Baru-baru ini tersiar berita kasus mutilasi seorang pegawai perempuan di instansi Kemenag Bandung. Begitu miris, pegawai perempuan tersebut ditemukan tidak hanya dalam keadaan dimutilasi, tapi juga dibakar oleh pelakunya. Dan pelakunya adalah laki-laki yang baru dikenalnya dua bulan lewat FB. Berita kasus mutilasi ini jadi bahan obrolan kami pagi ini.
“Ini perempuan, kok ya gak mawas diri, udah punya suami, bisa bekerja, punya rumah, malah kepincut ama orang lewat FB yang gak jelas itu, sampai dipeloroti hartanya lalu dibunuh dan dimutilasi,” kata teman sebelahku, memancing pembicaraan.
“Ya biasa, manusia lah, ketika tidak sadar, bisa tertipu, tergoda, dan terjerumus, kita semua harus selalu waspada,” kataku mencoba menarik ke tengah.
“Ya sih, tapi perempuan ini emang gak sabaran, emosional, masa sampai tergoda segitunya, dan dibunuh loh… Ya Allah, kasihan dia,” jawabnya menyalahkan perempuan.
“Kamu kok simpati, tapi menyalahkan perempuan? Yang gendeng kan si laki itu, menipu, menggoda, membunuh, dan memutilasi,” kataku mencoba memberi perspektif.
“Ya itu pasti kang, masa pembunuh tidak disalahkan. Tapi ini loh, perempuan ini kayak gak punya akal untuk menimbang-nimbang, mudah tergoda ama laki kaya gitu,” balik lagi mengungkit perempuan.
“Maaf, akalmu dan perhatianmu itu loh masih saja pada kesalahan perempuan. Coba kalo dibalik, ada laki-laki yang kepincut dan tergoda pada perempuan, diploroti, lalu hancur karir dan hancur keluarga. Kasus ini kan banyak,” kataku.
“Lalu yang disalahkan juga perempuan, sebagai tukang goda, tukang ganggu, dan kerjanya membantu setan menjerumuskan laki-laki. Gitu,” tambahku.
“Akal, perhatian, dan mata kita harus berimbang. Melihat perempuan sebagai manusia, sebagaimana laki-laki. Keduanya bisa benar, dan bisa berbuat salah. Laki-laki bisa menggoda, dan bisa juga terjerumus karena tergoda. Pun juga perempuan bisa tergoda atau menggoda”.
“Wah, emang aktivis Kang Faqih ini”, katanya.
“Loh, Islam kan mengajarkan kita untuk selalu adil dan berimbang. Ingat, kehidupan ini dihuni laki-laki dan perempuan, baik buruknya ya karena keduanya. Jangan terus menerus menyalahkan perempuan”, tutupku.[]