• Login
  • Register
Sabtu, 28 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Kisah Manikarnika, Raja Perempuan dari India

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
18/04/2020
in Sastra
0
raja, perempuan

(sumber foto momspresso.com)

232
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kesetaraan gender dalam ranah publik itu memiliki pengaruh yang sangat besar, bahkan pada ruang lingkup suatu negara, tidak hanya pada waktu tertentu saja, namun juga pada dekade setelahnya. Seperti halnya kesetaraan untuk mendapatkan pendidikan bagi perempuan dan laki-laki, kesetaraan pendidikan ini dapat memaksimalkan potensi perempuan untuk mendapatkan pendapatannya secara pribadi yang akhirnya mempengaruhi pada tingkat pengangguran dan pendapatan negara secara internasional.

Kesetaraan pendidikan juga memberikan dampak pada: turunnya tingkat diskriminasi terhadap perempuan; kebijakan adil gender yang dibuat oleh negara; dan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat secara menyeluruh. Demikian hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Mina Baliamoune-Lutz dan ditulis dalam jurnalnya yang berjudul The Making of Gender Equality in Tunisia and Implications for Development.

Dalam perannya di ranah publik, Indonesia memiliki perempuan-perempuan hebat yang tercatat dalam sejarah. Kita bisa menyebut RA. Kartini dan Rasuna Said yang memperjuangkan emansipasi wanita, Cut Nyak Dien dan Martha Christina Tiahahu yang mempertaruhkan jiwa-raganya berada di medan perang untuk kemerdekaan bangsa, dan masih banyak lagi tokoh perempuan hebat lainnya yang kita miliki.

Apa yang telah perempuan-perempuan hebat tersebut lakukan di masa lampau dapat dinikmati oleh generasi-generasi di era sekarang, pendidikan yang layak serta terbebas dari penindasan penjajah. Tidak hanya itu, semangat juang mereka bahkan menjadi api motivasi bagi perempuan-perempuan setelahnya untuk menjadi tangguh, cerdas, berilmu, berani, dan setara.

Hampir setiap bangsa memiliki wanita-wanita yang hebat, dalam tulisan ini saya ingin sedikit berbagi tentang kisah Manikarnika, salah satu wanita hebat yang berasal dari India. Ada hal penting yang diajarkan Manikarnka dalam kisah hidupnya, yakni “Perempuan mampu melakukan apapun dan menjadi apapun apabila perempuan mampu melawan budaya patriarki yang berlaku, dan tidak ada yang akan mewujudkan hal tersebut selain diri sendiri.” Dengan kata lain, takdir perempuan berada pada tangan perempuan itu sendiri, apakah ia cukup dengan menjadi subjek kedua atau justru ingin menjadi subjek pertama.

Baca Juga:

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

Benarkah Istri Shalihah Itu yang Patuh Melayani Suami?

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

Ketika Patung Molly Malone Pun Jadi Korban Pelecehan

Kisah hidup Manikarnika (Ratu Laksmi Bhai), Raja Perempuan dari India ini difilmkan oleh sutradara India, Kangana Ranaut, dan diperankan oleh dirinya sendiri. Film bollywood dengan latar belakang tahun 1800-an ini sungguh menarik, karena secara tegas menggambarkan tindakan kesetaraan gender dan perlawanan budaya patriarki yang menjadikan nama Manikarnika dikenang oleh bangsanya:

Pertama, Mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki. Ketika Manikarnika lahir, ayahnya sangat bahagia dan menyerahkan kepada sang Raja di Bithoor untuk diangkat anak dengan pengawasan darinya. Diangkat anak di sini ternyata Raja Bithoor mendidik Manikarnika bersama anak angkat dan anak kandungnya yang lain untuk lihai dalam bidang akademis dan berperang.

Raja Bithoor tidak membeda-bedakan Manikarnika yang merupakan seorang perempuan dengan anak laki-lakinya yang lain, ilmu yang mereka dapatkan adalah sama, dan mereka berkompetisi dalam segala hal. Sebagaimana laki-laki pada masanya, Manikarnika sangat lihai mengendarai kuda, lihai bermain pedang dan senjata lainnya, lihai dalam berdiplomasi, juga lihai melakukan pekerjaan-pekerjaan perempuan pada umumnya. Ketika perempuan dan laki-laki mendapatkan pendidikan yang sama, mereka akan saling menguatkan dan membantu, perempuan tidak akan menjadi penghalang bagi laki-laki untuk maju, dan sebaliknya.

Kedua, Melawan tradisi bahwa menjadi perempuan harus memiliki kepatuhan dan keanggunan tanpa kompromi. Ternyata tidak semua laki-laki ingin tampak paling gagah, banyak juga laki-laki penuh kasih yang memberikan ruang pada wanita untuk berekspresi, seperti suami Manikarnika yang merupakan Raja Jhansi, Gangadhar Newalkar Rao.

