Anas bin Malik Ra menceritakan tentang pengalamannya selama menjadi pelayan di rumah Nabi Muhammad Saw bahwa nabi adalah orang yang baik, lembut, dan selalu tenang.
Mubadalah.id – AIlah Swt telah membuat kesaksian bahwa Nabi Muhammad saw adalah pribadi yang berakhlak tinggi, dipercaya menjaga amanah (Al-Amin), suka berbuat baik, dan mudah menolong orang.
“Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung,” kata al-Qur’an (QS. al-Qalam (68): 4).
Di antara keagungan ini adalah akhlak Nabi Muhammad Saw kepada pelayan yang beragama Yahudi. Kisah ini terungkap dalam berbagai kitab hadits, termasuk kitab hadits yang paling shahih di mata umat Islam, yaitu Shahih al-Bukhari.
Dalam kitab shahih ini, hadits nomor 1371, Anas bin Malik Ra bercerita bahwa Nabi Muhammad Saw memiliki pelayan yang beragama Yahudi. Suatu saat, pelayan ini jatuh sakit.
Lalu, nabi menjenguknya. Ketika menjenguk, Nabi Muhammad Saw. mendekat ke kepala dan mengelusnya, sambil bersabda, “Maukah engkau masuk Islam?”
Lalu, sang pelayan melempar pandangan ke ayahnya yang juga beragama Yahudi.
“Kalau engkau lihat itu baik, silahkan ikuti ayah dari Qasim ini (Nabi Muhammad Saw),” jawab sang ayah.
Karena keluhuran akhlak Nabi Muhammad Saw selama ia melayani di rumah nabi, sang pelayan itu bersedia menjadi Muslim. Tentu, hal ini tidak terlepas dari kemuliaan akhlak Nabi Muhammad Saw kepada pelayan yang beragama Yahudi tersebut.
Nabi Saw Orangnya Baik dan Lembut
Diceritakan pula oleh Anas bin Malik Ra tentang pengalamannya selama menjadi pelayan di rumah Nabi Muhammad Saw bahwa nabi adalah orang yang baik, lembut, dan selalu tenang.
Nabi tidak pernah memukul, sekalipun, kepada siapa pun, baik kepada pelayan maupun kepada istri beliau:
“Dari Anas bin Malik Ra berkata: Aku melayani Rasulullah Saw selama sepuluh tahun dan beliau tidak pernah merendahkanku sama sekali.
Beliau tidak juga pernah mengeluh tentang diriku, tidak juga mengatakan tentang sesuatu yang aku kerjakan, “Kenapa kamu kerjakan ini”, atau terhadap sesuatu yang tidak aku kerjakan, “Kenapa kamu tidak mengerjakannya.” (HR. Ahmad, hadits nomor 13234).
Substansi dari hadits ini, dengan redaksi yang berbeda, juga tercatat dalam berbagai kitab hadits lain, seperti Shahih al-Bukhari (nomor 6107), Shahih Muslim (nomor 6151), Sunan Abu Dawud (nomor 4776), dan banyak kitab hadits yang lain.
Nabi Saw Tidak Pernah Memukul Perempuan
Sementara, teks mengenai Nabi Muhammad Saw yang tidak pernah memukul perempuan maupun pelayan juga sangat populer melalui riwayat Aisyah Ra:
“Dari Aisyah Ra., berkata: Rasulullah Saw. tidak pernah memukul sekalipun dengan tangannya, baik terhadap perempuan maupun terhadap pelayan.” (HR. Muslim, hadits nomor 6195).
Dengan dua redaksi teks hadits ini, kita juga bisa menyimpulkan bahwa akhlak Nabi Muhammad Saw kepada pelayan yang beragam Yahudi juga sama.
Nabi tidak pernah merendahkannya, mengeluhkan dirinya, menyalahkan pekerjaannya, atau akhlak buruk lain yang biasa dilakukan majikan kepada pelayannya.
Ketika sakit, sebagaimana dalam hadits tersebut, nabi menjenguk ke rumahnya dan ikut menenangkannya.
Nabi Muhammad Saw juga, sampai di akhir hayat beliau, masih bertetangga secara baik dengan seorang Yahudi, yang saling berutang satu sama lain untuk kebutuhan keluarga (Sunan an-Nasa’i, hadits nomor 4668).
Demikianlah akhlak baik nabi terhadap keluarga, pelayan, dan tetangga. Sekalipun pelayan dan tetangga itu beragama berbeda, nabi tetap berakhlak baik terhadap mereka. Tidakkah kita seharusnya meneladani akhlak baginda Nabi Muhammad Saw.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Relasi Mubdalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama.