• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Kebakaran di Los Angeles Harusnya Jadi Alarm Isu Climate Crisis Indonesia

Kebakaran hutan di Los Angeles menjadi pengingat bahwa krisis iklim tidak hanya merupakan isu lokal, tetapi isu global.

Layyin Lala Layyin Lala
17/01/2025
in Publik, Rekomendasi
0
Kebakaran Hutan

Kebakaran Hutan

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kebakaran hutan di Los Angeles, California, Amerika Serikat pada Selasa (7/1/2025) menjadi salah satu bencana besar akibat krisis iklim di Amerika. Kebakaran menghanguskan 40.000 hektar lahan di wilayah Greater Los Angeles dengan 12.300 bangunan yang hancur.

Per Selasa (14/1/2025), korban kebakaran LA bertambahn menjadi 24 orang. Menurut penelitian terbaru oleh Nature Reviews Earth and Environment, penyebab kebakaran di LA merupakan fenomena hydroclimate whiplash atau “gejolak hidro-iklim” yang memicu terjadinya kebakaran hebat.

Krisis Iklim dan Fenomena Hydroclimate Whiplash

Di Amerika, penyebab kebakaran hutan biasanya terjadi secara alamiah  oleh angin “Santa Ana.” Angin tersebut bersifat kering dan panas. Sehingga, apabila terdapat daun-daun kering terkena hembusan angin tersebut dapat mudah terbakar.

Namun, yang perlu kita pahami ialah Angin Santa Ana umumnya terjadi pada sistem tekanan tinggi yang harusnya terjadi saat musim panas. Apabila angin tersebut terjadi saat musim dingin seperti sekarang (bulan Januari), maka hal tersebut merupakan akibat krisis iklim.

Krisis iklim menyebabkan angin Santa Ana memperluas kebakaran dengan cepat karena perbedaan tekanan antara gurun dan pesisir Los Angeles menjadi lebih besar. Akibatnya, angin bertiup lebih kencang. Hal ini karena oleh perbedaan suhu yang semakin ekstrem antara gurun dan perairan barat Los Angeles. Suhu laut lebih menghangat dari kondisi normalnya. Pemanasan suhu laut ini sendiri merupakan dampak langsung dari perubahan iklim.

Baca Juga:

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

Apa Kepentingan Kita Menjaga Ekosistem?

Selain itu, fenomena hydroclimate whiplash menggambarkan perubahan drastis antara periode hujan lebat dan kekeringan ekstrem akibat perubahan iklim. Kondisi tersebut menciptakan vegetasi subur selama musim hujan, yang kemudian mengering dan menjadi bahan bakar ideal bagi kebakaran hutan selama musim panas atau saat terjadi angin panas seperti Santa Ana.

Dunia Darurat Krisis Iklim

Kebakaran di Los Angeles hanyalah satu dari banyak bukti nyata bahwa dunia tengah berada dalam krisis iklim. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mencatat bahwa suhu rata-rata global telah meningkat sebesar 1,1°C sejak era pra-industri, dan dampaknya semakin memperparah ekologis dunia.

Banjir bandang, kekeringan, badai tropis yang lebih kuat, dan kebakaran hutan masif kini menjadi lebih sering terjadi akibat perubahan iklim.

Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, sering kali menjadi pihak yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, meskipun kontribusi emisinya lebih kecil dibanding negara maju. Namun, tanpa tindakan yang serius, risiko bencana akan meningkat, dan dampaknya akan dirasakan oleh semua pihak, baik secara ekonomi, sosial, maupun ekologis.

Indonesia dan Ancaman Serupa: Pentingnya Kesadaran akan Krisis Iklim

Indonesia, sebagai negara tropis yang kaya hutan, menghadapi tantangan besar yang mirip dengan yang terjadi di Los Angeles. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan ancaman tahunan di wilayah seperti Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Penyebab kebakaran tersebut karena fenomena El Nino, yang menyebabkan musim kemarau panjang.

Lebih dari sekadar fenomena alam, kebakaran hutan Indonesia juga terpicu oleh aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan dengan cara membakar. Praktik ini sering kali untuk mengembangkan lahan perkebunan, terutama sawit, meskipun dampaknya sangat merusak lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Seperti halnya Los Angeles, pola cuaca Indonesia juga terpengaruh oleh perubahan iklim. Kenaikan suhu rata-rata, perubahan pola hujan, dan kondisi yang lebih kering menciptakan kondisi yang ideal bagi kebakaran hutan. Selain itu, kabut asap berdampak buruk pada kesehatan masyarakat dan memengaruhi negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Kebakaran hutan di Los Angeles menjadi pengingat bahwa krisis iklim tidak hanya merupakan isu lokal, tetapi isu global. Indonesia, sebagai negara yang juga rawan terhadap kebakaran hutan dan perubahan iklim, harus menjadikan peristiwa tersebut sebagai alarm untuk bertindak menghentikan krisis iklim yang sedang terjadi.

Kebakaran hutan California seharusnya menggugah kesadaran kita bahwa dampak krisis iklim adalah kenyataan yang tak bisa diabaikan. []

Tags: Badai Santa AnaIsu LingkunganKebakaran HutanKrisis IklimLos AngelesPemanasan GlobalUSA
Layyin Lala

Layyin Lala

Khadimah Eco-Peace Indonesia and Currently Student of Brawijaya University.

Terkait Posts

Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Perempuan Lebih Religius

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID