• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Kenapa Relasi Kuasa Masih Terus Dilekatkan Kepada Laki-laki?

Dalam relasi kehidupan, antara laki-laki dan perempuan tidak kita bedakan, karena semua makhluk di muka bumi ini semuanya sama

Ahmad Ali Ahmad Ali
09/12/2023
in Personal
0
Relasi Kuasa

Relasi Kuasa

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagian orang masih menganggap kehidupan di lingkungan masyarakat masih sangat kental dengan budaya patriakhi. Dalam kebudayaan ini, sebagian masyarakat menganggap bahwa laki-laki memiliki relasi kuasa yang sangat kuat. Sedangkan posisi perempuan berada di bawah laki-laki atau menjadi makhluk subordinat.

Akibatnya, para perempuan hingga saat ini kerap kali mendapatkan diskriminasi, marginalisasi, eksploitasi, bahkan kerap kali mendapatkan kekerasan di berbagai ruang. Baik ruang publik maupun domestik.

Kondisi seperti inilah yang menurut saya penting kita bahas, karena posisi perempuan masih sangat rentan. Bahkan di sebagian pedesaan, terutama pada masyarakat Jawa, perempuan dipandang sebagai konco wingking dari laki-laki. Artinya perempuan hanya sebagai teman hidup dengan status di belakang.

Di sebagian masyarakat Jawa juga kondisi perempuan masih dipandang dengan sebuah istilah surga neroko katut (ke surga atau neraka ikut suami).

Maka dari itu, bagi sebagian masyarakat jawa masih menganggap nasib perempuan sangat bergantung kepada laki-laki. Bahkan para perempuan harus nurut dan tunduk kepada laki-laki. Apabila ada perempuan yang berani kepada laki-laki, maka perempuan kerap kali mendapat stigma, sebagai perempuan yang tidak baik bahkan lancang.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

Namun, dalam Islam, sebetulnya peran perempuan dan laki-laki itu sama. Dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 1 menegaskan:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ

Artinya: Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya. (QS. an-Nisa ayat 1).

Dalam surat ini, Allah Swt telah menegaskan bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan dari nafs wahidah. Artinya, laki-laki dan perempuan adalah makhluk yang sama. Sehingga realitas sebagian masyarakat yang menganggap perempuan adalah makhluk kedua, saya kira hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip ajaran Islam.

Di dalam ajaran Islam dengan merujuk surat an-Nisa di atas, maka tidak ada pembedaan penciptaan antara laki-laki dan perempuan. Oleh sebab itu, kita sebagai makhluk ciptaanya sebaiknya bisa mengambil pelajaran dari perintah Tuhan di atas. Yaitu jangan pernah membedakan laki-laki dan perempuan.

Pandangan KH. Husein Muhammad

Dalam pandangan KH. Husein Muhammad dalam buku Fiqh Perempuan menekankan kesetaraan gender berlandaskan kodrat kemanusiaan. Landasan kemanusiaan meniscayakan setiap individu memiliki peran yang sama di ruang domestik dan ruang publik. Kesetaraan gender dalam pendidikan Islam menunjukkan persamaan hak di hadapan Allah Swt.

Pandangan KH. Husein Muhammad di atas yang membedakan laki-laki dan perempuan adalah hanyalah ketakwaan mereka kepada Allah Swt. Oleh sebab itu, dalam relasi kehidupan antara laki-laki dan perempuan tidak kita bedakan, karena semua makhluk di muka bumi ini semuanya sama.

Sehingga, laki-laki dan perempuan bisa hidup lebih setara, keduanya bisa mengakses ruang publik dan domestik secara bersama. Maka, tidak ada lagi tentang relasi kuasa yang menjadi alasan mutlak bagi sebagian masyarakat untuk menjadikan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan.

Laki-laki dan perempuan tidak boleh saling mendiskriminasi, subordinasi, dan melakukan kekerasan. Karena kekerasan merupakan tindakan yang dilarang oleh ajaran Islam. Yang Islam ajarkan adalah tentang pentingnya bersikap kasih sayang, kedamaian, kesalingan, kesetaraan, keadilaan, kemanusiaan, dan cinta kasih bagi sesama.

Oleh sebab itu, kita sebagai makhluk yang sama dihadapan Tuhan untuk menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Islam bagi kehidupan kita bersama. Sehingga terciptalah kehidupan yang penuh kebaikan dan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. []

Tags: Genderkeadilankeadilan genderKesalinganKesetaraanlaki-lakirelasi kuasa
Ahmad Ali

Ahmad Ali

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID