• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Ketika Perempuan Diberikan Ruang untuk Ndarus Al-Qur’an

Ndarus al-Qur’an di tempat ini justru memberikan ruang yang terbuka bagi perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam mengaji al-Qur’an. Suara mereka tidak hanya diterima, tetapi juga dihargai.

Fuji Ainnayah Fuji Ainnayah
31/03/2025
in Personal
0
Ndarus Al-Qur'an

Ndarus Al-Qur'an

903
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Meskipun bulan Ramadan telah usai, ada satu hal yang ingin saya bagikan kepada teman-teman terkait tradisi yang masih terus dirawat oleh sebagian masyarakat di Mushala As-Sa’diyyah, Desa Mulyasari, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon. Tradisi tersebut adalah ndarus (tadarus) al-Qur’an.

Ndarus al-Qur’an di bulan suci Ramadan sebenarnya sudah menjadi praktik yang umum dilakukan. Banyak orang yang berlomba-lomba untuk banyak mengkhatamkan al-Qur’an. Karena di bulan ini, pahala orang membaca al-Qur’an, Tuhan lipat gandakan.

Selain itu, bulan Ramadan juga kita kenal sebagai bulan turunnya al-Qur’an (nuzul al-Qur’an). Tidak heran jika setiap mushala atau tajug di sekitar rumah saya ramai dengan lantunan ayat suci al-Qur’an.

Namun, ada satu hal menarik dari tradisi ndarus di Mushala As-Sa’diyyah. Yaitu banyak soal keterlibatan perempuan (anak-anak, ibu, maupun remaja) dalam ndarus al-Qur’an. Apalagi mereka ndarus itu menggunakan mikrofon. Sehingga membuat suara perempuan terdengar sampai ke blok-blok tetangga.

Hal ini menjadi menarik karena, seperti kita ketahui, di banyak tempat ndarus sering kali didominasi oleh laki-laki. Perempuan sering kali tidak diberi ruang untuk ndarus, bahkan ada anggapan bahwa suara perempuan adalah aurat. Pandangan seperti ini semakin mempersempit ruang perempuan dalam ruang keagamaan.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Namun, bagi saya, hal tersebut tidak berlaku di Mushala As-Sa’diyyah. Sebaliknya, ndarus al-Qur’an di tempat ini justru memberikan ruang yang terbuka bagi perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam mengaji al-Qur’an. Suara mereka tidak hanya diterima, tetapi juga dihargai.

Bahkan suara perempuan berharga ini, mengingatkan aku pada salah satu kisah Ummu Salamah dalam Hadis Nabi Saw.

Dalam sebuah Riwayat Hadis, Ummu Salamah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:

“Wahai Rasulullah, mengapa kami (para perempuan) tidak disebut dalam al-Qur’an sebagaimana laki-laki disebut?”

Kemudian, turunlah ayat berikut:

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang menjaga kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35)

Dalam perspektif Mubadalah, Hadis ini menunjukkan bahwa Ummu Salamah berbicara kepada Rasulullah Saw dengan suara yang jelas, dan Rasulullah tidak melarangnya. Bahkan, pertanyaannya menjadi sebab turunnya ayat yang menegaskan kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam Islam.

Oleh karena itu, apa yang Mushala As-Sa’diyyah lakukan, bagi saya merupakan langkah luar biasa. Perempuan mendapatkan kesempatan yang setara dengan laki-laki untuk terlibat dalam aktivitas keagamaan, terutama dalam Ndarus al-Quran.

Maka dari itu, tradisi ndarus ini bukan hanya menjadi sarana untuk keterlibatan perempuan di ruang keagamaan. Tetapi juga sebagai bentuk pemberdayaan perempuan di desa.

Dengan diberikannya ruang untuk mengaji bersama-sama, perempuan di sini bisa lebih merasa dihargai, memiliki peran yang penting dalam masyarakat, serta dapat memperkuat ikatan sosial antar sesama perempuan.

Hal ini tentu saja menunjukkan bahwa peran perempuan dalam ranah keagamaan sangat tidak terbatas, dan mereka memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Apalagi dalam ndarus al-Qur’an.

Semoga kita semua, termasuk para perempuan, senantiasa Allah Swt berikan kemuliaan al-Qur’an. Amin. []

Tags: ketikaNdarus Al-Qur'anperempuanRuang
Fuji Ainnayah

Fuji Ainnayah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version