• Login
  • Register
Senin, 27 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Keutamaan Mendahulukan Adab daripada Ilmu

Keutamaan mendahulukan adab daripada ilmu, mengajarkan umat manusia untuk bisa mengedepankan kesopanan dan kesantunan. Terutama dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Ali Murtadho Ali Murtadho
19/06/2022
in Hikmah
0
Keutamaan Mendahulukan Adab

Keutamaan Mendahulukan Adab

288
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menuntut ilmu hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda; “Menuntut ilmu hukumnya adalah wajib setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Meski demikian, ada keutamaan mendahulukan adab daripada ilmu. Ini penjelasannya.

Dalam sebuah hadist Rasulullah pernah mengibaratkan negeri China menjadi tempat untuk menuntut ilmu, “tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China”. Serta beliau juga bersabda; “tuntutlah ilmu dari sejak keluar dari rahim hingga sampai ke liang lahat”.

Tujuan kewajiban menuntut ilmu semata-mata ingin menambahkan khazanah pengetahuan yang luas bagi setiap muslim secara umum. Dengan ilmu mereka bisa membedakan mana jalan yang haq dan mana jalan yang bathil, dengan ilmu mereka bisa memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar serta tidak mudah terhasut oleh kalangan yang nyeleneh dalam ajaran suatu agama apapun. Namun tetap, kita tidak boleh mengabaikan keutamaan adab daripada ilmu.

Rasulullah bersabda bahwa;

مَن أراد الدّنيا فعليه باالعلمِ ومَن أراد الأخرةِ فعليه باالعلمِ ومَن أرادهما فعليه باالعلم

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • 5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah
  • Inti Ajaran Islam Adalah Penghargaan Kepada Seluruh Makhluk Hidup
    • Hikmah Keutamaan Mendahulukan Adab daripada Ilmu
    • Penegasan Ulama tentang Keutamaan Adab

Baca Juga:

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Inti Ajaran Islam Adalah Penghargaan Kepada Seluruh Makhluk Hidup

“Barang siapa yang ingin hidup di dunia, maka dia harus berilmu, dan barang siapa yang ingin hidup di akhirat, maka dia harus berilmu, dan barang siapa yang ingin hidup di keduanya, maka dia harus berilmu pula”.

Hikmah Keutamaan Mendahulukan Adab daripada Ilmu

Zaman sekarang orang ingin menjadi pintar sangat mudah. Mereka bisa belajar di mana saja dan dapat menimba ilmu kapan saja. Bahkan, mereka bisa belajar secara otodidak dengan fasilitas gadget mereka. Walaupun tidak begitu recomended. Banyak dari kalangan pemuda-pemudi bahkan orang dewasa belajar dari google yang tidak kita ketahui sanad keilmuannya.

Tetapi juga perlu diingat, bahwa seorang muslim harus memiliki adab yang baik. Ibarat kata, adab itu bagaikan tombak utama dalam menuntut ilmu. Tanpa adab, maka ilmu yang kita dapat tidak bisa diterapkan dengan baik. Mudahnya menjadi orang pintar tidak sama dengan mudahnya memiliki adab yang baik. Adab yang baik perlu terlatih membiasakan diri dengan sifat rendah hati dengan orang lain. Ada keutamaan mendahulukan adab daripada ilmu.

Adab ini adalah sebuah akhlak atau perilaku yang mulia, yang di dalamnya mengajarkan kesopanan, kesantunan, bertingkah laku baik, bertutur kata yang sesuai dengan ajaran Allah Swt dan Rasulullah Saw. Tanpa adanya adab manusia bisa saja tidak terkendali dalam berinteraksi antar sesama karena bersikap semaunya saja. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw;

إنّما بُعثت لأتمّم مكارمَ الأخلاق

“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.”

Selain cakupan adab di atas, manusia dalam menuntut ilmu juga memerlukan adab. karena ia bisa menghormati gurunya, bertutur kata yang baik dengan gurunya, dan berpakaian sopan dan rapi dalam menimba ilmu serta mengagungkan ilmu lebih dari apapun yang ia punya. Demikian itu, merupakan adab seorang Thalib terhadap guru dan ilmunya.

Meski hakikatnya adab adalah di atas ilmu, kita harus tetap belajar untuk menambah pengetahuan yang luas di mana saja dan kapan saja. Seorang Thalib harus bertanggung jawab terhadap ilmu yang sudah diperoleh dari guru-gurunya yakni dengan cara menerapkannya di lingkungan masyarakat sekitar.

Jika kita ibaratkan, menuntut ilmu bagaikan makanan yang menjadi kebutuhan pokok yang kita butuhkan sehari-hari, maka bahan untuk membungkus dan menghiasi makanan tersebut adalah dengan adab, agar tetap bersih dan sehat bagi orang yang megkonsumsinya.

Penegasan Ulama tentang Keutamaan Adab

Abu Zakariya an-Anbari rahimahullah mengatakan;

علم بلا أدب كنار بلا حطب، و أدب بلا علم كروح بلا جسد

“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh.”

Imam malik rahimahullah juga mengatakan;

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Belajarlah adab sebelum belajar ilmu”

Keutamaan mendahulukan adab daripada ilmu, mengajarkan umat manusia untuk bisa mengedepankan kesopanan dan kesantunan. Terutama dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari perkataan dua ulama di atas, maka kedudukan dua komponen antara adab dan ilmu harus ada keseimbangan antara keduanya.

Berapa banyak dari umat manusia yang menganggap ia sendiri semakin alim dan berpengetahuan luas. Bahkan sudah mendapatkan beberapa gelar dari perguruan tinggi, akan tetapi tidak berperilaku sopan santun terhadap orang tuanya, guru-guru nya, dan lingkungan sekitarnya. Sehingga mengakibatkan ia lupa akan pengorbanan orang tua dalam memfasilitasi mereka dalam menuntut ilmu.

Mereka lupa terhadap guru-guru yang telah mencurahkan ilmunya. Dan lebih parah lagi, mereka merasa angkuh dan petantang-petenteng karena menganggap dirinya lebih unggul daripada yang lain. Oleh karena itu, tingkatkanlah rasa kesopanan dan kesantunan kita dalam bertutur kata terhadap kedua orang tua dan masyarakat.

Sebagaimana berkata Syekh Abdul Qodir Jailani: “aku lebih menghargai orang yang beradab, daripada orang yang berilmu. Jika hanya berilmu, iblispun lebih tinggi ilmunya daripada manusia”. Dan Allah menyebut Nabi Muhammad Saw di dalam al-Qur’an adalah sebaik-baiknya makhluk yang memiliki akhlak yang agung. Qs. al-Qalam; 4

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung.” []

Tags: adabHikmahilmuislamSantri
Ali Murtadho

Ali Murtadho

Ali Murtadho. Mahasiswa Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember. Minat/kajian penulis : Ilmu al-Qur'an dan Tafsir

Terkait Posts

Prinsip Hidup Bersama

Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

27 Maret 2023
kehidupan bersama

Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama

27 Maret 2023
Batasan Sakit yang Membolehkan tidak Puasa

Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?

27 Maret 2023
Konstitusi

Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

25 Maret 2023
Nabi Muhammad Saw

Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

25 Maret 2023
agama

Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

25 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Akhlak dan perilaku yang baik

    Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik
  • Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama
  • Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist