• Login
  • Register
Selasa, 6 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

Pancasila merupakan warisan otentik yang digali dari perjalanan panjang bangsa Indonesia sehingga nilai-nilainya pun akan menjadi nafas dalam segala hal, termasuk di bulan Ramadan

Muhammad Nasruddin Muhammad Nasruddin
28/03/2023
in Publik
0
Tradisi di Bulan Ramadan

Tradisi di Bulan Ramadan

592
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bulan Ramadan menjadi momentum yang istimewa bagi umat Islam. Selain menjadi bulan yang mulia, di dalamnya terdapat banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari berbagai sudut pandang. Baik dari segi kesehatan, spiritual, sosial, kemanusiaan, maupun perekonomian, kehadiran bulan puasa turut berpengaruh terhadap bidang-bidang tersebut.

Bicara soal p Terlepas dari semua itu, tradisi-tradisi yang berkembang seperti padusan, megengan, nyekar, maupun syi’iran merupakan upaya untuk menyemarakkan bulan Ramadan yang tetap harus kita lestarikan.

Selain hal demikian juga banyak dijumpai istilah-istilah yang jarang kita temui selain pada bulan Ramadan. Istilah seperti takjilan, jaburan, tarawih, ngabuburit, hingga mudik tidak akan berlaku pada bulan-bulan lainnya. Namun jika telah masuk di bulan Ramadan, istilah-istilah tersebut menjadi momen yang begitu kita rindukan, terutama istilah yang saya sebutkan terakhir tadi, hiiiks.

Namun, apakah salingers sadar bahwa berbagai tradisi di bulan Ramadan juga mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila, lho!

Pancasila merupakan warisan otentik yang kita gali dari perjalanan panjang bangsa Indonesia sehingga nilai-nilainya pun akan menjadi nafas dalam segala hal, termasuk di bulan Ramadan ini. Mari kita simak nilai-nilai Pancasila mulai dari sila pertama hingga sila kelima berikut ini, yuk!

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Hari Lahir Pancasila: Upaya Mempererat Persaudaraan dan Menumbuhkan Sikap Toleransi
  • Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila
  • Hari Lahir Pancasila, dan Sekian Tantangan yang Kita Hadapi
  • Menguak Nilai-nilai Kesalingan dalam Tradisi Sawer Pengantin Sunda
    • Ketuhanan Yang Maha Esa
    • Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
    • Persatuan Indonesia
    • Kemanusiaan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
    • Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Baca Juga:

Hari Lahir Pancasila: Upaya Mempererat Persaudaraan dan Menumbuhkan Sikap Toleransi

Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila

Hari Lahir Pancasila, dan Sekian Tantangan yang Kita Hadapi

Menguak Nilai-nilai Kesalingan dalam Tradisi Sawer Pengantin Sunda

Ketuhanan Yang Maha Esa

Puasa merupakan rukun Islam yang ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa keislaman seseroang tidak akan sempurna jika tidak menjalankan ibadah puasa. Alllah sendiri telah mewajibkan umat Islam untuk berpuasa sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 183.

Melalui ayat ini Allah SWT menyampaikan bahwa kewajiban puasa berlaku bagi semua umat yang beriman supaya mereka menjadi orang yang bertakwa. Bahkan,jika kita telusuri lebih dalam puasa menjadi salah satu ajaran dari setiap kepercayaan maupun agama. Puasa adalah sebuah ritus untuk menahan hawa nafsu, mengendalikan emosi, muhasabah diri dan sebagainya. itu artinya puasa juga menjadi jalan untuk meningkatkan spiritualitas seseorang.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Salah satu tradisi yang tidak kita jumpai selain di bulan puasa adalah ngabuburit. Kegiatan menunggu waktu berbuka puasa ini biasanya identik dengan kegiatan jalan-jalan. Uniknya ketika kita sedang jalan-jalan, kita sering menjumpai pemandangan sekelompok orang yang membagikan makanan kepada setiap pengguna jalan yang mereka temui.

Tanpa memandang jenis kelamin, status sosial, maupun usia, semua akan mendapat bagian yang sama selagi persediaannya masih ada. Lagi-lagi kegiatan berbagi takjil ini hanya kita jumpai pada bulan puasa. Selain makanan yang mereka bagikan, senyum ramah mereka pun turut mewarnai pemandangan indah tersebut.

Menurut hemat saya, momen-momen seperti ini merupakan cerminan dari rasa kemanusiaan yang tercantum dalam Pancasila sila kedua. Sebuah kesadaran moral yang berdasar pada hati nurani sebagai sesama manusia. Hal tersebut tentu dapat memupuk keharmonisan dan merawat kebhinekaan Indonesia.

Persatuan Indonesia

Hal sederhana seperti ibadah shalat tarawih dalam pandangan saya dapat menjaga persatuan Indonesia dalam konteks yang lebih luas. Seperti yang kita ketahui ibadah tarawih biasa dilakukan di masjid atau mushola secara berjamaah. Dan hal tersebut biasa kita laksanakan setiap malam. Tentu bagi sebagian orang kegiatan berjamaah menjadi hal yang lumrah. Namun itu berbeda dengan masyarakat urban.

Setiap malam menjadi momentum untuk bersilaturahmi, kumpul bersama, mendengarkan kultum bersama, dan makan bersama. Di mana kegiatan-kegiatan tersebut bagi masyarakat urban cenderung hanya dapat merekalakukan sekali dalam seminggu, yakni ketika Salat Jum’at. Meski dengan waktu yang relatif singkat, setidaknya momen tersebut sedikit lebih banyak turut melunturkan sikap egoisme, meningkatkan kekeluargaan dan memperserat persatuan.

Kemanusiaan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan

Potret pengamalan nilai Pancasila sila keempat ini terlihat ketika menjelang Ramadhan tiba. Biasanya para takmir masjid akan mengadakan musyawarah untuk mempersiapkan segala hal selama bulan puasa. Berbagai kegiatan seperti pembagian jadwal takjil, imam shalat, bilal tarawih, tadarusan, dan lain sebagainya akan dimusyawarahkan dulu bersama masyarakat yang terkait.

Tentu setiap peserta musyawarah akan mendapat kebebasan untuk menyampaikan gagasannya. Melalui masukan-masukan yang mereka berikan dengan berbagai pertimbangan maka akan melahirkan kemufakatan bersama. Hal sesederhana ini pun merupakan warisan luhur bangsa Indonesia yang harus kita lestarikan, termasuk dalam mempersiapkan agenda di bulan puasa.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Salah satu rukun Islam yang juga orang Muslim laksanakan di bulan puasa adalah membayar zakat. Kewajiban membayar zakat ini pun dalam agama Islam telah Allah tentukan siapa saja yang berhak menerimanya. Selain untuk mensucikan harta bagi muzaki (orang yang mengeluarkan zakat), zakat juga mampu menumbuhkan rasa kepedulian dan empati kepada sesama di luar lingkungan sosialnya.

Melansir dari laman zakat.or.id, dalam perspektif sosial dan ekonomi zakat dapat menjadi modal untuk memberdayakan masyarakat, membangun perekonomian, mengentaskan kemiskinan, dan mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia (SDGs). Pemerataan pembagian zakat oleh para petugas (‘amil) menjadi salah satu manifestasi dari pengamalan Pancasila khususnya pada sila kelima. []

Tags: ibadahPancasilapuasaRamadan 2023Tradisi
Muhammad Nasruddin

Muhammad Nasruddin

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta. Dapat disapa melalui akun @kang_udin30

Terkait Posts

Agama dan Negara

Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein

5 Juni 2023
Childfree

4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah

5 Juni 2023
Politisi Perempuan

Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan

5 Juni 2023
Analisis Gender Disabilitas

Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

5 Juni 2023
Hati Suhita

Hati Suhita dan Geliat Sastra Pesantren di Indonesia

4 Juni 2023
Relasi Gender dalam Agama Budha

Menilik Relasi Gender dalam Agama Budha

3 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ketimpangan Relasi Suami Istri

    Pandangan Jamal al-Banna terhadap Ketimpangan Relasi Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Hari Raya Idul Adha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fatimah al-Banjari: Perempuan yang Mengisi Khazanah Kitab Kuning Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Sa’i: Simbol Perjuangan untuk Meraih Kehidupan
  • Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi
  • Rahasia Tawaf
  • Pandangan Jamal al-Banna terhadap Ketimpangan Relasi Suami Istri
  • Fahmina Berikan Pendampingan Pengelolaan Sampah di 4 Pesantren

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist