• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Melihat Stigma Beban Ganda Perempuan dalam Film Ipar Adalah Maut

Beban ganda perempuan menempatkannya dalam berbagai peran pekerjaan sekaligus urusan rumah tangga yang harus terselesaikan dengan baik

fatmi isrotun nafisah fatmi isrotun nafisah
04/07/2024
in Personal
0
Beban Ganda Perempuan

Beban Ganda Perempuan

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Siapa di sini yang suka menonton  film? Tentu hampir semua orang suka menonton film dengan beragam genrenya. Film tidak hanya menjadi sarana hiburan semata, akan tetapi juga menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kepada penonton atau masyarakat.

Melalui audio-visual, alur cerita, penokohan dan suasana emosional, menjadikan film sebagai salah satu produk budaya populer yang banyak digemari oleh masyarakat.

Demikian juga dengan dunia perfilman Indonesia yang akhir-akhir ini tengah ramai karena hadirnya film ‘Ipar Adalah Maut’. Film yang Deva Mahenra bintangi sebagai Aris, Michelle Ziudith sebagai Nisa dan Davina Karamoy sebagai Rani ini adalah film adaptasi dari kisah nyata yang mengisahkan kehidupan rumah tangga yang hancur akibat adanya perselingkuhan. Yang lebih menyakitkan adalah perselingkuhan tersebut justru dilakukan oleh Aris dan Rani, yang mana Rani adalah adik kandung Nisa dan merupakan adik iparnya Aris.

Penulis sebenarnya tidak akan membahas lebih lanjut bagaimana alur dan kisah dalam film tersebut. Yang ingin penulis tekankan dalam pembahasan tulisan ini adalah sosok perempuan yang bernama Nisa. Nisa kita kenal sebagai perempuan yang lemah lembut, cerdas dan mandiri.

Dulunya ia merupakan mahasiswi di tempat suaminya bekerja. Nisa juga mempunyai keterampilan dalam membangun usaha kue. Sosok Nisa ini digambarkan sebagai perempuan yang cukup sukses dalam bidang karir.

Baca Juga:

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

Persoalan Gender dalam Fikih Kesaksian

Wajah Perempuan Bukan Aurat, Tapi Keadilan yang Tak Disuarakan

Namun, kehancuran rumah tangganya dianggap sebagai kegagalan dia dalam mengurus rumah tangga dan keluarganya. Padahal kegagalan rumah tangga merupakan tanggung jawab bersama, yaitu suami dan istri.

Bahkan perselingkuhan yang Aris dan Rani lakukan berdalih pada ketidakbecusan Nisa dalam mengurus rumah tangga. Nyatanya, perselingkuhan mereka adalah murni kesalahan dua manusia tersebut dan merupakan pengkhianatan terbesar bagi Nisa dan rumah tangganya.

Beban Ganda Perempuan

Dalam stigma masyarakat patriarki, perempuan selalu kita tempatkan dalam ranah domestik belaka. Kegiatannya hanya seputar memasak, mengurus anak, mencuci baju, dan bebersih rumah. Dan ketika perempuan mulai menjejaki ranah publik dengan berbagai alasan dan keadaan yang mengharuskan hal tersebut.

Seperti halnya ingin mengembangkan hobi dan keilmuan, membantu suami mencari nafkah, atau bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Perempuan akhirnya terjebak dalam lingkaran double burden (beban ganda). Beban ganda perempuan menempatkannya dalam berbagai peran dan urusan pekerjaan sekaligus urusan rumah tangga yang harus terselesaikan dengan baik.

Perempuan yang telah bekerja dari pagi hingga sore, harus memikirkan bagaimana tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga dapat ia jalankan. Segala urusan domestik harus ia kerjakan meski raga dan jiwanya kadang sudah begitu lelah setelah bekerja.

Sementara laki-laki? Kewajiban mencari nafkah memang terletak pada laki-laki dan ketika ia berangkat bekerja, pernahkah ia berpikir tanggung jawab dalam mengurus rumah dan segala pekerjaan domestik lainnya? Stigma dalam budaya patriarki menempatkan tanggung jawab pekerjaan domestik hanya pada perempuan, baik perempuan tersebut bekerja di ranah publik ataupun tidak. Sungguh ironi.

Beban ganda perempuan (double burden) inilah salah satu ketidakadilan gender yang masih terus mengakar kuat di masyarakat. Budaya masyarakat yang mengarah pada perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan, masih begitu sullit untuk kita musnahkan.

Terlebih, ketika ada urusan rumah tangga yang tidak terselesaikan, suami berselingkuh saja, yang kita salahkan karena ketidakbecusan perempuan dalam mengurus rumah tangga atau terlalu sibuk bekerja di ranah publik.

Mendobrak Beban Ganda Perempuan

Poin penting dari tulisan ini yaitu mendobrak beban ganda (double burden) yang perempuan alami. Bagaimana caranya? Secara singkat kita akan mengatakan dengan adanya kesetaraan gender. Maknanya, konsep kesetaraan gender ini melihat peran perempuan dan laki-laki bukan dari jenis kelamin, melainkan dari kemampuan masing-masing.

Urusan rumah tangga dan segala pekerjaan domestik adalah tugas bersama. Jika laki-laki dan perempuan sama-sama bekerja sekalipun, maka urusan domestik menjadi tanggung jawab bersama.

Sekali lagi bahwa urusan domestik adalah basic life skill yang sebenarnya harus bisa dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan. Bahkan meskipun di antaranya ada yang lebih dominan dalam suatu pekerjaan. Prinsip kesalingan menjadi kunci tanggung jawab rumah tangga.

Terakhir, untuk mencapai upaya mendobrak stigma beban ganda ini. Laki-laki dan perempuan harus sama-sama belajar, mencari pemahaman dari konsep yang sudah saya sebutkan di atas. Kemudian kita terapkan dalam kehidupan rumah tangga. Agar nantinya benar-benar tercipta rumah tangga yang tenang, nyaman, dan bahagia.

Wahai laki-laki, jika kalian tidak ingin perempuan yang kalian cintai lalu nikahi merasakan beban ganda. Mari belajar bersama-sama! Wallahu A’lam bi ash-Shawab. []

 

Tags: Beban Ganda PerempuanFilm Ipar Adalah MautGenderketidakadilanstigma
fatmi isrotun nafisah

fatmi isrotun nafisah

Fatmi Isrotun Nafisah adalah perempuan kelahiran Purbalingga, dan baru saja lulus dari Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2022

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version