan), wasiat yang disampaikan Nabi Saw dalam khutbah Haji Wada’). []

Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Ruang Aman bagi Perempuan

Bisakah Kampus Menjadi Ruang Aman bagi Perempuan?

2 Juli 2022
Perbuatan Baik

Bagaimana Menyikapi Perbuatan Baik yang Bertepuk Sebelah Tangan?

1 Juli 2022
Era Digital 4.0

Teknologi dan Tantangan Manusia Memasuki Era Digital 4.0

1 Juli 2022
Obrolan Menarik

Pergolakan Hidup Perempuan dan Obrolan Menarik Bersamanya

30 Juni 2022
Perempuan yang tidak sempurna

Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

29 Juni 2022
Haji Perempuan

Fikih Haji Perempuan: Sebuah Pengalaman Pribadi

29 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Stigma Duda

    Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Sikap Lagertha, Pemimpin Perempuan dalam Serial Vikings yang Patut Dicontoh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisakah Kampus Menjadi Ruang Aman bagi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kesetaraan Gender dalam Perspektif Tokoh Perempuan Nahdlatul Ulama Masa Kini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Amalan di Bulan Dzulhijjah yang Mendatangkan Banyak Pahala

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berdosakah Istri Meminta Cerai: Perspektif Mubadalah
  • Puasa Dzulhijjah Hanya 3 Hari, Bolehkah?
  • Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki
  • Puasa Dzulhijjah Tapi Tidak Berurutan, Bolehkah?
  • 5 Sikap Lagertha, Pemimpin Perempuan dalam Serial Vikings yang Patut Dicontoh

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist