• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Kerentanan Perempuan di Tengah Bencana

United Nation Women menjelaskan, bahwa kondisi sosial, posisi mereka di dalam masyarakat, status pernikahan, status ekonomi, dan keyakinan yang dianut juga turut menjadi faktor peningkatan kerentanan perempuan.

Mahmudah Mahmudah
25/01/2021
in Aktual, Publik
0
Kerentanan Perempuan

Kerentanan Perempuan

142
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kamis, 21 Januari 2021, pukul 19.00 WIB saya mengikuti diskusi online yang diadakan oleh Aspirashe live di media sosial instagram. Diskusi tersebut menghadirkan narasumber Ibu Rizkia Nurinayanti yang merupakan Direktur Future Disaster Management Centre. Sehingga, amat sangat disayangkan jika kerentanan perempuan dalam bencana, materi dalam hasil diskusi ini tidak saya tuangkan dalam tulisan.

Datangnya bencana membawa dampak negatif bagi semua elemen masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi, perlu digarisbawahi bahwa ada kelompok rentan, yaitu ibu hamil dan lanjut usia. Selaras dengan hal itu, menurut Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak pada tahun 2017, analisis dari London School of Economics di 141 negara pada tahun 2008 juga menunjukkan bahwa ketika terjadi bencana, jumlah korban perempuan relatif lebih besar hingga empat kali lipat, jika dibandingkan dengan jumlah korban laki-laki.

Berbicara mengenai bencana, tidak hanya menyoal kejadian saja. Akan tetapi, ada siklus bencana yang mesti dikaji.  Pertama, siklus pra-bencana. Meliputi kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini. Kedua, siklus tanggap darurat. Kegiatan ini dilakukan untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan pencarian, bantuan darurat dan pengungsian. Ketiga, siklus pasca-bencana.  Mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Jika dianalisis dalam siklus pra-bencana, banyak perempuan tidak dibekali pengetahuan terkait hal tersebut. Begitupun, yang menjadi tim penanggulangan bencana kebanyakan laki-laki, perempuan tidak banyak yang terlibat dalam simulasi kebencanaan dan kurang terakomodir, hanya menjadi juru tulis. Sehingga perempuan memiliki keterbatasan saat kesiapsiagaan, mitigasi dan persiapan, termasuk saat sedang dalam kondisi tanggap darurat serta tidak tahu apa saja keperluan kebutuhan perempuan.

Kerentanan Perempuan saat Bencana

Baca Juga:

Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Dilansir dari Republika.co.id, karakter bencana dibagi menjadi dua, yaitu quick on-set dan slow on-set. Karakter quick on-set yaitu terjadi secara mendadak atau tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda terlebih dahulu, tidak bisa dipersiapakan, waktunya mepet, contohnya gempa bumi, banjir bandang dan tsunami. Sedangakn slow on-set kebalikannya, tidak mendadak, bisa diprediksi, bisa dipersiapkan, contohnya banjir, longsor dan erupsi gunung.

Lalu, apa yang menjadi kerentanan perempuan?

Pertama, perempuan tidak memiliki ruang privasi, sehingga dapat menimbulkan pelecehan seksual. Ditambah lagi dengan lamanya waktu tanggap darurat, 14 hari setelah bencana. Kedua, tidak terpenuhinya kebutuhan khusus biologis perempuan saat berada di pengungsian.

Ketiga, Ibu-ibu yang memiliki bayi  sudah MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu), akan mengalami kebingungan karena kurang terpenuhinya kebutuhan khusus untuk menyusui. Keempat, kurangnya kebutuhan ruang privasi untuk ibu hamil, menyusui, melahirkan, menstruasi, bayi dan lanjut usia.

Apa yang Perlu Dibutuhkan?

Kebutuhan spesifik yang perlu dibutuhkan bagi yang mengalami korban kerentanan bencana yaitu tempat pengaduan layanan yang ramah terhadap perempuan. Bagi perempuan, membutuhkan pembalut ataupun underwear. Bagi bayi membutuhkan ASI, dan MPASI yang hieginis. Bagi ibu hamil dan menyusui membutuhkan suplemen dan nutrisi. Juga, biasanya bagi lansia banyak yang membutuhkan obat diabetes.

Permasalahan-permasalaan di atas tidak hanya membawa perempuan pada situasi yang lebih rentan ketika bencana. Akan tetapi, turut memengaruhi kondisi perempuan pasca-bencana, yang umumnya relatif lebih rentan menjadi korban kekerasan.

United Nation Women menjelaskan, bahwa kondisi sosial, posisi mereka di dalam masyarakat, status pernikahan, status ekonomi, dan keyakinan yang dianut juga turut menjadi faktor peningkatan kerentanan perempuan. Bahkan siklus menstruasi pun dapat menjadi penyumbang kerentanan terhadap situasi yang sedang dihadapi.

Ketimpangan yang juga mengancam kerentanan perempuan dalam situasi pasca-bencana adalah terjadinya peningkatan prevalensi kekerasan seksual berbasis gender dan pemaksaan perkawinan.

Selain itu, faktor ekonomi juga menempatkan kerentanan perempuan pada posisi yang sangat sulit. Pada situasi pasca-bencana, perempuan kehilangan pendapatan sehari-harinya karena tempat tinggalnya yang diluluhlantakkan bencana. Situasi ini yang menempatkan mereka dalam kondisi rawan kekerasan.

Perempuan yang kehilangan rumah, mengalami risiko ketergantungan pada bantuan, donasi dan tempat tinggal yang disediakan di pengungsian. Hal tersebut tentu saja akan menambah risiko kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan seksual terhadap perempuan.

Menurut psikolog, korban bencana akan merasa nyaman dan senang karena mendapatkan bantuan yang lebih. Walau secara fisik tidak nyaman, tetapi secara bantuan merasa nyaman. Maka, yang harus dilakukan saat kondisi sudah normal yaitu mengajak aktivitas kegiatan sehari-hari. Supaya tidak shock karena tidak lagi mendapatkan bantuan. []

 

 

Tags: Bencana AlamkemanusiaanKerentanan PerempuanMitigas Bencanaperempuan
Mahmudah

Mahmudah

Mahmudah adalah Alumni Pondok Pesantren Buntet, Cirebon.

Terkait Posts

Kritik Siti Hajar

Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

8 Juni 2025
Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Iduladha

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Siti Hajar

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

7 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID