• Login
  • Register
Senin, 26 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Nabawiyyah Musa; Sang Feminis Mesir, Berjuang dalam Mensejajarkan Hak Perempuan di Mata Dunia

Menjadi seorang penulis dan pendidik, Nabawiyah Musa rajin melakukan ceramah di Mesir untuk mengadvokasi pendidikan perempuan

MaulidaKhair16 MaulidaKhair16
27/03/2024
in Figur
0
Nabawiyah Musa

Nabawiyah Musa

806
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kisah Nabawiyah Musa, sang feminis Mesir yang berjuangan melawan ketimpangan sosial terhadap perempuan. Isu tentang perempuan dan orang-orang yang berjuang demi hak-hak perempuan seolah menjadi topik yang selalu hangat untuk menjadi perbincangan. Karena sejak dahulu hingga saat ini laki-laki dan perempuan senantiasa mendapat perlakuan berbeda dan kesempatan yang berbeda pula di mata dunia. Ketika Islam datang, secara perlahan mengubah mindset orang-orang dalam memperlakukan perempuan.

Bagi yang pikirannya terbuka baik laki-laki maupun perempuan, mereka akan memahami konsep rahmatun lil ‘alamin sebagai elemen kesetaraan dan kesalingan dalam menciptakan perdamaian pada semua aspek kehidupan. Mereka berjuang menyuarakan keadilan untuk perempuan melalui berbagai media, seperti dengan cara menulis dan melalui forum-forum diskusi.

Banyak sekali tokoh perempuan yang bergerak sebagai aktivis kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, misalnya di tanah air ada RA. Kartini. Ada pula di Negara lain, seperti Nabawiyah Musa dari Mesir. Kisah perjuangan Nabawiyah Musa diceritakan secara singkat oleh KH. Husein Muhammad dalam buku beliau berjudul “Memilih Jomblo”. Beliau sendiri KH. Husein Muhammad adalah aktivis gender yang menyuarakan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, mari mengulik sedikit tentang tokoh perempuan ulama dari Mesir tersebut.

Mengenal Nabawiyah Musa

Nama Nabawiyah Musa terkenal karena berani berbeda dengan perempuan lainnya pada masa itu. Bagaimana tidak, ia tercatat sebagai pejuang pendidikan perempuan karena upayanya yang terus menyuarakan hak-hak perempuan terutama dalam pendidikan. Ia merupakan sarjana perempuan pertama di Mesir. Lantas, bagaimanakah perjalanannya hingga meraih gelar sarjananya?. Namun sebelumnya mari kita simak biodata Nabawiyah Musa berikut.

Lahir dari keluarga yang sederhana lantas tak membuat semangat Nabawiyah Musa dalam menuntut ilmu berkurang. Bahkan kesederhanaan lah yang menjadikannya sosok yang kuat dan berani menghadapi tantangan kehidupan. Lahir pada 17 Desember 1886 di Zaqaziq yaitu sebuah provinsi di Mesir. Ayahnya bernama Muhammad Badawiyah merupakan seorang perwira polisi yang bergaji kecil.

Baca Juga:

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Sejarah Kartini (1879-1904) dan Pergolakan Feminis Dunia Saat Itu

Wajah Perempuan Bukan Aurat, Tapi Keadilan yang Tak Disuarakan

Perempuan dan Akar Peradaban; Membaca Ulang Hari Kartini Melalui Buku Sarinah

Sehingga ketika hendak melanjutkan pendidikanpun ia mendapat banyak rintangan dan tentangan dari keluarga. Bukan hanya karena kekurangan biaya namun karena ia seorang perempuan akan terasa aneh oleh lingkungan sekitarnya jika ia melanjutkan pendidikan sampai jenjang tertinggi. Namun Nabawiyah Musa dapat membuktikan dan membungkam mulut orang-orang yang meragukan perempuan.

Perjuangan Menempuh Pendidikan

Ketika ayah Nabawiyah Musa yang merupakan perwira Mesir bertugas menuntaskan misi ke Sudan, namun setelah pergi ayahnya tak pernah kembali lagi. Maka ia, saudara laki-lakinya, dan ibunya (seorang janda) pindah ke Kairo demi melanjutkan pendidikan saudara laki-lakinya. Namun hal ini juga membuka peluang baginya untuk tetap melanjutkan sekolahnya.

Perempuan ulama pejuang pendidikan bagi perempuan ini merupakan perempuan pertama dan terakhir yang menyelesaikan ujian pendidikan di sekolah Saniyya yaitu sekolah di bawah  pemerintahan kolonial. Pengalaman masa kecilnya yang menakutkan di mana ia hidup dalam lingkungan yang patriarki membuatnya berusaha keluar dari zona mencekam ini.

Saudara laki-lakinya yang pernah bersekolah membantunya belajar membaca dan menulis di rumah. Lalu Nabawiyah Musa yang memiliki ketertarikan pada ilmu pengetahuan belajar matematika secra autodidak. Pada usianya yang ke tiga belas tahun, Nabawiyah Musa ingin bersekolah, namun hal itu mendapat penolakan dari keluarga.

Banyaknya pertentangan dan penolakan dari keluarga karena dianggap melawan hukum sosial saat itu tak membuat ia berhenti berusaha. Terlihat dari prilakunya yang menentang hukum sosial yang berlaku saat itu, ia melanjutkan pendidikan tanpa persetujuan keluarga dan biayanya dari hasil menjual gelang ibunya secara diam-diam.

Pada tahun 1907 Nabawiyah Musa menyelesaikan pendidikan menengahnya dan menjadi gadis pertama yang menyelesaikan pendidikan menengah atas di Mesir. Kemudian menyelesaikan gelar sarjananya pada tahun 1908, lalu menjadi pendidik bagi kelas menenngah dan memberi edukasi mengenai hak-hak perempuan.

Karir dan Karya

Menjadi seorang penulis dan pendidik, Nabawiyah Musa rajin melakukan ceramah di Mesir untuk mengadvokasi pendidikan perempuan. Menurutnya dengan mendidik para perempuan hingga menjadi perempuan terpelajar dan mandiri bisa menjadi aset yang berharga untuk membentuk generasi-generasi berikutnya. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari segala aspek sosial saat itu dengan mudah dipatahkan seiring berjalannya waktu.

Ia terus berupaya mempromosikan pendidikan bagi perempuan dan ingin mengakhiri kekerasan seksual pada perempuan. Ia yakin bahwa dengan memberikan status yang setara antara laki-laki dan perempuan dalam dunia pekerjaan dan pendidikan seksual akan membuat para perempuan tidak terlalu rentan mengalami kekerasan.

Karena upaya Nabawiyah Musa yang terus melakukan gerakan feminis di Mesir dan menyuarakan pentingnya pendidikan bagi perempuan, maka pada akhirnya membuahkan hasil, terlihat dari banyaknya perempuan yang mulai sekolah dan menjadi perempuan terpelajar.

Selama hayatnya ia terus menyuarakan keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan hingga pada tahun 1951 ia wafat tanpa sempat menikah. Bahkan tak ada keinginan untuk menikah.. []

Tags: Feminis Muslimgerakan perempuankeadilanKesetaraanMesirNabawiyah Musa
MaulidaKhair16

MaulidaKhair16

Terkait Posts

Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Anak

    Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah
  • Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak
  • Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda
  • Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version