Mubadalah.Id– Salah satu resonansi yang menarik dibaca ialah status dari Yudi Latif. Ia senantiasa memposting status Facebook, tentang hikmah pagi hari. Yang ia namakan dengan Makrifat Pagi. Berikut ini tulisan Makrifat Pagi berjudul ; tiga Perhatian.
Saudaraku, hari ketiga bernama Selasa. Dari bahasa Arab “tsulasa”, yang berarti “tiga”.
Bila hari Senin hari berpasangan, hari Selasa menata hidup berpasangan itu dalam pola relasi “tiga arah” (triadik), sebagai cara membangun kehidupan kosmos yang harmonis.
Dalam kosmologi Batak Toba dan “I La Galigo” Bugis-Makassar, tiga relasi triadik ini diarahkan untuk membangun relasi yang serasi dengan “Dunia Atas” (Tuhan), “Dunia Tengah” (manusia) dan “Dunia Bawah” (alam).
Dalam pandangan dunia “Tritangtu” (tiga kepastian) Sunda, relasi triadik ini dikembangkan dalam kerangka “Aji Luhung” (asah keluhuran ketuhanan), “Aji Komara” (asah aura antarmanusia) dan “Aji Wiwaha” (asah perawatan alam semesta).
Dalam kosmologi Hindu-Bali, relasi triadik ini bernama “Tri Hita Karana” (tiga penyebab kebahagiaan). Yakni, keharmonisan hubungan “manusia dengan Tuhannya” (Sanghyang Jagatkarana), “manusia dengan alam sekitar” (bhuana), serta “manusia dengan sesamanya” (manusia).
Dalam kosmologi Islam, relasi triadik ini diarahkan untuk menguatkan ikatan kasih “manusia dengan Allah” (hablun min-Allah), dengan “sesama manusia” (hablun min al-annas), dan dengan “alam semesta” (hablun min al-ardhi wa al-samaawaati/khalifatun fi al-ardhi).
Hari selasa adalah hari pembekalan pengisian nafas segar dan cahaya sukma pasangan hidup. Pelatihan ini disebut spiritualitas. Berasal dari bahasa Latin “spiritus”, yang artinya bernafas atau bercahaya.
Semua manusia adalah ahli waris jagad yang sama dengan hulu mata air spiritualitas yang sama. Kebahagian hidup bersama akan terengkuh manakala kita bisa menyegarkan dan menyalakan pelita jiwa dengan membangun relasi (pasangan) yang harmonis dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dengan alam semesta.
(Yudi Latif, Makrifat Pagi)