Mubadalah.id – Sebagai seorang muslim, saya dan kita semua tentu merasa prihatin dengan realitas kesehatan perempuan.
Pertanyaannya adalah mengapa kenyataan buruk tentang kesehatan di atas terjadi di Indonesia bumi masyarakat muslim yang besar itu?.
Bagaimana sesungguhnya pandangan agama ini terhadap masalah kesehatan manusia, dan lebih spesifik lagi kesehatan perempuan?. Apakah ada yang perlu diperbaiki dalam cara masyarakat muslim memahami agamanya dan bagaimana?.
Di hadapkan pada pertanyaan pertama, kaum muslimin di manapun pasti akan menjawab dengan sangat meyakinkan bahwa Islam tidak mungkin mengafirmasi lahirnya masyarakat muslim dengan kualitas kesehatan yang buruk atau rendah.
Islam adalah agama yang bercita-cita menciptakan keselamatan dan kesejahteraan manusia lahir dan batin. Nama Islam sendiri berarti antara lain selamat, sehat dan sejahtera. Islam juga adalah agama keadilan (Din al-‘Adalah).
Secara literal ia berarti seimbang. Segala tindakan dan kebijakan manusia yang mengandung di dalamnya keadilan adalah sejalan dengan Islam. Keadilan memiliki konotasi dengan kebaikan untuk semua, tanpa membeda-bedakan latarbelakang manusia.
Setiap muslim dianjurkan untuk selalu berdoa : “Rabbana Atina Fi al-Dunya Hasanah wa fi al Akhirah Hasanah wa Qina Adzabannar”, (Wahai Tuhan kami, anugerahi kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkan kami dari api neraka).
Do’a yang paling sering diucapkan Nabi saw. ini sering disebut sebagai doa “sapujagat”, lengkap, mencakup semua yang dihajatkan manusia. “Hasanah” secara literal berarti kebaikan. Maka arti “fi al-Dunya Hasanah” adalah kebaikan di dunia.
Kebaikan Dunia
Dalam elaborasinya para ahli tafsir mengatakan bahwa kebaikan di dunia adalah kesejahteraan dan kebahagiaan yang meliputi tiga dimensi. Yakni ruhani (mental dan spiritual), jasmani (tubuh, badan) dan sosial.
Kesejahteraan yang pertama antara lain meliputi kecerdasan intelektual, moral dan mental. Kesejahteraan kedua antara lain: tubuh yang tidak cacat, tidak luka, kuat dan indah.
Sementara kebaikan yang ketiga adalah kemampuan ekonomi dan kehormatan. Ahli tafsir terkemuka, Fakhr al-Din al Razi berpendapat bahwa kebaikan dunia adalah: hidup aman, anak-anak (generasi) yang saleh (baik hati), istri yang salehah (baik hati), rizki yang mencukupi dan tidak adanya kekerasan.
Ahli tafsir lain, Ibnu Katsir mengatakan bahwa doa tersebut mengandung semua tindakan yang membawa kebaikan dan terhindar dari semua keburukan.
Kebaikan di dunia meliputi: tubuh yang tidak berpenyakit (afiah), rumah yang lapang, rizki (keuangan) yang cukup, ilmu yang bermanfaat.
Kemudian, amal saleh (perbuatan yang baik), kendaraan yang nyaman dan kehormatan diri yang terjaga, Sementara kebaikan di akhirat adalah kebahagiaan dan surga. []