• Login
  • Register
Sabtu, 14 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Mitos Stunting di Masyarakat

Pemahaman stunting yang salah kaprah, dapat menajamkan stigma terhadap anak dan Perempuan lho!

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
14/09/2024
in Keluarga
0
Mitos Stunting

Mitos Stunting

842
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belum lama ini, saya terlibat dalam diskusi interaktif anak muda dengan topik “Stunting: Kita Bisa Apa?” Saat itu, Kak Wulan dari Platform Komunitas Girls Support Girls yang memantik diskusi kami. Seru, asik, dan tentunya hangat. Meskipun kami belum menikah, apalagi memiliki pengamalan tentang kehamilan, namun kami sangat tertarik dan berhasil mendapatkan banyak insight tentang stunting.

Sedikit ingatan yang ingin saya bagikan kepada teman-teman melalui tulisan ini yaitu tentang mitos-mitos stunting. Pemahaman stunting yang salah kaprah, dapat menajamkan stigma terhadap anak dan Perempuan lho!

Apa itu stunting?

Sebelum bicara mitos, mengetahui makna stunting juga sama pentingnya. Menurut WHO, stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Biasanya stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak yang berada di bawah standar.

Faktanya, stunting bisa terjadi pada bayi sejak dalam kandungan. Karena kebutuhan nutrisi sang bayi terhitung sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bukan hari pertama kelahiran. Tidak perlu khawatir, untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan janin hingga kelak menjadi bayi, rutinlah memeriksa kehamilan ke puskesmas atau klinik terdekat.

Semacam buku saku, setiap calon ibu pasti memiliki Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang warna sampulnya merah muda. Di dalamnya, terdapat grafik panjang badan dan tinggi badan menurut umur anak baik laki-laki maupun Perempuan. Setidaknya, instrumen tersebut dapat membantu orang tua dalam mengawasi proses pertumbuhan dan perkembangan buah hatinya.

Baca Juga:

Dad’s Who Do Diapers: Ayah Juga Bisa Ganti Popok, Apa yang Membuat Mereka Mau Terlibat?

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Vasektomi Sebagai Solusi Kemiskinan, Benarkah Demikian?

Mitos: Stunting dipengaruhi oleh faktor genetik

Genetik bukanlah salah satu penyebab stunting. Melainkan kekurangan gizi bagi ibu dan janin sejak 1000 hari pertama kehidupan. Seorang ibu stunting memang berkemungkinan melahirkan anak stunting. Tetapi ini bukan karena turunan, namun adanya pola hidup dan pola makan bawaan Ketika hamil dan sebelum hamil.

Penyebab lainnya bisa karena kurangnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan dan gizi sebelum dan masa kehamilan. Terbatasnya layanan Kesehatan sebelum, selama, dan sesudah masa kehamilan yang berkualitas. Serta kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang layak.

Mitos: Anak pendek pasti stunting

Stunting sering diterjemahkan dengan “perawakan pendek”. Ciri umum stunting adalah tinggi badan yang lebih pendek dari anak seumurannya. Namun, tidak semua anak pendek itu stunting. Jadi jangan asal mendiagnosis seorang balita itu stunting hanya dari perawakannya.

Apalagi jika perawakan ini menjadi bahan candaan yang justru semakin mendeskriminasikan seorang anak.

Mitos: Dampak stunting hanya terlihat secara fisik

Selain fisik, stunting juga berdampak pada seluruh pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya penurunan fungsi kognitif. Yaitu fungsi kompleks pada otak yang melibatkan aspek memori baik jangka pendek maupun panjang, perhatian, perencanaan, nalar, dan strategi seseorang dalam berpikir. Menurunnya kecerdasan pada anak akan berimbas pada produktivitasnya saat dewasa.

Selain itu, ada juga penurunan fungsi kekebalan tubuh. Menurunnya sistem imun dapat membuat anak mudah sakit. Akibat tinggi badan di bawah rata-rata, metabolisme tubuh anak dapat terganggu. Serta tidak menutup kemungkinana dapat menimbulkan penyakit tidak menular seperti hipertensi, jantung, osteoporosis, dan penurunan toleransi glukosa.

Mitos: Pencegahan stunting merupakan tanggung jawab ibu/Perempuan

Pencegahan stunting bukan hanya tanggung jawab ibu atau Perempuan. Melainkan tanggung jawab bersama. Urusan gizi dalam keluarga merupakan tanggung jawab penuh kedua orang tua. Bukan hanya ibu, ayah juga memiliki tugas yang setara dengan ibu dalam mengasuh anak serta pekerjaan rumah.

Selain orang tua, pemerintah juga memiliki andil dalam pencegahan stunting. Yaitu dengan memberikan akses makanan sehat dan bergizi yang lebih terjangkau, memfasilitasi akses air bersih dan sanitasi yang layak, serta meningkatkan kualitas layanan kesehatan.

Mengingat anak adalah generasi bangsa, maka kesehatan dan kesejahteraan anak menjadi tanggung jawab bersama. Mulai dari orang tua, keluarga, masyarakat, hingga pemerintahan. []

Tags: Gizi BurukHak anakkesehatanMitos Stuntingparentingpengasuhanperlindungan anak
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Kekerasan Finansial

Kisah Nyata Kekerasan Finansial dan Pentingnya Perjanjian Pranikah

11 Juni 2025
Dad's Who Do Diapers

Dad’s Who Do Diapers: Ayah Juga Bisa Ganti Popok, Apa yang Membuat Mereka Mau Terlibat?

10 Juni 2025
Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Difabel

    Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Ketauhidan dalam Relasi Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Utama Rumah Tangga Menurut Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Humor yang Tak Lagi Layak Ditertawakan: Refleksi atas Martabat dan Ruang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja
  • Tujuan Utama Rumah Tangga Menurut Al-Qur’an
  • Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga
  • Prinsip Ketauhidan dalam Relasi Suami Istri
  • Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID