• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Merebut Tafsir: Pembebasan

Ibadah adalah sarana pembebasan manusia dari belenggu kepemilikan, bahkan atas hidup kita sendiri. Kita bukan milik siapa-siapa, kita milik Sang Empunya hidup!

Lies Marcoes Natsir Lies Marcoes Natsir
30/04/2021
in Hikmah
0
Pembebasan

Pembebasan

165
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa hari lalu saya diundang sebuah kelompok peneliti yang studi tentang analisis ceramah-ceramah keagamaan dalam mengkonstruksikan konsep keluarga. Salah satu yang menarik mereka, soal fenomena ajakan masuk surga sekeluarga. Itu semacam paket wisata lengkap dengan bekal wisata yang harus disiapkan (dan tentu berbiaya).

Dalam materi dakwah tentu saja itu hal penting. Berguna untuk memotivasi ibadah anggota keluarga, membangun kebersamaan dan kekompakan dalam keluarga. Juga bermanfaat untuk membangun solidaritas sosial, rasa guyub dan kolektivitas. Dalam keluarga “Nusantara” nilai bersama-sama dalam keluarga itu sangat penting. Di Jawa ada istilah “mangan ora mangan kumpul”, bersama-sama itu seru dan perlu.

Tapi ibadah adalah laku pribadi. Saya jadi ingat nasihat suami ketika saya hendak berangkat sekolah dengan meninggalkan tiga anak, saya begitu bimbang. Ia mengingatkan soal kesendirian dalam hidup.

Menurutnya (dan saya setuju) “manusia lahir sendiri dan kelak pulang pun sendiri. Meskipun salat berjamaah, puasa di bulan yang sama (Ramadan), buka dan sahur bersama-sama, naik haji dengan berjuta umat dari seluruh dunia bersama-sama, Tuhan hanya menilai amalan, keikhlasan dan ketundukkan kita masing-masing: tak berombong-rombong, tak berjamaah, tak berkloter-kloter, tak bersama-sama. (Merebut Tafsir, 153).

Karenanya fastabiqul khairat berlomba dalam kebaikan, harusnya menjadi sarana jalan kebaikan pribadi, tentu dapat dilakukan kolektif, namun diri sendiri yang tahu nilai keikhlasannya. Dalam istilah feminis ada ungkapan “you are nobodies property, you are yourself”, kamu bukan milik siapa-siapa kamu milikmu sendiri”.

Baca Juga:

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Surat yang Kukirim pada Malam

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Ibadah adalah sarana pembebasan manusia dari belenggu kepemilikan, bahkan atas hidup kita sendiri. Kita bukan milik siapa-siapa, kita milik Sang Empunya hidup! Maka berjuanglah, bertanggung-jawablah untuk pembebasan jiwamu sendiri! Selamat berpuasa! []

Via: https://rumahkitab.com/merebut-tafsir-pembebasan/
Tags: keluargakemanusiaanMerebut TafsirPembebasanperempuanRamadan 1442 H
Lies Marcoes Natsir

Lies Marcoes Natsir

Peneliti senior pada Kreasi Prasasti Perdamaian. Bisa dihubungi melalui Liesmarcoes17@gmail.com

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID