Memberikan pendidikan seks sejak dini kepada anak dapat dilakukan dengan banyak langkah bijak. Islam telah menyampaikannya secara gamblang dalam berbagai ayat di Alquran dan hadis.
Seksualitas atau segala sesuatu yang terkait dengan seks bukanlah hal yang tabu. Membincangkannya dengan anak juga tidak akan menjadi tabu jika disampaikan dengan bahasa agama dan ilmu pengetahuan (biologi, seksologi, ilmu kesehatan reproduksi, dan lain-lain).
Orang tua hari ini sangat perlu megedukasi anak tentang seksualitas sedini mungkin. Seiring dengan makin tingginya angka kejahatan seksual dan makin mudahnya anak-anak terpapar pornografi sejak dini, serta makin longgarnya nilai-nilai moral dan norma sosial.
Ilmu Menjelaskan, Agama Mengarahkan
Biologi menjelaskan anatomi tubuh manusia, termasuk organ seksualnya, tahap-tahap pertumbuhan organ-organ tersebut, serta perbedaan biologis dan fisiologis laki-laki dan perempuan dalam setiap tahap. Ilmu kesehatan reproduksi lebih spesifik lagi.
Pengetahuan tentang kespro membuat manusia mengenali apa saja organ-organ reproduksi itu, bagaimana menjaganya dengan baik, apa saja yang dapat merusak dan menurunkan fungsi kespro, apa saja penyakit kelamin dan organ reproduksi lainnya, penyebab dan cara mengatasinya, hingga apa saja hak-hak seksual dan reproduksi manusia yang harus dilindungi negara sebagai bagian dari hak asasi manusia.
Seksologi lebih khusus lagi. Ilmu ini memberi penjelasan rinci tentang seksualitas manusia mulai apa itu seks dan seksualitas sampai bagaimana hubungan seksual yang benar, baik, sehat, dan membahagiakan. Masalah-masalah dan kendala dalam hubungan pasutri juga dibahas oleh seksologi. Yang terakhir ini biasanya menjadi tema favorit konsultasi sehingga timbul kesan seolah seksologi itu hanya urusan hubungan seks. Padahal tidak.
Agama yang ajarannya datang dari Sang Pencipta manusia memberikan arah dan panduan bagaimana agar seksualitas manusia sesuai dengan fitrah kemanusiaan dan berada dalam bingkai nilai-nilai ketuhanan. Jika ilmu pengetahuan menjelaskan berbagai fakta, data, kesimpulan, dan rekomendasi tentang seksualitas dari berbagai aspeknya.
Maka agama hadir untuk mengarahkan, bagaimana memilah dan memilih hasil ilmu pengetahuan, memberikan panduan dan arah ke mana, untuk apa dan bagaimana mengelola seksualitas agar dengannya manusia menjadi mulia di hadapan sesama dan di mata Allah. Karena itulah seksualitas dalam Islam dibahas dalam semua ruang agama, mulai ibadah, akhlak, hingga posisi teologis manusia terkait kemampuan pengelolaan seksualitasnya.
Ranah Ibadah dan Akhlak
Dalam ranah ibadah, tanda-tanda baligh yang mengubah status anak menjadi mukalaf (orang yang dikenai beban hukum) terkait langsung dengan seksualitas, yakni mimpi basah bagi laki-laki dan haid bagi perempuan.
Saat ini anak berusia 10 tahun sudah ada yang haid dan mimpi basah. Itu artinya pengetahuan tentang hal itu sudah seharusnya diketahui sejak usia tujuh tahun. Orang tua, biasanya ibu, dapat memberitahu anaknya bahwa saat tanda-tanda itu tiba.
Secara hukum anak tersebut sudah menjadi mukalaf. Pahala dan dosanya sudah dicatat malaikat. Lalu dalam hal biologis, anak laki-laki yang sudah mimpi basah bisa menghamili, dan anak perempuan yang sudah haid bisa hamil. Anak-anak berhak tahu tanda-tanda baligh ini lengkap dengan konsekuensi hukum dan biologisnya.
Terkait dengan akhlak personal, anak sejak baligh perlu ditanamkan kesadaran bahwa alat kelamin dan ketertarikan pada lawan jenis adalah anugerah Allah yang mesti dijaga sesuai dengan amanah Sang Pemberi anugerah. Meski tidak ada seorang pun yang melihat, Allah tetap melihat. Karena itu, melihat gambar atau video porno jangan dilakukan walau sedang sendiri di kamar. Alat kelamin jangan dieksploitasi dengan sengaja melakukan onani dan masturbasi, apalagi dibiasakan.
Sangat penting ditekankan bahwa satu-satunya saluran seks halal adalah pernikahan. Karena pernikahan itu bukan hanya urusan hubungan seks, remaja perlu diajak berpikir jernih tentang pentingnya relasi yang halal dan sah, baik secara agama maupun hukum negara. []