• Login
  • Register
Senin, 27 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Laki-laki Penganguran Bukan Salah Perempuan Bekerja

Wahai laki-laki pengangguran, jika hari ini kamu masih menganggur dan tidak punya pekerjaan, jangan salahkan para perempuan bekerja. Tapi salahkan diri kamu sendiri yang mengunakan narasi agama untuk menutupi kemalasan, dan ketakmampuanmu mencari pekerjaan layak

Zahra Amin Zahra Amin
24/06/2022
in Keluarga
0
Perempuan Bekerja

Perempuan Bekerja

318
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pekan kemarin, warganet terutama yang aktif di media Facebook sempat ramai dengan postingan salah satu akun yang mendaku ustadz dengan banyak pengikut. Judulnya “Kenapa Banyak Pengangguran?” Intinya adalah, laki-laki banyak yang menganggur karena perempuannya bekerja. Tentu saya tidak sepakat dengan hal itu. Laki-laki pengangguran bukan salah perempuan bekerja.

Lalu ada satu akun yang merespon postingan di atas, dan saya sangat setuju dengan pendapat Mbak Irma Susanti Irsyadi, yang saya pinjam tulisannya di sini. Kata Mbak Irma, penyebab pengangguran adalah bukan karena para perempuan keluar dari rumah mereka (untuk bekerja). Nah kalau untuk bekerja, berarti seharusnya menekan angka pengangguran. Kecuali jika di awal menitikberatkan bahwa yang ia maksud adalah pengangguran laki-laki, bukan secara umum.

Lebih lanjut Mbak Irma menjelaskan kembali. Pertama, tidak ada data statistik cukup akurat yang menyatakan bahwa lapangan pekerjaan tertentu adalah milik satu gender. Hampir semua bidang pekerjaan, kedua gender  bisa melakukannya. Dari mulai masak memasak, sampai merias wajah atau pengemudi ojek online.

Kedua, tidak pernah ada yang menyalahkan kompetisi antara perempuan dan laki-laki dalam sebuah bidang pekerjaan. Sebab biasanya dalam bidang manapun, setiap gender mendapat perlakuan sama, yang membedakan hanya kemampuannya saja.

Lalu pada paragraf berikutnya, perempuan dikatakan tidak pernah menganggur karena di rumah ada banyak pekerjaan untuknya. Sementara jika laki-laki diam saja di rumah, wajar jika dikatakan nganggur. Menurut Mbak Irma, yang tidak disadari pemilik akun tersebut, sesungguhnya pekerjaan domestik atau rumah tangga bukan mutlak tugas perempuan. Laki-laki pun sebaiknya ikut mengerjakan semua beban pekerjaan di rumah.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • 5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah
    • Nabi Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga
    • Dukungan Islam terhadap Perempuan Bekerja

Baca Juga:

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Nabi Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga

Padahal Rasul kita yang agung, makhluk paling mulia sejagat raya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam mengerjakan pekerjaan rumah tangganya sendiri. Dalam sebuah riwayat hadits tersebutkan:

عن عمرة عن عائشة بلفظ ” ما كان إلا بشرا من البشر ، كان يفلي ثوبه ، ويحلب شاته ، ويخدم نفسه. أخرجه الترمذي . ولأحمد من رواية الزهري عن عروة عن عائشة بزيادة ويرقع دلو

“Tidaklah beliau itu seperti manusia pada umumnya, beliau menjahit bajunya, memerah kambing dan melayani dirinya sendiri. (HR. Tirmidzi). Dalam riwayat Ahmad ada tambahan redaksi: dan menimba air.”

Rumah tangga Nabi merupakan bukti bahwa kesetaraan dan kesalingan dalam hubungan laki-laki dan perempuan merupakan hal yang penting. Sayangnya hal itu seringkali luput dari perhatian. Meskipun sebagai utusan Allah, nyatanya Nabi Muhammad SAW juga melakukan pekerjaan rumah tangga.

عن الأسود قال سألت عائشة ما كان النبي صلى الله عليه وسلم يصنع في أهله قالتكان في مهنة أهله فإذا حضرت الصلاة قام إلى الصلاة

Dari Al-Aswad, ia bertanya pada ‘Aisyah, “Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika berada di tengah keluarganya?” ‘Aisyah menjawab,  “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu salat, beliau berdiri dan segera menuju salat.” (HR. Bukhari)

Yang bikin hati semakin miris, dalam postingan laki-laki yang berjuluk ustadz tersebut, menggunakan penutup kalimat dengan ayat yang sering menjadi alasan untuk memerangkap para perempuan mandiri. “Sebaik-baiknya perempuan adalah di rumah.”

Sepertinya sang ustdaz lupa dengan sejarah Islam, ketika agama ini baru saja berkembang dan menyebar di tanah Arab. Kita mengenal Sayyidah Khadijah istri Rasulullah, seorang saudagar kaya raya yang bahkan karena kesuksesannya sampai mengirim ekspedisi perdagangannya hingga ke negeri seberang. Fakta sejarah Ini secara terang benderang menjadi penegas tentang hukum perempuan bekerja.

Dukungan Islam terhadap Perempuan Bekerja

Selain Sayyidah Khadijah, dalam hadis berikut juga menceritakan seorang perempuan yang juga bekerja dan mencari nafkah. Ini seperti kutipan dari at-Thabaqat al-Kubra karya Ibn Sa’ad,

عن ريطة بنت عبد الله بن مسعود رضي الله عنهما أتت إلى النبي صلى الله وسلم. فقالت: يا رسول الله إني امرأة ذات صنعة أبيع منها وليس لي ولا لزوجي ولا لولي شيئ. وسألته عن النفقة عليهم فقال: لك في ذلك أجر ما أنفقت عليهم. أخرجه ابن سعد.

“Dari Rithah, istri Abdullah bin Mas’ud ra. ia pernah mendatangi Nabi Saw dan bertutur, “Wahai Rasulullah, saya perempuan pekerja, saya menjual hasil pekerjaan saya. Saya melakukan ini semua, karena saya, suami saya, maupun anak saya, tidak memiliki harta apapun.” Ia juga bertanya mengenai nafkah yang saya berikan kepada mereka (suami dan anak). “Kamu memperoleh pahala dari apa yang kamu nafkahkan pada mereka,” kata Nabi Saw.”

Selain periwayatan oleh Imam Ibnu Sa’d, hadis di atas juga diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Imam Ahmad, dan Imam Ibnu Hibban.

Jadi wahai laki-laki pengangguran, jika hari ini kamu masih menganggur dan tidak punya pekerjaan, jangan salahkan para perempuan bekerja. Tapi salahkan diri kamu sendiri yang mengunakan narasi agama untuk menutupi kemalasan, dan ketakmampuanmu mencari pekerjaan layak.

Dan bagi para perempuan bekerja, tak perlu pesimis. Islam membela serta mendukung perempuan bekerja, selama itu untuk kebaikan bersama, dan memberi manfaat seluas-luasnya dalam kehidupan ini. []

Tags: islamkeluargaKemitraan Laki-laki Perempuannafkahperempuan bekerjaSunah Nabi
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Sahabat bagi Anak

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

25 Maret 2023
Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Generasi Strawberry

Self Diagnose, Parenting, dan Labelling: Penyebab Munculnya Generasi Strawberry

16 Maret 2023
Positive Vibes Keluarga

Pentingnya Kesalingan Membentuk Positive Vibes Keluarga

15 Maret 2023
Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

Tiket Masuk Majlis Rasulullah Saw adalah Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

14 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Akhlak dan perilaku yang baik

    Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik
  • Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama
  • Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist