Mubaadalah.id – Forum Kajian Kitab Kuning (FK-3) IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyelenggarakan acara Seminar Keperempuanan dengan tema “Eksistensi Perempuan dalam Menghadapi Era 4.0. Seminar ini merupakan salah satu rangkaian acara memperingati hari jadi FK-3 yang ke-25 tahun sekaligus memeriahkan Hari Santri Nasional (HSN), dan Sumpah Pemuda. Apa benar merendahkan perempuan sama dengan menghina diri sendiri?
Seminar Keperempuanan ini menghadirkan Dr (HC) KH. Husein Muhammad yang merupakan tokoh ulama pejuang hak-hak perempuan, dan Pemimpin Redaksi (Pemred) Mubaadalah.id, Zahra Amin.
Buya Husein, panggilan akrabnya menjabarkan terkait hak-hak perempuan, baik domestik maupun ruang publik. Perempuan adalah manusia yang memiliki potensi kemanusiaan. Karenanya tidak seorang pun boleh menghalangi potensi yang dimiliki perempuan.
“Perempuan adalah Ibu dari manusia sebab dari tubuhnya manusia dilahirkan. Jangan pernah merendahkan perempuan. Karena itu bentuk penghinaan atas diri kita sendiri,” kata Buya Husein.
Menurutnya, ada banyak kitab-kitab syarah yang membahas tentang perempuan dan perannya. Beliau berpesan, agar ketika mengkaji kitab kuning tidak hanya membaca teks tersebut, tetapi dibarengi juga dengan kegiatan mengkritisi isi dari kitab yang dikaji.
Sementara itu, Zahra Amin memulai pembahasan dengan menyampaikan bahwa Revolusi Industri dimulai pada abad 18. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) ada sejumlah 36 persen pekerja perempuan yang terlibat dalam bidang industri. Hal ini disebabkan kedudukan perempuan mempunyai fungsi yang strategis.
Menurut Zahra, persoalan peran perempuan bersifat kompleks. Maka dari itu, perlu pemahaman lebih mendetail dan mendalam ketika membahas persoalan perempuan
Ia mencontohkan perempuan yang menjadi Ibu Rumah Tangga sebetulnya sudah dikatakan sebagai pekerja. Sebab bekerja disini bukan hanya bekerja yang menghasilkan uang, Ibu Rumah Tangga bekerja lebih dari itu, mengolah raga, mengolah jiwa, mengolah rasa, dan lain-lainnya.
Melihat realita yang ada, lanjut dia, perempuan pada era ini lebih mudah untuk memunculkan perannya. Sosial media menjadi salah satu alat yang sangat bermanfaat untuk membantu perempuan menemukan passionnya.
“Sayangnya waktu seringkali menjadi salah satu hambatan perempuan untuk tetap eksis di dunia nyata maupun dunia maya,” terangnya.
Ia pun berpesan kepada perempuan agar dapat membaca dirinya sendiri, pandai membaca kekuatan dalam diri untuk kemudian mengembangkannya serta terus belajar untuk dapat menjawab tantangan zaman.
“Jika perempuan menyadari kekuatannya sendiri dan menyadari pula haknya untuk dihormati, maka perempuan akan berdikari. Seperti kata Priyanka Chopra, women should learn to love themselves,” tutupnya. (EKA)