Meskipun tidak ada kesepakatan bulat mengenai arti sebuah kesuksesan itu sendiri, namun ada yang lebih penting yang harusnya mulai kita pahami. Bagaimana dogma tentang cara meraih sukses itu sendiri.
Mubadalah.id – Saat ini, kesuksesan digambarkan dengan kehidupan penuh gelimang harta, memiliki jet pribadi misalnya, rumah dan mobil mewah, hilir mudik ke luar negeri atau kalau ke mana-mana selalu memiliki pengawal pribadi. Gambaran keglamoran tersebut seakan menjadi standar kesuksesan yang harus terpenuhi oleh setiap orang, khusus bagi mereka yang ingin dianggap sukses.
Namun, apakah benar demikian hakikat sebuah kesuksesan itu? Setiap orang tentu memiliki definisi sendiri yang bisa jadi berbeda-beda dalam memaknai sebuah kesuksesan.
Meskipun tidak ada kesepakatan bulat mengenai arti sebuah kesuksesan itu sendiri, namun ada yang lebih penting yang harusnya mulai kita pahami. Bagaimana dogma tentang cara meraih sukses itu sendiri.
Mungkinkah Kita Termasuk Orang yang Salah Jalan dalam Meraih Kesuksesan?
Selama ini kita selalu dicekoki dengan doktrin untuk fokus kepada sasaran dalam meraih kesuksesan. Namun apa yang tertulis dalam buku “Atomic Habits” karya James Clear ini berbeda dari apa yang selama ini kebanyakan orang percayai.
Selama ini kita selalu diajari bahwa untuk meraih apa yang kita inginkan adalah dengan menetapkan sasaran yang spesifik dan dapat dilaksanakan. Misalnya, kita ingin memiliki berat tubuh yang ideal atau atletis. Kita ingin menjadi juara kelas. Kita ingin berhasil dalam bisnis.
Penulis buku menjelaskan bahwa dari beberapa sasaran yang ia inginkan, tidak semuanya bisa terlaksana dengan baik. Beberapa mungkin berhasil dan yang lainnya malah gagal. Akhirnya setelah melakukan perenungan, James Clear mulai menyadari bahwa hasil-hasil yang ia dapatkan hampir tidak ada kaitanya dengan sasaran-sasaran yang ia tetapkan di awal, melainkan hasil tersebut berkaitan dengan sistem yang ia jalani.
Perbedaan Antara Sasaran dan Sistem dalam Meraih Kesuksesan?
James Clear belajar dari Scott Adams, seorang Kartunis (seniman visual yang membuat kartun atau komik) komik Dilbert. Sistem menjelaskan bagaimana proses mengantarkan pada hasil, sedangkan sasaran hanya bicara mengenai hasil yang ingin kita raih.
Dua hal ini tentu sangat berbeda. Pertama, ia menghargai proses dan menganggap bahwa proses yang kita jalani setiap hari untuk meraih hasil akan menjadi sistem yang urut. Kedua, ia hanya melihat hasil dengan tidak mempedulikan proses. Kemajuan apa yang kita dapat saat proses meraih hasil itu berlangsung, kedewasaan apa, benefit apa yang kita dapat, itu semua tidak akan pernah kita anggap penting saat hanya fokus pada sasaran dan bukan sistem.
Contoh lain, jika kita menjadi seorang pelatih, maka sasaran kita adalah memenangkan kejuaraan. Jika kita seorang Pengusaha, sasaran kita adalah keuntungan yang bernilai jutaan dolar. Jika kita seorang pemusik, sasaran kita adalah bagaimana kita bisa membuat album setiap tahunnya.
Sistem Lebih Menjamin Kesuksesan
Semua sasaran dengan hasil yang kita harapkan di atas, akan menjadi berbeda ketika kita memandangnya dari sistem seperti apa yang cocok dan akan kita gunakan untuk mendapatkan hasil tadi.
Dalam pandangan sistem, kita akan melihat bagaiman kita akan merekrut pemain dan mengatur jadwal berlatih, jika kita seorang pelatih. Kita akan menguji gagasan dan ide-ide kita, berinovasi, merekrut karyawan dan mulai beriklan, jika kita adalah seorang Pengusaha. Kita akan mulai berlatih dan mengatasi semua kesulitan dengan belajar metode terbaru, jika kita adalah seorang Pemusik.
James kemudian mengajukan pertanyaan. Jika demikian, lantas apakah kita akan mengabaikan sasaran-sasaran yang kita harapkan dan mulai terfokus pada sistem saja?
Jawaban dengan analoginya seperti ini, sasaran dalam pertandingan olah raga apapun pasti adalah mendapatkan skor terbaik. Namun, jika selama pertandingan para pemain tim menghabiskan waktunya untuk melihat papan nilai, maka yang ia dapat adalah sebuah kekonyolan. Cara untuk memenangkan perlombaan adalah dengan memfokuskan diri terhadap strategi untuk mengalahkan lawan dan nilai akan datang dengan sendirinya.
Begitulah paradigma dalam memandang cara meraih sebuah kesuksesan. Cara meraihnya adalah dengan taat pada sistem yang kita buat, bukan pada sasaran semata sebagaimana dogma lama yang selama ini kita percaya. []