• Login
  • Register
Sabtu, 23 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Jalan Pulang

Ruli Budi Apriyanto Ruli Budi Apriyanto
22/06/2019
in Sastra
0
Ilustrasi: pexels[dot]com

Ilustrasi: pexels[dot]com

11
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setiap hari di jalan ini ramai orang yang berjalan searah. Iya, tidak ada yang berjalan ke arah sebaliknya. “Hanya ini jalan satu-satunya untuk kita pulang,” jawab lelaki setengah baya di sampingku. “Di mana jalan pulang?” tanyanya.

Hari ini aku mulai mengikuti orang-orang pada umumnya. Berjalan di jalan ini dengan ribuan rombongan orang yang lain. Sepanjang jalan, tidak ada orang yang berdesakan atau ribut mendahului. Memang ada diantara mereka ada yang menepi ke pinggir jalan, sekedar untuk duduk atau minum dari kendi yang berjejer setiap 10 meter.

Di kanan dan kiri jalan ini tidak ada tiang listrik ataupun pos ronda. Hanya ada kendi berisi air, yang kudengar dari obrolan kelompok orang di depan, tidak pernah habis isinya. Begitupun dengan kendi yang berjejer itu, semenjak aku mulai berjalan, tidak ada 10 meter dari jalan ini yang tidak tersedia kendi. Sehingga, betapapun ramainya orang, tidak ada yang tidak bisa minum dari kendi-kendi itu. Terlihat hanya dua atau tiga orang saja yang mengantri untuk minum dari setiap kendinya.

Lelaki setengah baya yang berjalan di sampingku adalah orang yang ramah. Dari awal kami bertemu, kami sudah banyak bercerita. Pun begitu dengan orang-orang lainnya. Aku tak melihat ada yang bermuka masam ataupun sekedar mengernyitkan dahi.

Menurut lelaki di sampingku, diantara pejalan ini sudah ada yang memulai perjalanannya dua puluh, lima puluh bahkan sampai seratus tahun yang lalu. Betapa panjangnya jalan ini, pikirku.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • 4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka
  • Dukungan Kiai Sahal terhadap Kiprah Nyai Nafisah
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

Baca Juga:

4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka

Dukungan Kiai Sahal terhadap Kiprah Nyai Nafisah

Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu

Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

“Tak ada yang tahu pasti kapan kita sampai. Kita semua berjalan, hanya karena sudah keharusan,” imbuh lelaki di sampingku ini.

Di sepanjang jalan, orang-orang tak sibuk dengan dirinya sendiri. Mereka mengobrol dan saling bercerita tentang perjalanan yang sudah dilaluinya. Jika ada orang baru sepertiku, mereka tak enggan untuk memulai pembicaraan dan menjawab semua rasa keingintahuannya. Dan dari cerita-cerita mereka aku tahu, sepanjang jalan pulang ini hanya akan ada dua titik perhentian sebelum kita semua sampai ke tempat tujuan.

Di titik perhentian pertama setiap orang akan diwawancarai. Tak ada yang tahu persisnya pertanyaan seperti apa yang akan ditanyakan. Kabarnya hanya perjalanan masing-masing yang menjadi kisi-kisinya. Mungkin ini yang membuat semua orang tak ragu untuk saling berbincang. Mereka ingin tahu semua kisah perjalanan orang lain, sehingga mereka akan punya banyak kisi-kisi untuk menjawab pertanyaan nanti.

Saat sampai di perhentian kedua, setiap orang akan ditimbang. Sama seperti ujung jalan ini, cerita tentang perhentian terakhir ini pun tidak ada yang tahu. Entah apa yang akan ditimbang dari masing-masing kami. Berat badan, tinggi badan atau apa, kami tak tahu. Kami pun tak tahu apa yang harus kami persiapkan sebelum masuk ke perhentian terakhir itu. Yang jelas, semua orang tetap berjalan.

Aku menepi. Di perjalanan yang kupikir sudah setengah harian ini, tiba-tiba kerongkonganku kering. Sembari menunggu satu orang di depanku yang sedang minum dari kendi, aku berpikir, akan sampai kapan aku berjalan di jalan ini. Satu tahun, sepuluh tahun atau seratus tahun ? Entahlah. Hanya saja aku berharap, dari keharusanku untuk berjalan melalui jalan panjang ini, kelak aku akan sampai di rumah yang tak harus megah tapi nyaman untukku mengistirahatkan badan.

Yogyakarta, Juni 2019.

Ruli Budi Apriyanto

Ruli Budi Apriyanto

Terkait Posts

Kesehatan Seksual dan Reproduksi

Refleksi Kesehatan Seksual dan Reproduksi: Jangan Ada Rania yang Lain

10 September 2023
Hidup Minimalis

Memulai Hidup Minimalis dengan Berlatih Melepas Kepemilikan

20 Agustus 2023
Hari Asyura

Cara Mereka Berlomba-lomba dalam Kebajikan Menyambut Hari Asyura

6 Agustus 2023
Stasiun Roma Street

Stasiun Roma Street

2 Juli 2023
Hari Raya Iduladha

Menjumpai Siti Hajar di Hari Raya Iduladha

25 Juni 2023
Jilbab

Jilbab, Bukan Indikasi Kesalihanku

14 Mei 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mahnaz Afkhami

    Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka
  • Dukungan Kiai Sahal terhadap Kiprah Nyai Nafisah
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda
  • Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist