• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Mengenal Ekonomi Sirkular, Usaha Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat dan Lingkungan

Sebagai Gen-Z yang berdekatan dengan sampah, saya harap melalui tulisan ini dapat mencari tahu program pengelolaan sampah di sekitar kita

Salsabila Septi Salsabila Septi
30/11/2024
in Publik
0
Ekonomi Sirkular

Ekonomi Sirkular

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id- Ekonomi sirkular adalah hal yang cukup baru bagi saya sendiri. Konsep ini mungkin sudah saya ketahui sebelumnya. Tetapi, sebutan secara khusus yaitu ekonomi sirkular jadi hal asing dan mungkin saja sama seperti konsep ekonomi pada umumnya.

Nyatanya, ekonomi sirkular sendiri merupakan sistem ekonomi yang punya tujuan untuk mengembangkan produk, sumber daya hingga bahan yang mereka gunakan selama mungkin.

Konsep Ekonomi Sirkular

Sederhananya konsep ekonomi ini berfokus pada daur ulang bahan yang pernah mereka produksi sebelumnya. Daur ulang ini mereka lakukan dengan tahapan yang baik, sehingga produk bekas tadi dapat terus digunakan selanjutnya. Misal, salah satu pabrik penghasil plastik, akan melakukan tahapan supaya plastik yang sudah sampai ke masyarakat dapat mereka daur ulang lagi.

Membayangkan hal ini pastinya akan sulit untuk melakukannya. Mana bisa pabrik dengan skala produksi besar dapat kembali mengumpulkan sampah dan mendaur ulangnya bukan? Tetapi, saat ini ekonomi sirkular benar-benar harus dilakukan karena dampaknya yang sangat masif pada masyarakat maupun lingkungan itu sendiri.

Tidak hanya keuntungan dalam pengelolaannya, bidang ekonomi ini juga berpedoman pada keadilan sosial dan juga kepedulian terhadap lingkungan. Jika satu perusahaan saja dapat melakukan optimalisasi terhadap bahan baku yang pernah diproduksi sebelumnya, bayangkan sampah yang dapat mereka daur ulang. Apalagi jika pabrik tersebut mengelola plastik yang punya usia ratusan tahun untuk di daur ulang secara alami.

Baca Juga:

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

Apa Kepentingan Kita Menjaga Ekosistem?

Pentingkah Melabeli Wahabi Lingkungan?

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Sampah Bermanfaat

Keuntungan dari sistem ekonomi ini sebenarnya juga bersifat linear dari hulu ke hilir. Kembali lagi pada kasus pabrik plastik ya. Jika pabrik dapat melakukan ekonomi sirkular mereka akan membutuhkan banyak sumber daya dalam pengelolaannya.

Hal ini dimulai dari pengumpulan barang dari masyarakat ke pengepul atau Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Siapa yang akan melakukan pengumpulan sampah ini? Jika kalian berpikir para pemulung atau tukang sampah yang datang ke rumah kalian setiap minggu, kalian benar.

Hari ini kita mungkin melihat profesi pemulung sebelah mata, padahal jasanya dalam mewujudkan ekonomi sirkular ini para pemulung ini adalah ujung tombaknya. Setelah proses pengumpulan, pemisahan sampah juga harus banyak orang lakukan.

Melalui TPS atau TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sampah tadi dapat terpisah antar organik dan non organik. Setelah melalui proses pemisahan, selanjutnya proses produksi sampah plastik tadi menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali.

Tahapan ini dapat membuat peningkatan ekonomi mulai dari hilir ke hulu. Selain peningkatan SDM dalam tahap pengumpulan, pemisahan dan pengelolaan memberikan sosialisasi khusus pada masyarakat lain terkait sampah yang mereka produksi. Masyarakat harusnya dapat tahu bahwa melakukan pemilahan  pada sampah mereka adalah hal kecil tapi berdampak besar untuk bumi.

Menerapkan Ekonomi Sirkular di Rumah

Bisa saya bilang bahwa hal ini bukan sesuatu yang mudah. Di rumah sendiri saya masih kesulitan dengan pemilahan sampah. Sampah rumah tangga di rumah saya terkadang keluar dengan tercampur pada satu plastik saja. Walau terkadang saya memisahkan sampah plastik tapi lama kelamaan hanya menumpuk di rumah.

Pemberlakuan ekonomi sirkular sendiri harus dilakukan dengan masif dan linear tadi. Jika masyarakat saja yang melakukannya maka tindakan kecil ini akan berdampak kecil juga. Dan jika pemerintah saja yang melakukannya, maka usaha ini akan jadi sia-sia belaka. Perlu adanya kerjasama antar pemerintah, masyarakat bahkan pihak perusahaan sendiri dalam mengatasi permasalahan sampah dan mewujudkan ekonomi sirkular ini.

Sebagai salah satu Gen-Z yang sangat berdekatan dengan sampah, saya harap melalui tulisan ini dapat mencari tahu program pengelolaan sampah di sekitar kita. Mulai pilah sampah di rumah kalian dan cari komunitas atau TPS 3R yang dapat menangani sampah dengan lebih baik. Dari sampah ekonomi bisa tumbuh, itu adalah janji dari adanya sistem ekonomi sirkular.[]

Tags: Ekonomi SirkularGen ZIsu LingkunganPengelolaan SampahSampah Plastik
Salsabila Septi

Salsabila Septi

Menulis untuk ketenangan, dan menjaga alam untuk kemaslahatan.

Terkait Posts

Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Wahabi Lingkungan

Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

2 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Menstruasi

Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

2 Juli 2025
Gaji Pejabat

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Boys Don’t Cry

    Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu
  • Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID