• Login
  • Register
Kamis, 23 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Menyoal Istilah Pelakor yang Identik dengan Salah Perempuan

Dalam hal ini, keterbukaan satu sama lain adalah hal mendasar dalam relasi suami istri. Berkomunikasi secara terbuka dan jujur adalah salah satu ciri dalam relasi setara yang bisa diterapkan di dalam rumah tangga. Karena relasi setara yang saling membahagiakan itu, dibangun oleh dua belah pihak, suami dan istri.

Andi Nur Faizah Andi Nur Faizah
20/03/2021
in Keluarga
0
Pelakor

Pelakor

230
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika ada berita perselingkuhan, selalu saja ada term yang heboh dan paling rajin dimunculkan. Apalagi kalau bukan istilah Pelakor. Istilah yang merupakan kepanjangan dari ‘perebut laki orang’ itu selalu saja ramai diwacanakan dan memosisikan perempuan sebagai satu-satunya sosok yang patut untuk disalahkan. Mengapa masyarakat gemar memakai istilah Pelakor dan menuding perempuan?

Coba kita Googling dan mengetik kata ‘pelakor’. Ada 3.720.000 hasil penelusuran dengan berbagai judul. Beberapa judul video yang muncul misalnya, ‘Video Aksi Istri Tampar Suami dan Pelakor Viral, Netizen Puas’. Ada juga artikel berjudul ‘Inilah 3 Fakta Tentang Pelakor’. Masih banyak lagi judul-judul fantastis bombastis yang dibuat dengan embel-embel Pelakor. Pada satu sisi, beritanya menjual. Pada sisi yang lain, masyarakat menikmati hujatan yang ditujukan pada perempuan.

Apabila kita mengamati kasus demi kasus yang terjadi, laki-laki selalu invisible dalam setiap kasus perselingkuhan. Maksudnya begini, ketika perselingkuhan sudah ketahuan oleh sang istri maka perseteruan yang terjadi adalah sesama perempuan. Si istri dengan si perempuan yang satunya. Mereka seperti berebut laki-laki dan menyalahkan satu sama lain. Si istri dianggap tidak mumpuni dalam melayai suami, sehingga si suami layak untuk berpaling ke lain hati.

Sedangkan si perempuan satunya, sudah pasti habis-habisan dicecar sebagai perempuan yang merebut suami orang lain. Lalu bagaimana dengan si suami? Dia seperti invisible dan tidak masuk dalam list utama sebagai sosok yang bersalah.

Padahal, perselingkuhan itu terjadi oleh dua individu dewasa – bukan satu individu. Mestinya kan, ada dua pihak yang disalahkan. Situasi ini disebabkan oleh pandangan masyarakat yang patriarkal. Laki-laki selalu dianalogikan sebagai sosok yang maskulin seperti perkasa, haus akan hawa nafsu, sosok yang dilayani, dan lain-lain. Sedangkan perempuan dilekatkan dengan perannya yang feminin, seperti lemah lembut, melayani, penurut, dan seterusnya.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

Baca Juga:

Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan

Perempuan Juga Wajib Bekerja

Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

Pandangan yang kaku terhadap peran perempuan dan laki-laki tersebut, akhirnya menimbulkan ketidakadilan terhadap perempuan. Perempuan distigma buruk apabila tidak melayani laki-laki. Lalu laki-laki dianggap ‘sangat wajar’ apabila melakukan perselingkuhan karena nafsu laki-laki dianggap lebih besar daripada perempuan (padahal, menurut seorang dokter dalam sebuah pelatihan yang saya temui, beliau mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara nafsu dengan jenis kelamin).

Perempuan kemudian disalahkan dalam kasus perselingkuhan, baik dari sisi si istri maupun si perempuan satunya. Perempuan dilekatkan dengan peran-peran domestik sebagai sosok yang melayani keluarga termasuk suami. Implikasinya, si istri disalahkan karena dianggap tidak mampu untuk melayani suami.

Kemudian perempuan juga diberi label sebagai pelakor atau penggoda (jarang sekali ada istilah laki-laki penggoda). Ditambah penafsiran agama yang sangat bias gender, yang melekatkan perempuan pada ‘sumber fitnah’ maupun ‘penghuni api neraka’ (padahal laki-laki juga bisa jadi sumber fitnah dan penghuni api neraka). Dampaknya, si perempuan satunya lagi disalahkan karena dianggap menggoda laki-laki yang sudah bersuami.

Saya bukannya membenarkan perselingkuhan. Tetapi, kita perlu menyadari bahwa perselingkuhan itu dilakukan oleh dua individu dewasa dan tidak sepatutnya menyalahkan satu pihak saja. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip perkawinan sangat perlu menjadi fondasi dalam membina rumah tangga yang saling membahagiakan.

Perjanjian yang kokoh, berpasangan, saling rela, saling memperlakukan dengan baik, serta bermusyawarah dalam mengambil keputusan adalah pilar-pilar relasi keluarga yang patut untuk dipegang teguh (Lima Pilar Relasi Keluarga Bahagia, Youtube Swararahima dotcom).

Dalam hal ini, keterbukaan satu sama lain adalah hal mendasar dalam relasi suami istri. Berkomunikasi secara terbuka dan jujur adalah salah satu ciri dalam relasi setara yang bisa diterapkan di dalam rumah tangga. Karena relasi setara yang saling membahagiakan itu, dibangun oleh dua belah pihak, suami dan istri. Ada upaya dari keduanya untuk membangun hubungan yang bahagia. Kalau sudah sama-sama bahagia dan memegang teguh prinsip keluarga sakinah mawaddah warahmah, tidaklah terpikir untuk melakukan perselingkuhan.

Kalau sudah memahami situasi dan ketidakadilan yang dihadapi perempuan, tidaklah pula kita berpikir untuk memberi stigma ataupun menyalahkan perempuan. Coba refleksikan kembali dari pengalaman kita sehari-hari. Bagaimana ketidakadilan yang dialami oleh perempuan akibat ideologi patriarkal yang menancap di kepala itu. Lalu pertanyakan diri kita sendiri, “sudahkah aku adil sejak dalam pikiran?” []

Via: https://www.perempuanpeduli.com/menyoal-pelakor-yang-identik-dengan-salah-perempuan/
Tags: istrikeluargaKesalinganperempuanperkawinansuami
Andi Nur Faizah

Andi Nur Faizah

Bekerja di Swara Rahima Jakarta

Terkait Posts

Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Generasi Strawberry

Self Diagnose, Parenting, dan Labelling: Penyebab Munculnya Generasi Strawberry

16 Maret 2023
Positive Vibes Keluarga

Pentingnya Kesalingan Membentuk Positive Vibes Keluarga

15 Maret 2023
Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

Tiket Masuk Majlis Rasulullah Saw adalah Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

14 Maret 2023
Terburu-buru Segera Menikah

Bestie, Jangan Terburu-buru untuk Segera Menikah

11 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perayaan Nyepi

    Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rahmat Allah Swt Untuk Orang Islam dan Orang Kafir
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist