• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Intervensi Laktasi, Cara Orang Tua Adopsi Tumbuhkan Relasi Kesalingan

Dari beberapa kasus adopsi, dapat kita pahami bahwa intervensi laktasi dapat menjadi solusi untuk mereduksi kecemasan

Winda Hardyanti Winda Hardyanti
13/04/2024
in Keluarga
0
Orang Tua Adopsi

Orang Tua Adopsi

762
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Nama perempuan itu, Ade (bukan nama sebenarnya). Ade adalah salah satu dari sekitar 100 perempuan di Indonesia yang tergabung dalam komunitas Penyintas MRKH. MRKH adalah syndrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Atau lebih mudahnya kita sebut kelainan bawaan langka yang membuat dia tidak memiliki rahim.

Ketiadaan rahim dalam tubuh Ade tentu membuatnya tak bisa memberi harapan keturunan. Jangankan hamil, haid saja Ade tak pernah mengalaminya. Lalu bagaimana? Batinnya gamang. Akankah ia hidup dalam kesendirian selamanya tanpa pasangan dan anak?

Tapi ternyata Allah sangatlah adil. Dialah, WIL (bukan nama sebenarnya), seorang laki-laki yang bisa menerima Ade setulus hati. Sungguh tidak menyangka, jika ia, pria itu, tulus menikahi perempuan yang tak mungkin bisa mengandung anaknya.

Ade dan Wil kemudian memutuskan adopsi. Sebab hanya adopsilah satu-satunya cara mereka tetap terikat dalam relasi sebagai ayah dan ibu. Tidak sekadar ikatan suami dan istri. Mereka lalu mengadopsi dua anak laki-laki dalam kurun waktu yang berbeda. Namun kekhawatiran terjadi pasca adopsi. Kekhawatiran ini berkaitan dengan status mahram. Kedua anak adopsi itu jelas bukan mahram bagi Ade, ibu adopsinya.

Polemik Mahram dalam Proses Adopsi

Problematika mahram menjadi polemik dalam proses adopsi. Hal ini bahkan menjadi kekhawatiran berkepanjangan khususnya pada pasutri muslim yang melakukan adopsi dan paham dengan hukum mahram. Seperti yang dialami oleh Rif, warga Bima NTB, yang sudah menyiapkan mental untuk ‘berpisah’ dengan anak perempuan adopsinya karena sebagai ayah adopsi, Rif tidak punya hubungan mahram dengan anak adopsinya.

Baca Juga:

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

Vasektomi Sebagai Solusi Kemiskinan, Benarkah Demikian?

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

Al Quran menjelaskan dalam QS An Nisa 23 terkait hukum sepersusauan.

“Diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang t elah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Keajaiban ASI

Ayat di atas menjelaskan keajaiban ASI sebagai cara untuk menyambung mahram. Diharamkan atas diri manusia menikahi ibu-ibu yang telah menyusui. Hakikat ASI sebagai penyambung mahram inilah jawaban Islam terhadap kekhawatiran akan masalah mahram. Menurut perspektif medis, setiap perempuan bisa menyusui meski tidak pernah mengalami kehamilan.

Sebab ASI tidak berhubungan secara langsung dengan kehamilan, namun ASI berhubungan dengan hormon prolaktin dan oksitosin di otak. Secara prinsip, hormon prolaktin dan oksitosin ini bisa kita stimulasi secara medis dan fisiologis agar bisa memancing keluarnya ASI. Teknik ini dalam dunia kedokteran terkenal dengan intervensi laktasi.

Sepersusuan adalah salah satu cara dalam agama Islam untuk mengatasi kehawatiran akan hubungan mahram tersebut. Pasutri  Ade dan Wil seperti yang saya kisahkan di atas melakukan intervensi laktasi dengan teknik induksi laktasi agar bisa menyusui sendiri kedua anak adopsinya. Sebelum melakukan proses adopsi, Ade terlebih dahulu mencari informasi bagaimana menyusui anak.

Sebenarnya ada tiga teknik untuk menempuh mahram dengan sebab sepersusuan. Induksi laktasi, relaktasi dan intervensi laktasi melalui saudara kandung ayah. Induksi laktasi dilakukan pada orang yang tidak pernah hamil sama sekali sehingga ASI harus dipancing sejak awal. Teknik relaktasi dilakukan untuk ibu adopsi yang mungkin pernah memiliki anak kandung sebelumnya sehingga masih memiliki jejak ASI.

Sedangkan laktasi melalui intervensi mahram dilakukan dengan cara menyusukan anak adopsi pada kakak perempuan kandung ayah adopsinya. Langkah intervensi mahram ini Dit (bukan nama sebenarnya) lakukan, ibu adopsi dari Bogor, yang menyusukan anak perempuan adopsinya pada kakak perempuan suaminya.

Intervensi Laktasi

Menurut para orang tua adopsi yang melakukan intervensi laktasi, proses intervensi laktasi ini cukup efektif mengelola konflik kekhawatiran akan ketiadaan hubungan mahram.  Pasangan Ade-Wil dan pasangan Dit dan suaminya Fah, merasa bahwa dengan adanya intervensi laktasi mereduksi kecemasan akan relasi dengan anak adopsi.

Ade merasa nyaman ketika berinteraksi dengan anak adopsinya bahkan cukup terbuka di medsos terkait adopsi yang dia lakukan. Ia mengaku jika keterbukaan diri itu terjadi karena merasa memiliki ikatan dengan anak adopsinya, meski mereka tidak lahir dari rahimnya. Begitu pula pasangan Dit dan Fah rasakan. Fah, suami Dit, merasa tidak khawatir berelasi akrab dengan anak perempuan adopsinya karena sudah menjadi mahram.

Dari beberapa kasus adopsi tersebut, dapat kita pahami bahwa intervensi laktasi dapat menjadi solusi untuk mereduksi kecemasan. Dengan intervensi laktasi, tidak hanya ibu yang merasakan kenyamanan dengan relasi adopsi ketika anak adopsinya berjenis kelamin laki-laki, namun ayah juga punya kenyamanan dalam berelasi ketika anak adopsinya berjenis kelamin perempuan. Menumbuhkan kesalingan relasi yang nyaman dalam keluarga adalah cara efektif untuk mewujudkan ketahanan keluarga adopsi yang kuat. []

Tags: Anak AdopsiASIHak anakIntervensi LaktasiOrang Tua Adopsi
Winda Hardyanti

Winda Hardyanti

Terkait Posts

Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID