Mubadalah.Id- Artikel ini akan menjelaskan tentang ketika Nabi mendengarkan suara perempuan. Hari-hari belakangan ini kita seperti digegerkan maraknya aksi demonstrasi, dengan beragam tuntutan pada pemerintah dan wakil rakyat. Pun banyak perempuan yang ambil bagian dalam menyampaikan aspirasi itu, karena diantara tuntutan juga terkait dengan kehidupan serta masa depan perempuan di negeri ini.
Bahkan dalam satu kesempatan penulis pernah terlibat dalam satu aksi di daerah, namun belum juga aspirasi disampaikan sudah dijegal oleh aparat sehingga aksi pun dibatalkan. Kami diamankan dengan tuduhan sepihak, tetapi aksi yang “tidak jadi” itu, menjadi awal dari munculnya aksi-aksi berikut di seluruh daerah dan bahkan ibukota. Sementara dari para peserta itu banyak diantaranya adalah perempuan.
Dengan keterlibatan perempuan dalam parlemen jalanan, saya melihat penting untuk mendengarkan suara dan aspirasi perempuan, karena meski suara itu lirih akan terus terdengar hingga bertahun-tahun kemudian. Sebagaimana yang telah dikisahkan dalam sejarah, Nabi Muhammad SAW ketika menemui kesulitan paska perjanjian Hudaibiyah, Nabi mendengarkan suara perempuan, menerima saran dan masukan dari Istrinya sendiri yakni Ummu Salamah RA, seperti yang dilansir dari buku Menggugat Tuhan yang Maskulin karya Dr. Kaukab Siddique.
(Miswar Ibn Makhramah meriwayatkan)… setelah penulisan perjanjian. Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya, “Bangkitlah dan cukurlah rambut kalian, serta sembelihlah hewan kurban kalian.” Miswar berkata, Demi Allah, tak seorangpun dari mereka yang bangkit sedemikian rupa, sampai Rasulullah mengulangi perintahnya tiga kali ; tetapi tetap tak seorang pun yang bergerak. Pada saat itu Nabi pergi menemui Ummu Salamah dan menceritakan kepadanya semua peristiwa yang baru saja terjadi.
Ummu Salamah berkata, “Wahai Nabi Allah jika itu yang Anda inginkan, maka keluarlah (sekali lagi), janganlah anda berbicara kepada seseorang sampai Anda sembelih binatang kurban dan mencukur rambut Anda.” Maka Nabi pun bangkit dan keluar lagi. Beliau tak berbicara dengan seorang pun sampai beliau selesaikan pekerjaannya (memotong hewan kurban dan rambutnya). (HR. Bukhori-Muslim)
Ketika para sahabat melihat hal ini, mereka bangkit dan memotong hewan kurban serta saling mencukur rambut mereka. Ada semacam kegaduhan saat mereka mengerjakan semua itu, sehingga seolah-olah mereka saling bunuh, sebab saking ramainya saat itu.
Melalui hadits tersebut digambarkan Nabi mengikuti saran seorang perempuan persis seperti apa yang disarankan dan tanpa bertanya-tanya lagi. Sikap yang ditunjukkan Nabi tersebut secara gamblang mencerminkan bagaimana seorang pemimpin mau menerima pendapat dan masukan dari seorang perempuan.
Sementara hari ini peraturan di negeri ini, yang konon untuk menjaga kehormatan perempuan, malah sebaliknya mendomestikasi perempuan, mengatur tubuh perempuan sedemikian rupa sehingga membatasi perannya dalam kehidupan. Bahkan Negara abai terhadap perlindungan bagi perempuan dan para penyintas kekerasan seksual.
Jika kalian yang hari ini sedang dipercaya menjadi pemimpin dan wakil rakyat, mengaku cinta pada Sang Nabi, maka mulailah untuk mendengarkan suara perempuan. Karena menurut Buya KH. Husein Muhammad, perempuan adalah separuh jiwa bangsa ini dan umat manusia.
Ketika menyakiti tubuh dan jiwanya, maka telah menyakiti seluruh bangsa dan dunia manusia. Sehingga betapa pentingnya perlindungan terhadap perempuan yang dilemahkan, dan menjadi korban kekerasan fisik, psikis maupun seksual.[]