• Login
  • Register
Minggu, 3 Juli 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Monogami Yes, Poligami No

Urpan Murniasari Urpan Murniasari
25/10/2017
in Kolom
0
22
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Zaman sekarang banyak sekali laki-laki yang berpoligami. Mereka merasa bangga mempunyai istri lebih dari satu. Bahkan mereka menganggap apa yang dilakukannya sebagai hal yang benar dan termasuk sunah Rasul.

Padahal, poligami bukanlah ajaran Rasulullah. Poligami hadir sebelum Islam. Nabi sendiri tidak memperkenankan poligami. Ini terbukti saat ada satu keluarga yang meminta menantu Nabi, Ali bin Abi Thalib untuk menikahi perempuan dari keluarga mereka. Nabi segera bergegas menuju mimbar dan mengumumkan beliau tidak suka putrinya dipoligami Ali.

Nabi mengatakan bahwa apa yang menyakiti hati putrinya sama saja menyakitinya. Ini sudah jelas bahwa Nabi sendiri membantah dan menolak tegas poligami.

Pada zaman sekarang, orang yang menikahi lebih dari satu perempuan itu kebanyakan hanya karena nafsu. Sunah Rasul dijadikan dalih. Nyatanya mencari yang lebih cantik atau yang mempunyai kelebihan yang tidak ada pada istrinya.

Kebanyakan mereka yang berpoligami itu berpedoman pada surat An-Nisa ayat 3. Mereka menganggap ayat tersebut merupakan ayat poligami, padahal ayat tersebut bukanlah ayat tentang poligami.

Baca Juga:

Gusti Nurul dan Keteguhan Hatinya Menolak Poligami

Puteri Keraton Menolak Poligami, Inilah Sosok Gusti Nurul

Alih-Alih Menyusun Raperda Janda, 3 Hal Ini Lebih Penting untuk Pemberdayaan Perempuan dalam Pembangunan

Dalil Syar’i Menolak Poligami di Mata Ulama KUPI

Dalam bacaan Nurjannah Isma’il terhadap penafsiran Ath-Thabarai dalam buku Sunnah Monogami Mengaji Al-Qur’an dan Hadits”, surat An-Nisa ayat 2 dan 3 menjelaskan mengenai perempuan yatim. Jika ia telah dewasa hendaklah hartanya diserahkan kepadanya, karena ia akan menikah dan berumah tangga.

Tetapi biasanya di dalam adat Arab saat itu, timbul niat pada diri wali untuk menikahinya. Sehingga perempuan yatim itu tidak perlu keluar dari rumahnya dan hartanya pun tidak akan keluar dari genggamannya. Kecantikannya bisa dipersunting, hartanya bisa tetap dikuasai. Sementara maharnya akan diberikan sesuai kehendak sang wali.

Hal itu merupakan niat yang jahat dan perilaku semena-mena terhadap perempuan yatim, yang diperingatkan surat An-Nisa ayat 3. Daripada melangsungkan niat jahat itu, ayat tersebut menghendaki untuk menikahi perempuan lain saja mau satu dua ataupun tiga, daripada menikahi anak yatim tersebut hanya untuk menikmati hartanya saja.

Tapi jika khawatir tidak bisa berbuat adil, Al-Qur’an tetap menganjurkan untuk menikahi satu perempuan saja. Ayat ini dikaitkan dengan kalimat dan ayat sebelumnya yang membahas tentang pemberdayaan perempuan yatim, bukan menjelaskan tentang poligami.

Jadi sudah jelas bahwa surat An-Nisa ayat 3 merupakan ayat kekhawatiran terhadap perempuan yatim.

Sementara itu, Imam Al-Baidhawi menjelaskan bahwa ayat 3 surat An-Nisa turun untuk memperingatkan kesewenang-wenangan masyarakat pada masa itu terhadap perilaku poligami.

Dalam penafsirannya, ayat ketiga surat An-Nisa memerintahkan seseorang untuk menikah sesuai kemampuan memenuhi tanggung jawab terhadap perempuan, terutama untuk berbuat adil.

Maka dari itu, poligami yang saat ini marak terjadi tak lebih hanyalah akal-akalan suami yang tidak mensyukuri istrinya. Yang mengutamakan nafsunya saja, yang semena-mena memperlakukan istrinya dan yang dipikirkan hanya kesenangan diri.

Poligami adalah perbuatan yang dapat menyakiti hati dan menyiksa batin istri/perempuan, sedangkan menyakiti bukanlah ajaran Islam. Islam memerintahkan kebaikan, keadilan, dan kasih sayang.

Jika memang mempunyai istri lebih dari satu, suami harus bisa berbuat adil. Baik dalam hal nafkah lahir maupun batin. Tapi apa iya manusia bisa berbuat adil? Apalagi dalam hal kasih sayang, hati kita tidak pernah bisa dibagi. Sementara selalu asaj ada perasaan yang lebih berat sebelah dari suami pada salah satu istri.

Jadi, poligami menyimpan potensi negatif yang sangat besar. Poligami bisa menjadi bibit perselisihan, penganiayaan, kedzaliman, dan ketidakadilan.

Maka dari itu, tidak ada baiknya sama sekali berpoligami. Lebih baik monogami atau punya pasangan satu saja. Kita bisa lebih fokus terhadap pasangan. Baik dalam hal kasih sayang, nafkah lahir maupun batin. Kita pun jadi lebih fokus untuk terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah.[]

Tags: MmonogamiMonogami YespernikhanpoligamiPoligami NoSunnah monogami
Urpan Murniasari

Urpan Murniasari

Terkait Posts

Stigma Duda

Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki

2 Juli 2022
Ruang Aman bagi Perempuan

Bisakah Kampus Menjadi Ruang Aman bagi Perempuan?

2 Juli 2022
Perbuatan Baik

Bagaimana Menyikapi Perbuatan Baik yang Bertepuk Sebelah Tangan?

1 Juli 2022
Korban Kekerasan

UU TPKS Melarang Menikahkan Korban Kekerasan dengan Pelaku

1 Juli 2022
Era Digital 4.0

Teknologi dan Tantangan Manusia Memasuki Era Digital 4.0

1 Juli 2022
Korban Kekerasan Seksual

5 Hal Penting yang Perlu Diperhatikan saat Menghadapi Korban Kekerasan Seksual

30 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Stigma Duda

    Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Sikap Lagertha, Pemimpin Perempuan dalam Serial Vikings yang Patut Dicontoh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisakah Kampus Menjadi Ruang Aman bagi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kesetaraan Gender dalam Perspektif Tokoh Perempuan Nahdlatul Ulama Masa Kini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Amalan di Bulan Dzulhijjah yang Mendatangkan Banyak Pahala

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berdosakah Istri Meminta Cerai: Perspektif Mubadalah
  • Puasa Dzulhijjah Hanya 3 Hari, Bolehkah?
  • Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki
  • Puasa Dzulhijjah Tapi Tidak Berurutan, Bolehkah?
  • 5 Sikap Lagertha, Pemimpin Perempuan dalam Serial Vikings yang Patut Dicontoh

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist