• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Membentengi Keluarga dari Paham Teror dan Kekerasan

Abdul Rosyidi Abdul Rosyidi
15/05/2018
in Aktual
0
11
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya, Minggu pagi (13 Mei 2018) dilakukan pasangan suami istri yang menyertakan empat anak mereka. Aksi pengeboman Minggu malam di Sidoarjo juga dilakukan oleh satu keluarga. Bom bunuh diri Senin pagi (14 Mei 2018) di Polrestabes Surabaya lagi-lagi dilakukan satu keluarga. Benang merahnya, terorisme menjalar di dalam institusi sosial terkecil kita: keluarga. Bagaimana cara kita membentengi keluarga dari paham teror daan kekerasan?

Anak juga perlu dikenalkan pada kenyataan bahwa dunia ini dihuni oleh masyarakat yang berbeda-beda. Anak-anak bisa diperdengarkan lagu ‘Kebunku’ atau lagu-lagu anak lainnya dan orang tua menjelaskan tentang keberagaman yang tampak jelas tersirat dalam lagu tersebut.

Modus baru yang biadab ini digunakan para teroris agar aparat tidak curiga. Sebelumnya, teror bom dilakukan pria dewasa dan remaja tapi kemudian berubah pola saat pelakunya perempuan, seperti saat terjadi bom panci. Cara-cara keji seperti ini biasa terjadi di medan perang di Iraq dan Suriah, tapi di Indonesia yang aman, serangan dengan cara seperti ini sungguh keterlaluan.

Diikutsertakannya anak-anak, sebagian besar bahkan di bawah umur, ke dalam aksi teror memberikan kita pesan bahwa mereka bisa melakukan berbagai cara, melebihi nalar manusiawi siapapun. Ideologi radikal, teror dan kekerasan membuktikan dirinya bisa dengan begitu mudah tumbuh dan berkembang di dalam keluarga. Terus terang, ini membuat bulu kuduk saya merinding.

Sebab di sisi lain, keluarga sebagai institusi sosial terkecil dipercaya menjadi poros utama kemajuan bangsa. Perubahan kebangsaan berada di komunitas terkecil ini. KH Husein Muhammad menyebut keluarga sebagai jantung dari kehidupan bangsa. Di ruang kecil inilah nasib bangsa dipertaruhkan. Dan sumbu utamanya terletak pada seorang perempuan.

Oleh karenanya menjadi penting dan mendesak bagi keluarga muslim di manapun, terkhusus umat Islam di Indonesia untuk segera membentengi anggota keluarganya dari paparan ideologi teror dan kekerasan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh

Baca Juga:

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

Dalam Relasi Pernikahan, Perempuan Harus Menjadi Subjek Utuh

Caranya di antaranya dengan memberikan pemahaman agama yang benar kepada anak. Anak sesegera mungkin diberi pengertian bahwa agama yang benar tidak mengajarkan kekerasan dengan alasan apapun. Apalagi kekerasan yang bisa menghilangkan nyawa manusia, makhluk Allah yang paling dimuliakan.

Anak juga perlu dikenalkan pada kenyataan bahwa dunia ini dihuni oleh masyarakat yang berbeda-beda. Anak-anak bisa diperdengarkan lagu ‘Kebunku’ atau lagu-lagu anak lainnya dan orang tua menjelaskan tentang keberagaman yang tampak jelas tersirat dalam lagu tersebut.

Anak-anak juga akan sangat senang mendengarkan cerita kehidupan Nabi. Ceritakan bagaimana Nabi Muhammad begitu menghormati umat dari agama lain. Sisipan pelajaran sejarah nabi yang toleran terhadap perbedaan penting untuk disampaikan.

Kedua, memilihkan sekolah (madrasah/pesantren) yang tepat untuk anak. Sekolah dengan pemahaman Islam yang tidak ramah (radikal) perlu dihindari bukan hanya sebagai proteksi diri dan keluarga.

Memilih sekolah yang mengajarkan radikalisme akan membuat sekolah tersebut mempunyai nafas panjang dan peluang besar untuk mengajarkan ajaran kekerasan kepada masyarakat yang lebih luas. Cara menghentikan nafas sekolah ini adalah dengan tidak mengirimkan anak-anak kita ke sana.

Ketiga, ketika beranjak remaja, saat mereka mulai mempertanyakan banyak hal, berikan pengalaman keberagaman yang berarti. Sesekali kita bisa mengajak anak-anak remaja kita bertemu dengan orang yang berbeda agama atau tempat ibadah agama yang berbeda.

Pengalaman ini penting agar remaja merasakan bahwa diri mereka maupun orang lain ternyata memiliki kesamaan, sama-sama manusia ciptaan Allah swt, yang begitu dimuliakan dan tak pantas menerima kekerasan apapun.

Keempat, mengawasi apa saja kegiatan anak remaja kita, baik di sekolah maupun di media maya juga penting dilakukan. Jadilah pendengar yang baik saat mereka mengutarakan hal-hal terkait ajaran agama. Hargai mereka sebagai orang yang beranjak dewasa. Berikan bimbingan agar mereka pandai menghindar dari ajaran agama yang menyalahkan perbedaan dan menganjurkan kekerasan.

Kelima, keluarga muslim juga perlu membangun relasi yang berkesalingan antara suami istri sehingga satu sama lain tidak saling harus ‘taat mutlak’ pada pasangannya. Hubungan suami istri adalah hubungan kerjasama bukan hubungan budak-majikan. Ketaatan hanya untuk ajakan yang baik. Ajakan menuju kekerasan harus ditolak, sekalipun itu datang dari pasangan.

Keenam, ajak anggota keluarga rajin berinteraksi dengan orang lain, terutama yang berbeda pandangan agamanya. Interaksi ini tidak untuk memupuk kebenaran sendiri dalam zona perdebatan tapi berupaya untuk memahami ajaran Islam dalam berbagai cara pandang pemeluknya.

Demikian beberapa cara yang bisa kita lakukan agar anggota keluarga tak terjerumus ke dalam paham teror dan kekerasan. Semoga bisa memberikan manfaat. Wallahu a’lam.[]

Tags: anakkeluargapaham radikalparentingperempuanpolas asuh anakteror
Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi, editor. Alumni PP Miftahul Muta'alimin Babakan Ciwaringin Cirebon.

Terkait Posts

Puasa Dalam Perspektif Psikologi

Puasa Dalam Perspektif Psikologi dan Pentingnya Pengendalian Diri

28 Maret 2023
Perempuan Ngaji

Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

27 Maret 2023
Zakat Perempuan Korban Kekerasan

Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

20 Maret 2023
Aman Indonesia

AMAN Indonesia Terpilih sebagai Inisiator Program Berkelanjutan pada RAN PE Awards 2023

15 Maret 2023
P2GP haram

Tindakan P2GP yang Membahayakan Tanpa Alasan Medis Hukumnya Haram

9 Maret 2023
sampah

Musyawarah Keagamaan KUPI Tetapkan Hukum Pembiaran Sampah yang Mengancam Perempuan Adalah Haram

9 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sarana Menikah

    Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist