• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Mengenal Sosok Ilmuwan Perempuan, Prof Adi Utarini dan Inovasinya

Apa yang dilakukan oleh Prof Adi Utarini semakin membuktikan bahwa pendidikan tinggi perempuan tak perlu dipersoalkan, terlebih ketika ilmu yang diperolehnya justru membawa kebaikan seluas-luasnya bagi banyak pihak

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
21/09/2021
in Figur, Tokoh
0
Prof. Adi Utarini

Ilmuwan Perempuan

140
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa hari lalu, mantan istri Bill Gates dan juga seorang filantropis, Melinda memposting gambar seorang ilmuwan perempuan asal tanah air, Adi Utarini, dalam laman instagramnya. Di sana tertulis dalam baris terakhir caption-nya: ia turut bangga menuliskan kiprah Adi Utarini dan berharap kita semua ikut terinspirasi dari ilmuwan perempuan itu.

Nama akademisi yang bekerja bagi UGM tadi mungkin terdengar asing di kalangan awam. Tapi di kancah riset internasional, terutama di bidang kesehatan masyarakat, ia berhasil menorehkan prestasi tinggi dalam riset inovasi terkait upaya menurunkan kasus demam berdarah hingga akhirnya diganjar beberapa penghargaan bertaraf global, di antaranya Time 100 pada 2021 dan Nature’s 10 di tahun sebelumnya.

Pencapaian yang ditorehkan oleh ilmuwan perempuan kelahiran 4 Juni 1965 ini didapatnya setelah memimpin proyek pemberantasan Dengue di Kota Yogyakarta yang berpopulasi 400 ribu jiwa. Pada studi itu, ia mengepalai uji terkontrol secara acak untuk mendalami bagaimana efektivitas teknik penggunaan nyamuk ber-Wolbachia dalam mengurangi penyebaran penyakit yang dibawa oleh nyamuk, termasuk demam berdarah dengue, yang dilakukan sejak 2016 di Yogyakarta.

Dan, pada Agustus tahun lalu ia mengumumkan bahwa metode ini berhasil mengurangi kasus dengue sebesar 77% selama periode penelitian. Sebagai informasi, Wolbachia adalah sebuah bakteri yang jika diberikan pada nyamuk dapat mencegah penyebaran virus dari nyamuk tersebut kepada manusia.

Meski cara tersebut telah dikembangkan sejak tahun 1990an di Universitas Monash, Australia, tetapi sebelum penelitian yang dikomandoi oleh Prof. Utarini, belum ada penelitian acak terkontrol yang dilakukan untuk membuktikan kehandalannya, sehingga jurnal ilmiah Nature menyebut proyek Prof Uut adalah “bukti terkuat” sebagai bahan validasi.

Keberhasilan prof Uut dan tim seakan memberi secercah cahaya dalam memberantas dengue yang tiap tahunnya menyebabkan 400 juta infeksi dan hampir 25.000 kematian di seluruh dunia. Apalagi jika merujuk pada data WHO, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus meningkat dalam 50 tahun terakhir. Di Indonesia, laporan 2020 lalu menunjukkan bahwa kasus DBD telah menyebabkan 661 orang meninggal yang tersebar di 219 kabupaten/kota.

Baca Juga:

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

Kiprahnya dalam riset memberantas penyakit demam berdarah sendiri berawal dari perjalanan keilmuwan yang panjang. Fondasi dasarnya sendiri adalah pendidikan kedokteran di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang ia tamatkan pada tahun 1989.

Tak puas dengan gelar sarjananya, ia kemudian melanjutkan program magister. Yang pertama, di UCL Great Ormond Street Institue of Child Health Inggris (1994), dan selanjutnya di Universitas Umea Swedia (1997). Dalam riset doktoralnya di Universitas Umea, Swedia, ia mengambil topik pengendalian malaria di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Usai meraih gelar doktor di tahun 2002, minatnya dalam kajian kesehatan masyarakat masih terus tergali hingga akhirnya ia terlibat dalam proyek pemberantasan dengue yang telah menjadi problem kesehatan serius, terutama di wilayah-wilayah tropis berpenghasilan rendah.

Dalam perjalanannya, ia tak hanya memegang komando tertinggi, tapi ia juga menjalankan peran penting terkait perolehan perizinan riset dari berbagai kementerian. Selain juga menggalang dukungan masyarakat dengan membuat berbagai mural, film dan video singkat, serta bertatap muka. Tak heran, warga pun merasa terlibat aktif dalam kesuksesan program.

Sempat Dirundung Duka di Kala Pandemi

Torehan prestasi besar yang diraihnya selama dua tahun berturut-turut bisa dibilang bagaikan oase di padang pasir bagi Prof Uut. Terlebih pada tahun 2020 lalu ia harus menghadapi pil pahit perpisahan dengan orang terkasih.

Bagaimana tidak, virus covid yang merajalela ternyata ikut merenggut nyawa sang suami. Ia sendiri bahkan sempat terpapar corona juga pada bulan Maret di tahun yang sama, hingga menyebabkan ia perlu dirawat di rumah sakit sampai 19 hari lamanya. Syukurlah, kondisi tubuhnya berangsur-angsur membaik. Usai mondok hampir tiga minggu, ia pun diperbolehkan pulang.

Kehilangan Prof Iwan Dwiprahasto, suami yang juga seorang guru besar di UGM tersebut tentu meninggalkan duka mendalam bagi perempuan yang baru saja masuk ke dalam Time 100 atau daftar 100 Orang Paling Berpengaruh versi Majalah Time.

Namun, hal itu tak menyurutkan langkahnya untuk terus menebar kebaikan seluas-luasnya sepeninggal suami tercinta, termasuk menggelar konser amal virtual yang dananya didonasikan kepada gerakan-gerakan masyarakat untuk membantu mereka yang terdampak pandemi COVID-19.

Apa yang dilakukan oleh Prof Adi Utarini tadi juga semakin membuktikan bahwa pendidikan tinggi perempuan tak perlu dipersoalkan, terlebih ketika ilmu yang diperolehnya justru membawa kebaikan seluas-luasnya bagi banyak pihak.

Apresiasi tinggi juga perlu kita sematkan kepada mendiang suami beliau yang sepanjang hayat mendampingi perempuan cerdas dan mendukungnya menjadi pribadi bermanfaat. Semoga ke depannya, kita semua dapat meniru jejak beliau untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki agar dapat mewujudkan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin. []

Tags: feminismeGenderIlmuwan PerempuanIndonesiakeadilanKesetaraanpemimpin perempuanPeran Perempuanperempuan
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

Jejak Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

1 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version