Seperti aturan kerajaan pada umumnya, perempuan yang berstatus tinggi memiliki aturan yang telah ditetapkan untuknya, aturan yang menggambarkan betapa anggunnya perempuan itu dalam hal-hal yang bersifat feminine. Namun Manikarnika mampu menerobos batas-batas tersebut di kerajaan sang suami, terlebih sang suami mendukung dan tidak membatasi aktfitas-aktifitas yang ingin dilakukan oleh Manikarnika.

Manikarnika diperbolehkan berkuda, mengurus urusan rakyat di luar istana, dan berinteraksi dengan para kolonial Inggris. Ketika raja-raja India sangat patuh dan ketakutan pada utusan Inggris, ternyata jiwa maskulin yang dimiliki Manikarnika mampu membuat gentar para penjajah ini.

Perempuan memang identik dengan keanggunan dan feminin, namun perlu diakui bahwa laki-laki juga memiliki sifat tersebut. laki-laki juga diidentikkan dengan kejantanan dan maskulin, namun perlu diakui juga bahwa perempuan juga memiliki sifat tersebut. Sehingga kontribusi laki-laki dan perempuan merupakan kontribusi yang sempurna dalam segala hal. Seperti kontribusi kekuatan yang dibangun oleh Manikarnika dan sang suami.

Ketiga, Perempuan berhak dalam ranah publik, tidak hanya hal domestik. Ketika menjadi istri dari Raja Jhansi, Manikarnika dituntut untuk melakukan kewajiban-kewajiban sang Ratu, yakni bertanggung jawab atas dapur kerajaan. Terkungkung dalam urusan domestic bukanlah keinginan Manikarnika, ia tidak takut pada mertua dan aturan yang diberlakukan untuknya, karena menjadi seorang Ratu, tanggung jawab tidak hanya sekedar tentang dapur istana, melainkan juga tentang dapur dan kondisi rakyatnya.

Keempat, Perempuan tidak selalu menjadi yang dilindungi, namun juga mampu melindungi. Ketika rakyat Jhansi ditindas oleh kesemena-menaan kolonial Inggris, para Raja hanya membiarkan dan tidak mampu berbuat apa-apa, memiliki empati dan rasa kemanusiaan yang tinggi, Manikarnika mampu melindungi hak-hak rakyatnya dengan keahlian yang ia miliki. Tidak melulu hanya laki-laki yang dapat menjadi pelindung, tetapi siapa saja yang memiliki tekad untuk melindungi, walaupun dia adalah seorang perempuan.

Kelima, Perempuan berhak atas tubuh dan kecantikannya. Seperti tradisi di masanya, ketika sang suami meninggal, sang istri harus menggunduli rambutnya, tidak bersolek, dan mengenakan pakaian serba putih hingga akhir hayatnya, para perempuan ini harus selalu berduka, termasuk Manikarnika.

Ketika sang suami dan anaknya meninggal, ia tidak melakukan hal-hal tersebut, dia tetap memiliki rambut, tetap bersolek, tetap mengenakan pakaian berwarna, bahkan memulai pemberontakan bersama rakyatnya. Tradisi yang mengikat hanya akan mengikat dirinya untuk tidak mendapatkan kebebasan diri dan rakyatnya, ada hal yang lebih besar dari pada harus taat pada tradisi yakni kemerdekaan, kemerdekaan diri dan kemerdekaan bangsa.

Keenam, Perempuan berhak dan mampu menjadi pemimpin. Seperti para tokoh perempuan lainnya, Manikarnika merupakan bukti bahwa perempuan berhak dan mampu menjadi pemimpin yang kompeten, tangguh, dihormati, ditaati, dan disegani. Maka bagi para perempuan, mari kita menjadi perempuan-perempuan hebat yang dikenang sepanjang masa. Dan teruntuk para laki-laki, kau akan menjadi lebih hebat jika ada perempuan hebat yang berjuang bersama berdiri disampingmu. []

Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

15 Juni 2025
Abah dan Azizah

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

8 Juni 2025
Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

1 Juni 2025
Menjadi Perempuan

Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

25 Mei 2025
Pekerja Rumah Tangga

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

11 Mei 2025
Tidak Ada Cinta

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

11 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Patung Molly Malone

    Ketika Patung Molly Malone Pun Jadi Korban Pelecehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Androsentris ke Bisentris Histori: Membicarakan Sejarah Perempuan dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma’ binti Abu Bakar Ra : Perempuan Tangguh di Balik Kesuksesan Hijrah Nabi Muhammad SAW

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iran dan Palestina: Membaca Perlawanan di Tengah Dunia yang Terlalu Nyaman Diam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Islam, Saatnya Hijrah dari Kekerasan Menuju Kasih Sayang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?
  • Benarkah Istri Shalihah Itu yang Patuh Melayani Suami?
  • Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan
  • Ketika Patung Molly Malone Pun Jadi Korban Pelecehan
  • Asma’ binti Abu Bakar Ra : Perempuan Tangguh di Balik Kesuksesan Hijrah Nabi Muhammad SAW

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID