• Login
  • Register
Selasa, 21 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Ini Bukti, Anak Indonesia Cinta Literasi

Dengan persiapan yang matang, orang tua akan memfasilitasi anak dengan buku bacaan berkualitas. Anak juga akan belajar bahwa orang tuanya adalah orang tua pembelajar

Lenni Lestari Lenni Lestari
09/09/2021
in Keluarga
0
Indonesia

Indonesia

90
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada berita yang sama yang terus bergulir, saat masyarakat Indonesia merayakan tanggal atau hari-hari yang berhubungan dengan literasi, yaitu “Rendahnya minat baca di Indonesia”.

Seperti hari ini, 8 September, yang diperingati sebagai Hari Aksara Internasional. Beberapa artikel yang turut serta menyemarakkan tanggal peringatan ini, menguatkan opini mereka dengan infografis, potret kegiatan masyarakat yang abai literasi, atau potret perpustakaan yang sepi pengunjung.

Semua data itu seakan semakin menegaskan bahwa budaya literasi di Indonesia masih di angka yang sangat memprihatinkan. Lebih menyedihkan lagi, ketika data-data itu dibandingkan dengan budaya literasi di luar negeri.

Apakah hal itu benar?

Literasi yang sedang dibicarakan adalah aktivitas membaca buku. Sederet angka menyebutkan bahwa masyarakat belum mempunyai hubungan yang akrab dengan buku. Bila disodorkan buku, mereka enggan membaca.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Ingat Bestie, Perempuan Bukan Sumber Fitnah
  • Polemik Pembahasan Childfree Hingga Hari Ini
  • Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad

Baca Juga:

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Ingat Bestie, Perempuan Bukan Sumber Fitnah

Polemik Pembahasan Childfree Hingga Hari Ini

Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad

Fakta ini memang terkesan benar, namun Nirwan Ahmad Arsuka, founder “Pustaka Bergerak”, dalam acara diskusi dan peluncuran buku Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) yang diselenggarakan oleh Puslitjakdikbud, Balitbang, dan Kemendikbud, dengan berani mengatakan bahwa data-data itu bisa dikatakan hanya “mitos”.

Ia bersama teman-teman komunitasnya telah membuktikan bahwa minat baca anak-anak sangat tinggi. Saat relawan komunitas “Pustaka Bergerak” blusukan dengan menjajakan buku-buku atau membawa buku dengan gerobak unik modifikasi dari Vespa, anak-anak terlihat antusias dan betah membaca buku.

Hal ini juga terjadi di Rumah Peradaban SNC (Sirah Nabawiyah Community) di daerah Langsa, Aceh. Khairul Hikmah, pemilik Rumah Peradaban SNC, mengatakan bahwa anak-anak di sekitar rumahnya masih nyaman membaca buku-buku hingga pukul 22.00 WIB. “Kalau belum kami minta pulang, sepertinya mereka tetap lanjut membaca”, ungkap Khairul Hikmah dalam kegiatan Halaqah Qiraatul Kutub.

Dari pengalaman para penggerak literasi di atas, dapat disimpulkan bahwa persoalan utama literasi di Indonesia terkesan rendah adalah karena masyarakat, terutama anak-anak, tidak memiliki akses terhadap buku, atau tidak mampu mendapatkan buku yang bagus.

Anak-anak baru mengenal buku ketika masuk usia sekolah. Mereka langsung dihadapkan materi-materi yang kaku dan serius. Sementara kebutuhan imajinasi mereka belum terpenuhi. Akibatnya, mereka merasa terbebani memikirkan materi-materi serius itu dan akhirnya melabeli bahwa buku itu “gak asyik”.

Anggapan rendahnya literasi di Indonesia juga tidak bisa disandingkan dengan data statistik tentang Angka Melek Huruf (AMH). Merujuk dari situs resmi Badan Pusat Statistik, terlihat bahwa AMH mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data AMH di BPS, diperbaharui setiap tiga tahun sekali. Data terakhir menyebutkan bahwa AMH Penduduk Berumur 15 tahun ke atas, berada di 98,25%, meningkat dari dua tahun sebelumnya di angka 98,21% dan 98,03%.

Artinya, kemampuan literasi di masyarakat sudah mengalami kemajuan. Hanya saja, belum membentuk budaya literasi yang intens dan positif, seperti memilih bacaan yang tepat dan membawa perubahan positif.

Menanamkan Budaya Literasi Sejak Usia Dini

Untuk menanamkan budaya literasi pada anak, salah satu pihak yang memiliki peran yang paling menentukan adalah orang tua. Setiap anak akan merasa akrab dengan buku ketika melihat orang tuanya atau orang-orang terdekatnya juga akrab dengan buku.

Di sinilah peran kesalingan (mubadalah) antara orang tua dan anak. Dengan persiapan yang matang, orang tua akan memfasilitasi anak dengan buku bacaan berkualitas. Anak juga akan belajar bahwa orang tuanya adalah orang tua pembelajar. Sehingga, tidak akan ada lagi orang tua yang menyalahkan anaknya “malas belajar” ketika usia sekolah.

Selain itu, pikiran bawah sadar anak akan mengklaim bahwa membaca tak hanya sekedar mengeja huruf. Lebih dari itu, membaca adalah jalan memahami hidup, cara menyikapi berbagai hal dengan bijak, dan bisa menjadi bahan interaksi dengan keluarga, sehingga terbentuk bonding (ikatan) yang positif antar anggota keluarga.

Lalu, mengapa literasi buku yang menjadi pilihan utama? setidaknya ada tiga kelebihan mengajarkan literasi dari membaca buku, yaitu;

Pertama, Buku mengajarkan kepekaan terhadap tulisan fisik. Kepekaan ini akan melatih konsentrasi dan mindfulness anak. Kedua, Membuat anak lebih menghargai sumber informasi. Sehingga apapun bentuk teks tertulis yang ia temui, misalnya, -informasi di bungkus sebuah produk, peta travelling, atau brosur-, anak akan bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk memahami sebelum menindaklanjuti. Ketiga, Berpengaruh pada kesehatan psikis (melatih anak tidak mudah terdistraksi) dan kesehatan fisik (lebih aman untuk mata dibanding gadget).

Buku yang ditawarkan untuk anak adalah buku yang tetap menstimulasi imajinasi anak, misalnya buku yang 90% gambar dan minim kata-kata. Di sinilah peran orang tua untuk “membaca” gambar dengan pilihan diksi sendiri. Sehingga kosa kata anak akan meningkat pesat sejak usia dini.

Selanjutnya, orang tua juga harus cermat memilih bahan/material buku yang tidak mudah sobek. Dan pastinya, topiknya harus sesuai dengan usia anak, terutama buku-buku yang berkaitan dengan agama.

Jika minat baca sudah tumbuh sejak kecil, insya Allah anak akan nyaman ketika membaca buku-buku sekolah yang mulai serius dan minim gambar. Dengan kondisi seperti ini, budaya literasi akan dihayati sebagai kebutuhan, bukan sekedar hobi. Harapannya, budaya membaca akan menjadi sebuah kemewahan yang dirayakan suka cita oleh anak, dimanapun dan dalam kondisi apapun. Wallahu a’lam bi al-shawab. []

Tags: anakBudaya MembacaIndonesiakeluargaKesalinganliterasiorang tuaparentingRelasi
Lenni Lestari

Lenni Lestari

Pencinta buku yang suka belajar tentang isu-isu perempuan dan keluarga

Terkait Posts

Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Generasi Strawberry

Self Diagnose, Parenting, dan Labelling: Penyebab Munculnya Generasi Strawberry

16 Maret 2023
Positive Vibes Keluarga

Pentingnya Kesalingan Membentuk Positive Vibes Keluarga

15 Maret 2023
Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

Tiket Masuk Majlis Rasulullah Saw adalah Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

14 Maret 2023
Terburu-buru Segera Menikah

Bestie, Jangan Terburu-buru untuk Segera Menikah

11 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rethink Sampah

    Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Warisan Gus Dur, Cak Nur, dan Buya Syafi’i Menurut Prof. Musdah Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri
  • Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist