• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Melihat 4 Dampak Banjir di Cirebon Timur bagi Perempuan dan Anak

Bila keterbatasan air bersih berlangsung dalam waktu lama, perempuan di pengungsian menjadi rentan mengalami penyakit dan infeksi pada alat kelaminnya.

Fuji Ainnayah Fuji Ainnayah
21/03/2024
in Publik
0
Banjir Cirebon Timur

Banjir Cirebon Timur

769
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Banjir yang melanda 9 kecamatan (Waled, Pangenan, Pasaleman, Pabedilan, Babakan Gebang, Ciledug, Losari, Pabuaran dan Karangwareng) di Cirebon Timur pada awal Maret 2024 lalu masih menyisakan duka yang mendalam bagi para warga sekitar.

Melansir dari Detik.com setidaknya ada sekitar 20.000 rumah lebih yang terendam banjir. Ini merupakan banjir yang cukup besar yang pernah terjadi di daerah Cirebon Timur.

Meskipun sudah berangsur membaik, namun sebagian besar warga masih merasakan dampak yang luar biasa dari bencana ini. Terutama dampaknya bagi kerugian ekonomi, masalah kesehatan, trauma dan hal lainnya.

Namun lebih dari itu, dampak yang sangat begitu terasa adalah kepada perempuan dan anak. Mereka menjadi salah satu korban yang sangat rentan dari bencana banjir. Keduanya sangat mudah terserang penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit kulit.

Bahkan lebih dari itu, melansir dari Website Magdalena.co menyebutkan setidaknya ada empat dampak bagi perempuan dan anak saat terjadi banjir. Empat dampak tersebut sebagai berikut:

Baca Juga:

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

Pertama, minimnya akses air bersih. Air bersih merupakan kebutuhan mendasar bagi semua manusia, khususnya perempuan dan anak.

Terlebih, air bersih ini dibutuhkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan genital, terutama yang sedang menstruasi.

Bila keterbatasan ini berlangsung dalam waktu lama, perempuan di pengungsian menjadi rentan mengalami penyakit dan infeksi pada alat kelaminnya.

Humanitarian Focal Point dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Muhemi mengatakan bahwa menjaga kebersihan alat kelamin harus menjadi prioritas utama perempuan.

Minim Ketersediaan Pembalut

Kedua, minimnya ketersediaan pembalut. Ketersediaan pembalut selalu menjadi masalah di tempat-tempat pengungsian karena barang penting ini belum dijadikan prioritas bantuan. Pembalut yang tersedia di tempat penampungan korban atau pengungsian umumnya terbuat dari pakaian bekas sehingga mengandung banyak bakteri.

Ditambah lagi, banyak perempuan yang berpikir bahwa sedikitnya uang yang mereka miliki di pengungsian lebih baik digunakan untuk membeli makanan ketimbang pembalut yang layak. Hal ini juga membuat pengantian pembalut menjadi jarang dilakukan.

Ketiga, sistem pembuangan limbah yang belum tepat. Perempuan yang sedang menstruasi biasanya membutuhkan lebih banyak ruang pembuangan sampah, seperti pembungkus tambahan.

Sampah bekas pembalut perempuan dan popok anak seharusnya juga dibuang ke tempat sampah khusus. Namun kebanyakan tempat penampungan dan pengungsian belum memfasilitasi hal ini.

Muhemi dari PKBI mengatakan, pengolahan limbah yang tidak tepat akan menciptakan genangan dan bau menyengat yang kelak menyebarkan virus dan bakteri.

Keempat, minim ruang privat. Perempuan di pengungsian rentan mengalami pelecehan seksual seperti ketika berganti pakaian, mandi, mengganti pembalut, dan sebagainya.

Hal ini umumnya karena lokasi sumber air bersih yang jauh dari pengungsian, penerangan yang kurang memadai, dan minimnya keamanan karena sistem jaga yang belum rutin.

Sehingga akibatnya, perempuan dan anak perempuan di tempat pengungsian rentan mengalami pelecehan seksual dan pemerkosaan.

Bagi sebagian orang empat dampak di atas mungkin jauh dari perhatian kita bersama. Sehingga tidak banyak, perempuan yang sedang menjadi korban dari bencana banjir, ia juga sangat mungkin menjadi korban dari pelecehan seksual bahkan sampai terjadi pemerkosaan. Sungguh miris.

Oleh sebab itu, saat terjadi banjir atau bencana alam lainnya, penting untuk memperhatikan soal ketersediaan air bersih, pembalut, dan ruang privat bagi perempuan. Dengan begitu, mereka dapat terhindar dari berbagai penyakit dan segala tindak yang merugikan perempuan dan anak. []

Tags: anakBanjirCirebon Timurdampakmelihatperempuan
Fuji Ainnayah

Fuji Ainnayah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Lebih Religius

    Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID