• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Lima Alasan Perlu Berbaik Hati pada Ibu Nifas

Kelima hal ini menjadi bukti bahwa siapapun yang berada di sekitar ibu nifas sebaiknya bersikap untuk lebih berbaik hati dengan tidak menjadi mom and baby shamer. Karena sebelum hal tersebut membuat sedih hatinya, ibu nifas telah mengalami masa yang tidak mudah dalam proses pemulihan pasca persalinan. So be kind please, because they have their own battle.

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
21/01/2021
in Keluarga, Kolom
0
Ibu Nifas

Ibu Nifas

164
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadah.id – Lima alasan perlu berbaik hati pada ibu nifas menjadi hasil dari petuah Bu Nyai Nur Rofiah yang terngiang-ngiang di kepala saya setelah beberapa kali mengikuti pemaparan beliau di berbagai kesempatan. Menurut beliau, suatu perspektif dapat membawa kemaslahatan dan kebijakan secara adil apabila hal tersebut mempertimbangkan pengalaman biologis perempuan sehingga bisa membantu meminimalisir rasa sakit yang diderita oleh perempuan ketika mengalami siklus biologis dalam kehidupannya.

Ada 5 pengalaman biologis perempuan yang tidak akan pernah bisa dirasakan oleh laki-laki yaitu haid atau menstruasi, hamil, melahirkan, nifas (post partum), dan menyusui. Sebagai seorang perempuan yang pernah menjadi ibu nifas, saya merasa memiliki andil untuk membagikan pengalaman ini agar semakin berkurang perempuan yang mengalami trauma di masa nifasnya. Karena sering kali masa nifas luput diperhatikan oleh ibu hamil termasuk saya kala itu.

Saya cukup fokus dengan masa kehamilan dan persiapan persalinan, tetapi tidak mempersiapkan masa nifas atau masa post partum seoptimal masa kehamilan dan persalinan. Hal ini lah yang kemudian membuat saya berfikir ulang jika harus kembali hamil di waktu yang berdekatan kala itu.

Apalagi sebelum masa bersalin tiba, perempuan-perempuan yang lebih berpengalaman tidak menceritakan masa nifas yang mereka alami dan hanya fokus memberikan pesan-pesan untuk persiapan persalinan agar perineum tidak sobek atau melahirkan dengan minim trauma. Berikut adalah 5 alasan mengapa harus berbaik hati pada ibu nifas:

Pertama, proses recovery dan pengecilan rahim. Setiap ibu yang baru melahirkan pasti mengalami masa pengecilan rahim setelah proses persalinan. Sayangnya hal ini tidak berlangsung cepat dan bahkan rasa sakit kontraksi rahim berbeda untuk setiap perempuan, bisa tidak terasa atau bahkan lebih sakit daripada ketika perempuan mengalami dismenore saat menstruasi. Biasanya rasa sakit ini muncul di awal-awal post partum dan berangsur-angsur berkurang di kemudian hari.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh

Baca Juga:

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh

Tidak hanya pengecilan rahim, ibu nifas juga melalui masa pemulihan setelah bersalin. Ada yang harus menahan sakit karena ketika bersalin harus rela episiotomi perineum. Ada juga harus lebih berhati-hati agar jahitan dari proses caesar tidak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan selama proses pemulihan berlangsung. Alih-alih bertanya lahiran normal atau caesar lebih baik cukup mendoakan agar buah hatinya tumbuh menjadi anak yang qurrota a’yun.

Kedua, menjalani peran baru. Setelah sang buah hati terlahir di dunia, tentu ibu nifas harus menjalani peran baru sebagai seorang ibu. Meski ada kelas persiapannya, tetapi tentu masa praktik menerapkan ilmunya dimulai sejak hari pertama sang buah hati terlahir di dunia. Pastinya bukanlah hal yang mudah dan memiliki ujian yang berbeda. Termasuk harus merelakan mata berkantung karena merawat newborn butuh waktu tidak hanya di pagi hari tetapi juga harus begadang di malam hari.

Ketiga, belajar menyusui. Masa nifas tentu erat kaitannya dengan masa menyusui. Bahkan proses yang dialami setiap perempuan berbeda-beda. Ada yang belum keluar sama sekali air susunya di hari pertama anak lahir sehingga harus menguatkan hati ketika kenyataan tak sesuai dengan harapannya untuk memberikan ASI eksklusif. Ada yang mengalami lecet puting hingga mastitis. Ada pula yang mengalami ASI selalu rembes sehingga harus berganti baju setiap kali karena tidak mempersiapkan peralatan menyusui dengan lengkap.

Keempat, hormon yang flukluatif. Sudah kelelahan, kurang beristirahat, hormon estrogen dan progesteron pun turun drastis sehingga memicu terjadinya perubahan suasana hati dan kondisi emosional yang dinamis, seperti tiba-tiba merasa ingin menangis di saat kebahagiaan tengah melingkupinya.

Selain menangis tentu ada juga perasaan cemas karena mendapatkan banyak komentar yang tidak membangun di awal-awal masa menjadi orang tua. Rasa cemas ini dapat menurunkan hormon oksitosin padahal hormon tersebut dibutuhkan agar produksi ASI berlimpah.

Kelima, masa nifas yang tidak sebentar. Telah kita ketahui bersama bahwa masa nifas maksimal berlangsung selama 60 hari. Hal ini wajar terjadi pada ibu hamil karena darah nifas adalah proses pembuangan lapisan rahim dan darah setelah persalinan.

Darah nifas sendiri memiliki warna yang berbeda mulai dari warna merah terang, coklat, kuning, hingga bening. Tetapi selain darah nifas, ada ciri khas saat nifas berlangsung yaitu aroma tubuh yang berbeda pada ibu nifas. Oleh sebab itu, alih-alih berkomentar tentang aroma tubuh ibu nifas, lebih baik membantu menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu nifas agar proses pasca bersalin dapat terlalui dengan mudah.

Kelima hal ini menjadi bukti bahwa siapapun yang berada di sekitar ibu nifas sebaiknya bersikap untuk lebih berbaik hati dengan tidak bertanya dijahit berapa jahitan, kok tidak pakai bengkung, kok tidak minum jamu, kok anaknya nangis terus, kok ASI nya seret, kok anaknya hitam dan sejenisnya. Karena sebelum hal tersebut membuat sedih hatinya, ibu nifas telah mengalami masa yang tidak mudah dalam proses pemulihan pasca persalinan. So be kind please, because they have their own battle. []

Tags: IbuIbu NifasKehamilankeluargaperempuanPersalinan
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan yang kini beraktivitas sebagai Fulltime Mommy and Freelance CDMs. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0. Saat ini sedang melanjutkan pendidikan di SGPP Indonesia, Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui [email protected]

Terkait Posts

Anak Kehilangan Sosok Ayah

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

2 April 2023
Kasus KDRT

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

1 April 2023
Sepak Bola Indonesia

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

1 April 2023
Keberkahan Ramadan, Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

31 Maret 2023
Agama Perempuan Separuh Lelaki

Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

31 Maret 2023
Resep Awet Muda Istri

Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri

31 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sarana Menikah

    Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist