• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Membincang Tanggung Jawab Bersama Pengasuhan Anak

Kitab Manba'ussa’adah melalui penjelasan Nyai Umi Hanik, dengan sangat jelas menyatakan bahwa tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak adalah milik suami dan istri.

Sulma Samkhaty Maghfiroh Sulma Samkhaty Maghfiroh
05/05/2021
in Keluarga
0
Pengasuhan

Pengasuhan

190
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Wah, pantas saja kamu hebat, siapa dulu ayahnya?!” dan “Begini saja tidak paham, apa ibumu tidak mengajarkanmu apapun?!”

Mubadalah.id – Aku sering sekali mendengar ungkapan seperti ini keluar dari masyarakat. Seakan sudah hal yang biasa saat seorang ayah dipuji jika anaknya mendapatkan keberhasilan dan seorang ibu dikutuk jika sang anak mengalami kegagalan. Sebenarnya, siapa yang bertanggungjawab atas pengasuhan dan pendidikan seorang anak?

Kyai Faqihuddin Abdul Qadir dalam kitab Manba’ussa’adah menyatakan bahwa seorang anak tidak akan pernah lahir tanpa peran kedua orang tuanya. Embrio seorang anak dalam rahim ibu adalah hasil dari relasi hubungan biologis kedua orang tuanya. Maka, hingga embio itu menjadi janin, bayi yang dilahirkan ke dunia, anak-anak, remaja, hingga dewasa juga memerlukan relasi kedua orang tuanya dalam hal pengasuhan dan pendidikannya.

Mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: “Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Melalui hadits ini, bukankah dengan sangat jelas menyatakan bahwa seorang anak yang lahir belum mengerti apapun, kedua orang tuanya lah yang mengarahkannya pada pilihan tertentu, yakni ayah dan ibu yang berperan dalam pengasuhan dan pendidikan sang anak. Bukan hanya ayah saja atau ibu saja, melainkan keduanya.

Terkadang, masih banyak yang memuji perempuan dengan sebuah maksud terselubung dan pamrih atau sarat kepentingan. “Perempuan punya naluri keibuan, lemah lembut, sabar, telaten, pengertian, sehingga pengasuhan anak dan pendidikan anak lebih baik diserahkan kepada ibu, sebagai perempuan. Sebuah ungkapan menyatakan bahwa ibu adalah sekolah bagi anaknya, bukankah itu berarti bahwa ibulah yang bertanggungjawab atas pengasuhan dan pendidikan anak?”

Menurutku, naluri keibuan sebenarnya hanyalah sebuah istilah yang mengikat setiap perempuan untuk mengakui bahwa keterikatan perempuan dan anak sangatlah besar, sehingga tanggung jawab atas pengasuhan dan pendidikan anak seakan ditumpukan pada perempuan saja. Padahal dalam proses hingga lahirnya seorang anak di dunia, adalah kerjasama antara laki-laki dan perempuan.

Baca Juga:

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Peran Penting Ayah di Masa Ibu Menyusui

Mengapa dalam tanggung jawab atas pengasuhan dan pendidikan hanya dibebankan pada perempuan? Mengapa naluri kebapakan tidak banyak dikaitkan dengan pengasuhan dan pendidikan anak?

Lalu terkait sifat lemah lembut, sabar, telaten, dan pengertian yang disematkan pada perempuan sesungguhnya adalah sifat umum yang dapat disematkan pada setiap manusia, laki-laki maupun perempuan. Dalam sebuah riwayat dari Sayyidah Aisyah Ra ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw adalah sosok manusia yang paling lemah lembut, paling mulia, sama sebagaimana laki-laki pada umumnya kecuali  sifat murah senyumnya. Rasulullah Saw adalah seorang laki-laki dan ia memiliki semua sifat itu, sebuah bukti bahwa semua sifat tidak mengenal jenis kelamin.

Seorang peserta dalam sesi diskusi Kelas Intensif Ramadan bertanya perihal potongan syair milik Hafez Ibrahim, seorang penyair dari Mesir awal abad ke-20. Syair itu berbunyi “al ummu madrasatun…” (ibu adalah sekolah), yang selama ini dianggap sebagai alasan tanggungjawab pengasuhan dan pendidikan anak diberikan kepada ibu. Sedangkan kenyataannya tidak seperti itu. Pertanyaan peserta Kelas Intensif Ramadan justru membuat kita lebih teliti akan keseluruhan syair milik Penyair Sungai Nil, Hafez Ibrahim.

“Al ummu madrasatun idzaa a’dadtahaa, a’dadta sya’ban thayyiba-l-a’raaqi” yang artinya ibu adalah sekolah jika kamu (laki-laki) telah mempersiapkannya (untuk menjadi sekolah) sesungguhnya kamu telah menpersiapkan sebuah generasi yang luhur budi pekertinya.  “Al ummu raudhun in ta’ahhadahu-l-hayaa bi-r-riyyi awraqa ayyamaa iiraaqi” seorang ibu adalah taman jika ia dipelihara dengan pengairan yang baik maka ia akan menghasilkan daun yang rimbun. “Al ummu ustaadzu-l-asaatidzati-l-ulaa syaghalat ma-aa-tsiruhum mada-l-aafaaqi”, seorang ibu adalah guru yang utama ketika telah disibukkan dengan prestasi-prestasi dari segala penjuru.

Dari syair Hafez Ibrahim, sebenarnya menjelaskan bahwa seorang perempuan atau ibu dapat dikatakan sebagai sekolah jika ia diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam menyiapkan dirinya, dengan pendidikan yang setara. Seorang ibu dapat menjadi tempat beranung yang teduh jika ia mendapatkan akses yang sama dengan laki-laki dalam pengembangan dirinya. Dan seorang ibu akan menjadi guru di atas guru, manakala kiprah dan prestasinya tidak dibatasi dan dihalangi. Urgensi kesetaraan hak keduanya menjadi penting demi mewujudkan ibu yang bersifat madrasah, raudhun, dan ustaadzu asatidzati-l-ulaa.

Kitab Manba’ussa’adah melalui penjelasan Nyai Umi Hanik, dengan sangat jelas menyatakan bahwa tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak adalah milik suami dan istri. Yang dalam praktik pembagian perannya dapat dikomunikasikan dengan baik antara keduanya dengan relasi kesalingan yang adil. []

 

Tags: anakkeluargaKesalinganorang tuaparentingpengasuhan
Sulma Samkhaty Maghfiroh

Sulma Samkhaty Maghfiroh

Penulis Merupakan Anggota Komunitas Puan Menulis, dan berasal dari Ungaran Jawa Tengah

Terkait Posts

Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Soft Spoken

Soft Spoken: Menanamkan Nilai Tata Krama pada Anak Sedari Kecil

25 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version