• Login
  • Register
Minggu, 11 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Mendidik Anak dengan Cinta dan Toleransi

Zahra Amin Zahra Amin
24/10/2022
in Aktual
0
Mendidik Anak dengan Cinta
32
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Mendidik anak dengan cinta dan toleransi. Seyogianya orang tua memberikan pendidikan utama pada anaknya, dengan penuh kasih sayang.

Foto yang memperlihatkan anak berusia 6 tahun korban bom panci Pasuruan awal bulan ini, masih saja terbayang di depan mata. Iba namun kita tak bisa berbuat apa-apa.

Ditarik lagi mundur ke belakang, entah sudah berapa anak yang menjadi korban dalam pusaran radikalisme, yang seolah tanpa ujung di negeri ini.

Tentu masih hangat dalam ingatan kita tentang peristiwa bom Surabaya yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Hingga terakhir pelemparan bom panci di Mapolres Indramayu sepekan silam yang dilakukan pasangan muda suami istri, yang diketahui pula mempunyai anak balita perempuan.

Bahkan kejadian terakhir ini menjadi pembicaraan hangat beberapa orang di lingkungan terdekat saya. Tetangga saya memang mengenal dengan baik pelaku sejak mereka masih anak-anak.

Baca Juga:

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

Aurat dalam Islam

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Baca juga: Lindungi Anak-anak Kita

Anak-anak dan remaja menjadi kelompok yang paling rentan menerima paparan radikalisme. Mereka mudah terjebak dalam pemahaman yang keliru. Itu karena mereka memiliki keterbatasan dalam pengalaman dan pengetahuan. Dalam usia tersebut mereka cenderung mengikuti saja apa yang menjadi tujuan hidup orangtua atau keluarganya.

Jiwa anak-anak itu bersih putih bagai selembar kertas yang masih kosong. Kitalah orang dewasa yang mengisinya sesuai dengan kehendak apa yang kita inginkan. Anak merupakan prototipe atau cetak biru orangtuanya. Akan menjadi apa dia di masa depan tergantung bagaimana hari ini kita mendidik dan memberikan pemahaman yang baik pada mereka.

Untuk mencegah radikalisme semakin meluas, anak dan remaja menjadi kelompok yang harus dilibatkan secara aktif. Tidak hanya sekadar menjadi sasaran kampanye atau ajakan semata. Mereka juga harus diberikan peran untuk melindungi diri sendiri dan orang terdekat dari ajakan mengikuti gerakan radikal.

Baca juga: Membentengi Keluarga dari Paham Teror dan Kekerasan

Berikutnya dengan menguatkan cinta dan kasih sayang keluarga sebagai basis awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena lingkungan keluarga yang baik, peran serta dukungan orang tua menjadi nilai plus bagi anak untuk bekal menghadapi masa depan.

Kembali pada cinta dan nilai-nilai keluarga, saya mengutip kalimat Martin Luther King Jr, dari Buku Pendar-Pendar Kebijaksanaan karya KH. Husein Muhammad.

“Darkness cannot drive out darkness ; only light can do that. Hate cannot drive out hate; only love can do that.”

Kegelapan tidak dapat mengusir kegelapan; Hanya cahaya yang dapat melakukan itu. Kebencian tidak dapat mengusir kebencian; Hanya cinta yang dapat melakukan itu.”

Baca juga: Konsep Dasar Relasi Orangtua dan Anak

Maka mengajarkan anak makna cinta dan kebahagiaan menjadi semakin penting hari ini. Kebencian dan kekerasan hanya akan terus melahirkan luka, duka, dan nestapa.

Tak hanya sebatas ucapan, namun juga sikap dan perbuatan bagaimana kita memperlakukan anak dengan baik. Bukan dengan olok-olok merendahkan dan caci-maki yang penuh dengan kemarahan.

Jika boleh bertanya, sudahkah kita memeluk dan mencium anak-anak kita hari ini? Sudahkah kita memberinya pujian atas upaya yang telah mereka lakukan? Kalimat dan sikap yang positif akan menyenangkan mereka.

Wajah mereka yang tersenyum bahagia hari ini, menjadi cerminan masa depan mereka yang cerah dan merekah.

Baca juga: Islam dan Pola Mengasuh Anak

Hari Anak Nasional yang diperingati setiap 23 Juli sesuai dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 tahun 1984 tertanggal 19 Juli 1984, menjadi momentum tepat untuk menanamkan sikap menghargai keberagaman, menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi semangat toleransi pada anak-anak.

Diharapkan dengan demikian akan melindungi anak dari kekerasan dan paparan radikalisme. Meski tak hanya itu saja, sebab masih banyak hak anak yang harus kita penuhi untuk keberlangsungan hidup mereka hingga bertahun-tahun kemudian.

Sedangkan untuk menyambut Hari Anak Nasional tersebut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) mengusung tema Genius (gesit-empati-berani-unggul-sehat).

Sebagai salah satu upaya penjaminan hak anak, yakni hak hidup, hak tumbuh kembang, hak berpartisipasi sesuai harkat dan martabat serta hak mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Melaluitema yang diangkat tahun ini, Menteri PPA Yohana Yembise berharap anak Indonesia dapat menjadi anak yang sehat, berbahagia dan aman.

Harapan Ibu Menteri, itu menjadi harapan kita bersama. Segala hal yang terbaik tentu akan diberikan bagi masa depan anak-anak di Indonesia. Selamat Hari Anak Nasional 2018.[]

Tags: anakCintahari anak nasionalIndramayuislamkasihredikalismeterorismetoleransizahra amain
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Media

Media Punya Peran Strategis dalam Mencegah Konflik Akibat Tidak Dipenuhinya Hak Keberagamaan

26 April 2025
Perempuan bukan Tamu di Ruang Publik

Perempuan Bukan Tamu di Ruang Publik

1 April 2025
Makhluk Intelektual

Laki-laki dan Perempuan adalah Makhluk Intelektual dan Spiritual

1 April 2025
Perempuan bisa menjadi Pemimpin

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Tafsir QS. An-Nisa Ayat 34 dalam Perspektif Keadilan Hakiki Islam

1 April 2025
Khalifah fil Ardl

Perempuan Memiliki Mandat sebagai Khalifah Fil Ardl

29 Maret 2025
Takwa

Kemuliaan Manusia Hanya Ditentukan oleh Takwa

29 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bekerja adalah

    Bekerja adalah Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak
  • Bekerja adalah Ibadah
  • Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis
  • Perempuan Bekerja, Mengapa Tidak?
  • Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version